Sumber : Chia et al dalam PLOS ONE https://doi.org/10.1371/journal.pone.0206097 |
Permasalahan pakan ikan
merupakan masalah yang selalu dialami para pembudidaya ikan. Hal ini disebabkan
karena harga pakan di pasaran yang mahal karena bahan baku pembuatan pakan
masih impor. Menanggapi hal tersebut, pemerintah sebenarnya sudah turun tangan
dengan terus mencari cara supaya bisa menghasilkan pakan ikan yang berkualitas
dengan harga yang terjangkau. Salah satu cara yang ditempuh adalah memanfaatkan
bahan baku pakan ikan alternatif yang bisa ditemukan di Indonesia sebagai
pengganti tepung ikan yang sebagian besar masih impor.
Maggot merupakan salah satu
bahan baku alternatif yang cukup potensial. Hal ini karena maggot memiliki
kandungan protein yang tinggi, harganya murah dan mudah diadopsi pengembangannya.
Selain itu keunggulan lainnya adalah maggot bisa diproduksi dalam waktu singkat
dengan jumlah yang diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan.
Menurut Cickova et al (2015)
dalam Amandanisa & Suryadharma, 2020 yang dimuat dalam Jurnal Pusat Inovasi
Masyarakat menyampaikan bahwa maggot dengan nama latin Hermetia illucens merupakan organisme yang berasal dari lalat Black Soldier Fly (BSF). Maggot dihasilkan
pada metamorfosis fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang nantinya
akan menjadi BSF dewasa. Lalat BSF bukan merupakan vector penyakit. BSF berasal
dari Amerika dan selanjutnya tersebar ke wilayah subtropis dan tropis di dunia.
Maggot dapat dibudidayakan
dengan memanfaatkan sampah organik yang ada di lingkungan kita. Sampah organic
akan terdegradasi dan dapat digunakan sebagai pupuk, sedangkan maggot dapat
dimanfaatkan sebagai sumber protein pakan ikan dan ternak. Berdasarkan informasi
dari Widiarti (2012) yang dimuat dalam Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan dan
juga dalam Agroinovasi - Badan Litbang Pertanian (2011) bahwa sampah organik dari
sampah rumah tangga proporsinya dapat mencapai kisaran 70%. Jumlah sampah
organic yang cukup besar tersebut sangat potensial dimanfaatkan sebagai media
budidaya maggot. Bahkan mungkin setiap kampong bisa melakukan pengumpulan
sampah organic yang dapat dimanfaatkan sebagai media maggot. Maggot yang
dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk pakan sumber protein pakan dan hasil
degradasi sampah digunakan untuk pupuk.
Sudah banyak penelitian yang menunjukkan
bahwa maggot potensial sebagai pengganti protein pakan ikan. Berdasarkan informasi
dari Elwert et al (2010) dalam In: Tagung Schweine-und Gefugelernahrung,
menyampaikan bahwa maggot (Hermetia illucens) memiliki potensi besar untuk
substitusi tepung ikan karena kandungan protein yang cukup tinggi (30 – 50 %). Sedangkan
menurut Fahmi et al (2009) yang dimuat dalam J. Ris. Akuakultur menyatakan
bahwa kandungan protein maggot ukuran kecil (10-15 mm) mencapai 60,2 %, dan maggot
ukuran besar (20-25 mm) kandungan proteinnya 32,3%.
Pada penelitian uji coba
pertumbuhan ikan yang dilakukan oleh Fahmi et al. (2009) dalam J. Ris.
Akuakultur, menyampaikan bahwa pada uji coba pertumbuhan ikan, pemanfaatan
maggot sebagai suplemen pakan ikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ikan Balashark. Dampak penggunaan maggot juga terlihat pada
peningkatan status kesehatan ikan. Penelitian yang hampir sama dilakukan oleh
Priyadi et al (2009) yang disampaikan dalam J. Ris. Akuakultur juga menyatakan
bahwa substitusi maggot sebagai sumber protein pengganti tepung ikan sangat
potensial. Dari hasil penelitian yang dilakukan direkomendasikan bahwa substitusi
maggot sebagai sumber protein pengganti tepung ikan tidak lebih dari 16,47%.
Bahkan berdasarkan informasi yang diperoleh dari Mongabay 2020, menyatakan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan fokus untuk menjadikan Maggot sebagai bahan baku alternatif unggulan untuk pembuatan pakan ikan, dan sudah menggandeng beberapa perusahaan yang tertarik untuk melaksanakan produksi Maggot.
Penulis : Wahyu Tri H. - LRMPHP
0 comments:
Posting Komentar