Indonesia memiliki laut yang sangat
luas dengan kekayaan ikan tuna yang melimpah. Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang
potensial di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan mutu ikan tuna perlu dilakukan
secara intensif agar dapat bersaing di pasar internasional. Sejalan dengan hal
itu maka perlu dilakukan pengawasan mutu yang ketat pada pada produk tersebut.
Pengawasan mutu ikan biasanya dapat dilakukan melalui pengujian baik secara
organoleptik, mikrobiologi maupun kimiawi, tetapi cara ini kurang efektif
karena membutuhkan waktu yang lama. Sementara itu, dalam perkembangannya
digunakan metode lain dalam pengujian kesegaran ikan yaitu menggunakan sensor.
Pada dua tahun terakhir ini LRMPHP telah melakukan beberapa penelitian aplikasi berbagai sensor untuk menentukan kesegaran ikan. Penggunaan sensor saat ini
dapat dilakukan menggunakan sensor elektronik atau yang lebih dikenal dengan e-nose. Sensor menerima rangsangan dan
meresponnya dengan perubahan sinyal listrik. Alat e-nose lebih efektif karena tidak terlalu membutuhkan waktu lama,
lebih efisien, ekonomis dan bersifat nondestruktif.
Salah satu pendeteksian melalui sensor adalah pendeteksian gas H2S (hydrogen sulfide). Gas H2S merupakan
salah satu gas penyebab bau busuk pada produk perikanan. Keberadaan gas H2S
tersebut dapat digunakan sebagai penanda penurunan kualitas ikan, sehingga
perubahan bau pada ikan dianggap menjadi metode potensial untuk menilai
kesegaran ikan.
Salah satu jenis sensor yang
dapat digunakan untuk pendeteksian gas H2S adalah sensor jenis
MQ-136 dengan SnO2 (timah oksida) sebagai elemen
sensornya. Sensor MQ-136 dikenal cukup sensitive dan akurat. Sebagai elemen
sensornya, semikonduktor SnO2 digunakan sebagai material yang
sensitif sebagai penerima respon rangsangan gas H2S. Konduktivitas
SnO2 akan meningkat ketika konsentrasi gas H2S tinggi. Oleh
karena itu, keberadaan H2S pada ikan dapat dideteksi menggunakan sensor
MQ-136 dan diharapkan dapat
membantu peningkatan mutu ikan tuna Indonesia
Untuk mengetahui penggunaan
sensor MQ-136 dalam mendeteksi gas H2S pada ikan maka LRMPHP telah
melakukan penelitian terkait aplikasi sensor MQ-136 pada pembacaan penurunan
kesegaran ikan tuna (Thunnus Sp). Penelitian
dilakukan menggunakan ikan tuna dengan dua ukuran yang berbeda yaitu ikan tuna A
dengan berat 570 gram dan panjang 33 cm dan ikan tuna B
dengan berat 1.200 gram dan panjang 44 cm. Ikan selanjutnya
disimpan dalam wadah tertutup yang memiliki saluran atas sebagai saluran keluar
gas. Pengamatan dilakukan setiap jam hingga jam ke-8 dan diakhiri pada
pengamatan jam ke-24. Sensor yang digunakan selama pengamatan adalah MQ-136
(Gambar 1.), yang dirakit pada Arduino UNO (Gambar 2.) sebagai alat penghubung
pada laptop (Gambar 3.) dan alat pengolah hasil pembacaan sensor.
Gambar 1. Sensor Gas MQ-136 |
Gambar 2. Arduino UNO |
Gambar 3. Laptop |
Hasil pembacaan sensor MQ-136 pada
ikan A dan ikan B (Tabel 1.), menunjukkan ada peningkatan respon sensor pada
setiap pembacaan. Peningkatan ini diduga karena perubahan kandungan udara yang
berada dalam kotak tempat ikan. Bertambahnya waktu penyimpanan ikan menyebabkan
proses pembusukan menjadi lebih banyak, sehingga kandungan H2S
mengalami peningkatan. Penambahan nilai H2S menyebabkan respon terhadap
material SnO2 pada sensor MQ-136 menjadi lebih besar. Penambahan gas
H2S pada ikan A dan ikan B memiliki perbedaan oleh karena itu
dilakukan analisa lebih lanjut.
Tabel 1. Hasil pembacaan MQ-136 pada ikan A dan ikan B
Waktu
|
Ikan A (V)
|
Ikan B (V)
|
0
|
2,6
|
2,59
|
1
|
2,81
|
3,13
|
2
|
2,78
|
3,07
|
3
|
2,75
|
3,01
|
4
|
2,79
|
2,95
|
5
|
2,84
|
2,96
|
6
|
2,85
|
2,99
|
7
|
2,8
|
2,93
|
8
|
3,29
|
2,99
|
24
|
4,2
|
4,42
|
Berdasarkan data
yang dipeoleh maka dapat disimpulkan bahwa pola grafik perubahan pembacaan
sensor MQ 136 selama pengamatan lebih memiliki tingkat eror yang kecil pada
ikan A (R2 = 0,926) dibandingkan ikan B (R2 = 0,830). Hal
ini dapat diartikan sensor MQ136
lebih akurat untuk ikan A (570 gram)
dengan model persamaannya dibandingkan
dengan ikan B (1.200 gram) pada proses pembacaan keberadaan gas H2S.
Sumber : Prosiding SIMNASKP IV UNHAS 2017
Itu sensor MQ 136 nya persis dengan sensor yg sedang sya pelajari. Dan sya kesulitan untuk mndapatkan nilai PPM dlam kadar gas h2s. Apakah admin bisa mmbntu sya dlam mengkalibrasi nilai ppmnya?
BalasHapusBisa kirim email ke mekanisasikp [at] gmail.com untuk diskusi.
BalasHapusTrims
min, cara kalibrasinya gimana ya ? yang mq 136?
BalasHapusHalo kak Barma,
HapusKami kalibrasinya dengan menggunakan hasil pengukuran di lab (uji proksimat, uji TVB). Kalo masih ada kesulitan, bisa kontak kami kembali Kak. Atau via telp 0274 2810500
itu waktu dalam satuan apa dan sensor dalam (V) apakah maksudnya Volt? nilai ADC
BalasHapusBetul kak.
HapusKalo masih ada kesulitan, bisa kontak kami kembali Kak. Atau via telp 0274 2810500
Mau Tanya2, Dimana saya bisa menghubungi Anda?
BalasHapusBisa kontak kami via telp 0274 2810500
Hapus