Pemakaian pupuk kimia untuk pertanian yang melebihi
ketentuan dosis dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lahan dan berimbas pada
penurunan hasil panen. Oleh karena itu para petani mulai beralih menggunakan
pupuk organik untuk merawat/menjaga tingkat
kesuburan tanah. Salah satu bahan yang potensial digunakan dalam
pembuatan pupuk organik adalah rumput laut. Bahan ini kaya kandungan mineral,
nutrien anorganik dan bahan organik seperti hormon pemacu tumbuh (sitokinin,
auksin, dan giberelin).
Pupuk organik memiliki beberapa macam bentuk
seperti tablet, briket, curah, dan granul. Bentuk granul adalah yang paling
diminati di pasaran karena granul lebih mudah ditaburkan/diaplikasikan dan
mudah meresap ke tanaman. Massa granul lebih ringan daripada
bentuk curah, sehingga memudahkan dan mengurangi biaya tranportasi. Pada
proses granulasi, partikel-partikel kecil disatukan dan dipadatkan untuk membentuk
gumpalan yang kuat secara fisik dengan struktur permanen dimana partikel aslinya
masih bisa dibedakan. Cara
yang paling sederhana dalam pembuatan granul adalah dengan menggunakan nampan. Metode
ini biasanya digunakan untuk membuat granul skala kecil. Dalam perkembangannya
terdapat beberapa tipe granulator yang umum digunakan di industri yaitu: fluidized bed granulator, high shear granulator, disc granulator (pan granulator) dan drum granulator.
LRMPHP telah mengembangkan granulator dengan mengadopsi
granulator tipe vertical high shear. Granulator tipe ini
menggunakan impeller yang berfungsi
sebagai pengaduk untuk membentuk gumpalan basah dan chopper yang berfungsi sebagai pemecah gumpalan sehingga menghasilkan granul dengan
densitas tinggi. Impeller berputar pada kecepatan
rendah sampai tinggi untuk menciptakan kondisi pengadukan yang diharapkan.
Setelah tepung (powder) tercampur
rata maka ditambahkan air untuk membasahi adonan sehingga saling terikat dan
membentuk gumpalan basah (metode granulasi basah).
Granulator yang dikembangkan LRMPHP tersebut, pada
proses pemadatan granul terdapat 2 drum yang berfungsi untuk memadatkan granul
yang sudah terbentuk pada drum 1. Kecepatan putar pada chopper merupakan salah satu faktor utama dalam pembentukan granul
karena berpengaruh terhadap rendemen granul. Oleh karena itu kecepatan putar chopper menjadi hal penting dalam
pembuatan granulator. Uji coba granulasi dilakukan menggunakan model alat
granulator vertikal rancangan LRMPHP (Gambar 1 dan 2).
Gambar 1. Alat uji granulator rancangan LRMPHP |
Prinsip kerja alat tersebut dengan memanfaatkan impeller sebagai pengaduk dan chopper sebagai pemecah untuk membentuk campuran
tepung menjadi bentuk granul. Pada drum 1 terdapat impeller yang berputar dengan kecepatan tertentu. Dengan tambahan
air dan diaduk menggunakan impeller dalam
waktu tertentu maka adonan akan membentuk gumpalan basah. Gumpalan basah tersebut
akan dipecah oleh chopper yang
berputar dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk butiran (granul). Kombinasi
dan variasi kecepatan putar antara impeller
dan chopper akan menghasilkan ukuran
granul yang bervariasi. Pada drum 2 dan 3 terdapat piringan yang berputar
dengan kecepatan tertentu. Piringan yang berputar tersebut mengakibatkan gaya sentrifugal
sehingga granul yang sudah terbentuk akan berputar-putar dan menjadi semakin
padat.
Gambar 2. Ilustrasi drum 1 alat uji granulator LRMPHP |
Hasil
uji coba pembuatan pupuk granul rumput laut dengan variasi kecepatan putar chopper ditunjukkan pada gambar 3. Perbandingan nilai rendemen pada granul ukuran
kecil (D < 4 mm), granul ukuran sedang (3 – 4 mm) dan granul ukuran besar (D > 4 mm) pada
pengaturan kecepatan chopper 1070 :
896 rpm, berturut turut yaitu sebesar 93,38 % : 98,95 %, 61,76 % : 23,04 %,
15,46 % : 33,22 % dan 16,17 % : 42,69 %. Hasil analisis statistik data dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa kecepatan putar chopper tidak berpengaruh signifikan terhadap rendemen granul total
tetapi berpengaruh cukup signifikan terhadap rendemen pada berbagai ukuran
granul yang dihasilkan. Dengan kecepatan putar chopper sebesar 1070 rpm menghasilkan lebih banyak granul dengan
ukuran kecil, sedangkan pada 896 rpm menghasilkan lebih banyak granul berukuran
sedang sampai besar dibandingkan dengan granul ukuran kecil. Oleh karena itu, kombinasi antara kecepatan putar impeller dan chopper perlu diperhatikan untuk memperoleh ukuran granul yang
diharapkan.
Gambar 3. Granul yang dihasilkan pada dua variasi putaran; a). Hasil granul pada putaran 896 rpm; b). Hasil granul pada putaran 1070 rpm |
Sumber : Prosiding Semnaskan UGM
0 comments:
Posting Komentar