Indonesia memiliki sumber daya laut terutama sumber daya ikan yang berlimpah, namun pemanfaatan hasil tangkap samping (HTS) ikan-ikan non ekonomis masih belum optimal. Salah satu cara untuk memanfaatkan ikan-ikan tersebut adalah melalui pengambilan daging dan meningkatkan nilai tambahnya menjadi produk-produk berbasis daging lumat dan surimi seperti nugget, baso, sosis dan lainnya.
Daging ikan lumat adalah daging ikan yang telah dipisahkan dari kulit dan tulangnya dengan menggunakan mechanical bone separator. Hampir semua jenis ikan dapat dibuat menjadi daging lumat. LRMPHP telah berhasil mengembangkan alat pemisah daging ikan secara manual (meat bone separator manual) seperti terlihat pada Gambar 1. Alat pemisah daging hasil rancang bangun LRMPHP tersebut memiliki spesifikasi diameter drum berpori 3 mm dengan kecepatan pemasukan bahan (kecepatan conveyor belt) sebesar 2,09 cm/det. Alat pemisah daging ini dioperasikan secara manual dengan memutar atau mengengkol tuas yang terdapat di bagian samping alat dan diteruskan melalui mekanisme puly belt ke drum berpori.
Gambar 1. Meat bone separator manual hasil rancang bangun LRMPHP |
Prinsip kerja alat ini yaitu memaksa daging keluar melalui lubang kecil drum berpori akibat adanya tekanan dan gaya geser pada ikan oleh silinder dan karet, sehingga tulang ikan dipaksa untuk terpapar di atas permukaan berlubang. Hal ini memungkinkan terjadinya ekstrusi daging melalui lubang, sehingga tidak hanya tulang, tapi juga sisik dan kulit tetap berada di sisi luar drum. Drum berpori (perforated drum) dibuat dengan tujuan untuk menyediakan penekanan yang melingkar dan gaya geser terhadap ikan.
Untuk mengetahui efektivitas alat pemisah daging manual tersebut, telah dilakukan penelitian uji coba alat pemisah daging menggunakan ikan putihan (Puntius bromoides). Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Seminar Nasional Tahunan XII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2015. Ikan putihan yang digunakan untuk uji coba dipreparasi dengan tiga perlakuan yaitu dibelah (butterfly), disayat memanjang di bagian sisi-sisinya dan utuh dengan ikan fillet utuh sebagai pembanding. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah kapasitas produksi, rendemen dan kandungan kimia daging lumat yang dihasilkan.
Gambar 2. Uji coba Meat bone separator manual |
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah rendemen daging lumat ikan putihan dengan perlakuan utuh lebih besar dibandingkan rendemen dengan perlakuan belah (butterfly) dan sayat samping, yaitu masing-masing sebesar 51,5%, 47,5% dan 42%. Kapasitas alat pada pemisahan daging ikan putihan pada perlakuan butterfly lebih besar dibandingkan dengan perlakuan sayat samping dan perlakuan utuh, yaitu masing-masing sebesar 5,54 kg/ jam, 2,87 kg/ jam, dan 2,76 kg/ jam. Kadar air daging lumat putihan yang dihasilkan memiliki kisaran 80,16 – 81,13%, protein (83,09 - 83,17%)), lemak (2,87 – 3,21%), abu (5,53 – 5,75%), dan kalsiumnya berkisar 0,19 – 0,22%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perlakuan preparasi butterfly mempercepat waktu pengolahan daging lumat putihan menjadi lebih singkat dan dapat meminimalisir tulang yang terikut pada daging lumat.
0 comments:
Posting Komentar