Altis-2 pada kendaraan roda dua |
Ikan merupakan sumber pangan dengan komposisi gizi yang lengkap baik
protein maupun lemak tak jenuhnya, sehingga permintaan masyarakat terhadap ikan
untuk konsumsi terus meningkat. Namun demikian, ikan merupakan bahan pangan
yang mudah rusak (perishable food). Kerusakan atau penurunan
mutu ikan terjadi lebih cepat bila suhu penyimpanan meningkat. Salah satu upaya
yang dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan pendinginan.
Teknologi pendinginan adalah teknologi yang paling mudah digunakan untuk
mempertahankan kualitas ikan termasuk penerapan sistem rantai dingin. Dengan sistem
ini kondisi dingin ikan terus dijaga selama penanganan mulai dari penangkapan
hingga ke tangan konsumen. Penerapan sistem rantai dingin mutlak diperlukan
agar konsumen memperoleh ikan dengan kualitas prima. Oleh karena itu pedagang
ikan segar keliling yang secara langsung mendistribusikan ikan ke tangan
konsumen harus menerapkan sistem ini.
Berbagai metode pendinginan digunakan oleh para pedagang ikan keliling,
diantaranya penggunaan es dalam wadah styrofoam, tetapi banyak kendala yang dihadapi terutama penggunaan es yang boros.
Metode lain yang dapat diterapkan adalah penggunaan peti ikan berpendingin oleh
pedagang ikan segar (Widianto et al., 2014). Penerapan peti ikan berpendingin
mampu mempertahankan suhu dan mutu kesegaran ikan selama proses penjualan ikan
eceran oleh pedagang ikan keliling. Peti ikan berpendingin tersebut dikenal
dengan nama Altis-2 yang merupakan singkatan dari alat transportasi ikan segar
untuk kendaraan roda 2.
Altis-2 terdiri dua buah peti berinsulasi yang dirangkaikan dengan
dudukan dan diletakkan di sebelah kanan dan kiri sepeda motor. Sistem pendingin
alat ini menggunakan sistem Thermoelectric Cooling (TEC) dengan
sumber energi arus DC dari aki. Prinsip kerja sistem TEC adalah pemanfaatan terjadinya
perbedaan suhu antara sisi panas dan sisi dingin modul TEC atau peltier. Setelah diberi arus DC bagian sisi
dingin peltier digunakan untuk
menyerap panas ruang penyimpanan yang kemudian dilepas ke lingkungan melalui
sisi panas elemen peltier sehingga suhu ruang menjadi rendah. Sistem TEC
memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sistem pendingin
konvensional menggunakan refrigerant.
Uji lapang Altis-2 telah dilakukan di Kabupaten Gunungkidul oleh
pedagang ikan segar. Hasil uji coba peti dalam kondisi kosong menunjukkan bahwa
suhu dapat mencapai 11,1–15,5 °C. Setelah diisi 30 kg ikan yang sebelumnya
telah didinginkan hingga 0–1 °C dan dilakukan praktek penjualan ikan eceran
selama 3– 3.8 jam, suhu ikan meningkat tetapi hanya sampai 3 °C dengan nilai
mutu organoleptik dan jumlah bakteri yang hampir tidak berubah. Dapat dikatakan
bahwa peti ikan berpendingin mampu mempertahankan suhu dan mutu kesegaran ikan
selama proses penjualan ikan eceran oleh pedagang ikan keliling. Namun
pengujian baru dilakukan pada satu pedagang dan satu lokasi sehingga belum
diketahui penerimaannya bila diujikan di lokasi yang berbeda. Oleh karena itu, teknologi
baru tersebut sebelum diterapkan perlu dikaji penerimaannya oleh pengguna.
LRMPHP sebagai institusi yang telah mengembangkan teknologi Altis-2, telah
melakukan penelitian tentang Analisis
Penerimaan Alat Transportasi Ikan Segar Berpendingin Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Models (TAM). Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang
mempengaruhi penerimaan Altis-2 oleh para pedagang ikan menggunakan model TAM
dan perbaikan yang harus dilakukan sebelum diproduksi massal. TAM merupakan
model yang menjelaskan penerimaan masyarakat terhadap suatu sistem atau
teknologi tertentu serta opini mereka terhadap teknologi tersebut (Davis,
1989). Ciri khas dari Model TAM adalah sederhana namun bisa memprediksi
penerimaan maupun penggunaan teknologi.
Penelitian ini difokuskan pada uji penerimaan Altis-2 oleh pedagang ikan
segar di 6 lokasi (Gunung Kidul, Padang, Pacitan, Bantul, Jembrana dan Bitung) melalui
pendekatan TAM. Variabel yang digunakan yaitu kemudahan, kegunaan dan penerimaan alat
tersebut. Hasil pengukuran tingkat penerimaan Altis-2 oleh pedagang ikan
keliling menggunakan TAM memberikan gambaran bahwa variabel kemudahan pengoperasian
(persiapan, pelaksanaan dan pasca pemakaian) Altis-2 sangat mempengaruhi
tingkat penerimaan. Kondisi spesifik lokasi uji yang berbeda tidak menyebabkan
perbedaan persepsi kemudahan, kegunaan dan penerimaan penggunaan Altis-2. Pada tahapan
operasional perlu adanya beberapa perbaikan yaitu kemudahan memasang dan
melepas rangka dari sepeda motor, penyesuaian ukuran lebar Altis-2, dan
perubahan posisi sistem pendingin TEC hingga menjadi lebih tinggi.
Sumber : JPB
Kelautan dan Perikanan 2016
0 comments:
Posting Komentar