Guna menciptakan efektivitas
penyelenggaraan anggaran di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Menteri
Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mendorong penggunaan anggaran yang berbasis
pada hasil (output). Hal ini menurutnya
sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo yang menginginkan kementerian/lembaga
menggunakan anggaran secara bijak, bukan hanya mengejar target penyerapan.
“Kita juga harus
memetakan dari anggaran ini menghasilkan apa? Selain income atau masukan ke
negara, dampak ikutannya apa saja? Sehingga nanti akan kita dapatkan hasil,
jumlah penyerapan tenaga kerja yang sesungguhnya,” tuturnya dalam kegiatan
serah terima Daftar Isian Penyelenggaraan Anggaran (DIPA) KKP bersama sederet
pejabat Eselon I di Jakarta, Kamis (14/11).
Menurut Menteri
Edhy, penyerapan tenaga kerja yang dimaksud tidak terbatas pada tenaga kerja
formal. Dengan kemajuan teknologi, ia berpendapat status formal dan informal
tidak membedakan jaminan yang didapat tenaga kerja. Terlebih saat ini
pemerintah telah menyediakan asuransi dan jaminan sosial bagi pekerja, termasuk
stakeholder perikanan seperti nelayan dan pembudidaya.
“Saya melihat
optimisme di KKP. Banyak bidang yang bisa kita tingkatkan dan saya sangat yakin
kita bisa sama-sama melakukan penyerapan ini dalam suasana yang rileks tapi
semangat,” ucapnya.
Alokasi anggaran
KKP ke depan juga akan diarahkan untuk memberikan nilai tambah bagi sektor
kelautan dan perikanan. Salah satunya untuk pengembangan sektor budidaya
sebagaimana diamanatkan Presiden.
Tak hanya
budidaya, nilai tambah di sektor penguatan daya saing produk kelautan dan
perikanan, pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan, pengelolaan ruang
laut, riset dan pengembangan SDM, pengawasan perkarantinaan, pengawasan
keuangan, hingga pekerjaan rumah tangga KKP juga akan ditingkatkan.
Untuk
mengoptimalkan hal ini, Menteri Edhy bersama jajaran Eselon I KKP juga telah
melakukan dialog bersama stakeholder kelautan dan perikanan dari berbagai
daerah. Dengan mengintensifkan komunikasi, Menteri Edhy berharap agar pembuat
kebijakan tak perlu berlama-lama lagi dalam merumuskan kebijakan. Para pejabat
pun diminta untuk lebih aktif menyampaikan ide dan terobosan yang dianggap
dapat menjadi solusi persoalan yang dihadapi kepada dirinya.
“Penyerahan DIPA
ini akan saya jadikan momen bahwa hari ini pola kita harus kita ubah. Kita
jangan as usual. Jangan Bapak dan Ibu nunggu instruksi dari saya terus untuk
menghasilkan satu terobosan. Sampaikan saja. Nanti kita putuskan dalam rapat
pimpinan,” jelasnya.
Menteri Edhy juga
meminta agar pembangunan laut dan perairan darat diseimbangkan. Jangan sampai
pembangunan hanya berfokus di daratan atau di lautan saja dengan
mengesampingkan salah satunya.
Ia juga mendorong
pemanfaatan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan pemerintah dalam
pemberdayaan stakeholder kelautan dan perikanan. “Jangan hanya mengandalkan
APBN yang terbatas. Saat ini ada tools baru yang kita miliki yaitu KUR.
Ternyata KUR ini sekarang sudah ditingkatkan dari Rp25 juta menjadi Rp50 juta
untuk mikro dan tidak perlu agunan. Kalau usaha kecil itu sampai Rp200 juta,”
paparnya.
Peluang ini
menurutnya harus dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu, ia menilai perlu adanya
pelatihan bagi SDM sesuai dengan bidang yang diminatinya. “Misalnya ada yang
minat di pengolahan sampah laut. Ternyata ada teknologi yang bisa dipakai untuk
mengelola plastik. Itu juga bisa kita kembangkan dengan KUR, yang penting
kelompoknya jelas,” imbuhnya.
Di bidang
budidaya, Menteri Edhy menyarankan pengembangan budidaya bawal bintang seperti
yang ditemuinya dalam kunjungan kerja di Batam, Kepulauan Riau (Kepri).
Sementara di bidang riset dan SDM, ia mengingatkan bahwa orientasi bukan lagi
berapa banyak lulusan, melainkan sejauh mana para lulusan bisa menciptakan
usaha dan lapangan pekerjaan.
“Penyerahan DIPA
ini walaupun ini rutinitas tiap tahun, kita harus bikin terobosan baru. Pak
Jokowi mengingatkan, kita jangan lagi berpikir seperti biasanya, harus cari
terobosan-terobosan yang membuat kita jadi luar biasa,” tutupnya.
Sumber : KKPNews
0 comments:
Posting Komentar