Lele merupakan jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika. Jenis yang sudah dibudidayakan secara komersial di Indonesia yaitu lele dumbo (Clarias gariepinus) dan lele local (Clarias batrachus). Menurut Direktorat Produksi dan Usaha Budidaya dalam Buku Saku Budidaya Ikan Lele Sistem Bioflok Tahun 2017, budidaya lele mengalami perkembangan yang cukup pesat, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu budidaya lele dapat menggunakan lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar yang tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, memiliki pangsa pasar yang jelas, modal usaha yang dibutuhkan tidak terlalu besar, dan waktu usaha yang dibutuhkan tidak terlalu lama. Masyarakat cenderung mengkonsumsi ikan lele dalam bentuk segar, dengan mengolah lele menjadi fillet, daging lumat atau surimi diharapkan dapat meningkatkan nilai tambahnya.
Daging lumat lele diperoleh dengan memisahkan daging dengan tulang dan duri ikan lele. Salah satu peralatan yang dapat digunakan dalam proses pemisahan tersebut adalah meat bone separator (alat pemisah daging). Secara umum alat pemisah daging ikan telah diproduksi dan beredar di pasaran. Selain itu mesin pemisah daging komersial memiliki kapasitas dan energi yang berbeda pula. Dalam penelitian, alat pemisah daging komersial yang digunakan berukuran 1525 mm x 980 mm x 1192 mm, dan spesifikasi mesin 3700 Watt (Gambar 1).
Daging lumat lele diperoleh dengan memisahkan daging dengan tulang dan duri ikan lele. Salah satu peralatan yang dapat digunakan dalam proses pemisahan tersebut adalah meat bone separator (alat pemisah daging). Secara umum alat pemisah daging ikan telah diproduksi dan beredar di pasaran. Selain itu mesin pemisah daging komersial memiliki kapasitas dan energi yang berbeda pula. Dalam penelitian, alat pemisah daging komersial yang digunakan berukuran 1525 mm x 980 mm x 1192 mm, dan spesifikasi mesin 3700 Watt (Gambar 1).
Gambar 1. Alat pemisah daging komersial |
Dalam
proses pengujian kinerja alat pemisah daging tersebut, lele diberi perlakuan pendahuluan terlebih dahulu dengan cara dibelah dua
dalam bentuk butterfly dan bentuk sayat
samping. Lele yang sudah dipreparasi selanjutnya dimasukkan ke dalam alat pemisah daging dengan cara memasukkan lele
mulai dari bagian ekor, sedangkan untuk lele yang dibelah, arah daging menghadap ke
bagian drum berpori. Posisi saat lele dimasukkan ke alat pemisah daging disajikan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Posisi saat lele dimasukkan ke alat pemisah daging |
Hasil
uji kinerja alat pemisah daging komersial menunjukkan bahwa alat lebih efektif untuk pemisahkan daging ikan dalam bentuk butterfly dibanding disayat. Rendemen daging
lumat lele dengan perlakuan belah/ butterfly
lebih besar (39%) dibandingkan rendemen daging lumat lele dengan perlakuan
sayat (37,83%). Hal ini disebabkan bagian permukaan daging lele dan kulit sebagai
pembungkus daging lele telah terbuka, sehingga proses pemasukan daging saat penekanan
oleh silinder berpori dan conveyor belt
menjadi lebih mudah dibandingkan lele yang disayat.
Selain
itu, waktu pengolahan daging lumat lele yang diberi perlakuan belah/ butterfly lebih cepat dibandingkan waktu
pengolahan daging lumat lele yang diberi perlakuan sayat samping untuk jumlah
bahan baku yang sama. Dengan demikian kapasitas pengolahan daging lumat lele
yang diberi perlakuan belah/ butterfly
(90,3 kg/jam) lebih besar dibandingkan kapasitas pengolahan daging lumat lele
yang diberi perlakuan sayat samping (55,1 kg/jam). Hal ini disebabkan karena ukuran
ketebalan ikan pada perlakuan belah lebih tipis dibandingkan perlakuan sayat,
sehingga lebih mudah masuk ke dalam alat pemisah daging.
Penulis : Putri Wullandari, Peneliti LRMPHP
0 comments:
Posting Komentar