Penurunan mutu kesegaran ikan dapat
berlangsung secara enzimatis, kimia dan baktereologi. Laju penurunan mutu ikan
tersebut sangat dipengaruhi oleh suhu. Oleh karena itu penanganan dan
pendinginan ikan sangat diperlukan. Salah satu media pendingin yang umum
digunakan untuk penanganan dan penyimpanan ikan adalah es yang umumnya
digunakan oleh para nelayan kecil untuk mempertahankan mutu ikan hasil
tangkapan. Salah satu kendala yang dihadapi adalah jumlah pasokan es yang
terbatas yang disebabkan karena pasokan listrik PLN untuk pembangunan pabrik es
mini di daerah pesisir masih kurang sehingga suplai es diperoleh dari lokasi
yang jauh. Oleh karena itu diperlukan energi alternatif yang mudah di
aplikasikan di daerah pesisir yang jauh dari jaringan listrik PLN.
Salah satu energi alternatif yang potensial
untuk digunakan untuk menggantikan listrik PLN adalah energi matahari atau energi
surya. Pemanfaatan energi surya sebagai sumber energi untuk mensuplai daya
mesin pembuat es diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi
kekurangan pasokan es di daerah-daerah yang minim pasokan listriknya. Dalam Annual Engineering Seminar (2013),
Suhanan et al., menyampaikan bahwa salah satu pemanfaatan energi surya dengan memanfaatkan
panasnya adalah pada sistem refrigerasi absorpsi karena mesin refrigerasi absorpsi
adalah mesin refrigerasi yang bekerja dengan memanfaatkan panas/kalor. Siklus
pendinginan absorpsi mirip dengan siklus pendinginan kompresi uap. Perbedaan utama kedua siklus tersebut adalah
gaya yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara tekanan penguapan dan
tekanan kondensasi serta cara perpindahan uap dari wilayah bertekanan rendah ke
wilayah bertekanan tinggi. Pada sistem pendingin kompresi uap digunakan
kompresor, sedangkan pada sistem pendingin absorpsi digunakan absorber dan
generator. Uap bertekanan rendah diserap di absorber, tekanan ditingkatkan
dengan pompa dan pemberian panas di generator sehingga absorber dan generator
dapat menggantikan fungsi kompresor secara mutlak. Untuk melakukan proses kompresi tersebut,
sistem pendingin kompresi uap memerlukan masukan kerja mekanik sedangkan sistem
pendingin absorpsi memerlukan masukan energi panas. Sistem refrigerasi absorpsi
yang umum digunakan adalah absorpsi ammonia-water
dan water-lithium bromide.
Sistem water-lithium
bromide banyak digunakan untuk pengkondisian udara dimana suhu evaporasi
berada di atas 0 ºC. Litium Bromida (LiBr) adalah suatu kristal garam padat,
yang dapat menyerap uap air. Larutan cair yang terjadi memberi tekanan uap yang
merupakan fungsi suhu dan konsentrasi larutan. Sedangkan sistem amonia-water digunakan secara luas untuk
mesin pendingin berskala kecil (perumahan) maupun industri, yang mana suhu
evaporasi yang dibutuhkan mendekati atau di bawah 0ºC. Menurut Horuz dalam Int. Comm. Heat Mass Transfer (1998)
menyatakan bahwa pemanfaatan sistem ammonia-water
aplikasinya di industri untuk pendinginan pada temperatur rendah. Aplikasi sistem
absorpsi ammonia-water yang sudah dilakukan yaitu oleh Energy Concepts (energy-concepts.com) melalui Isaac Solar Ice Maker Project yang telah
melakukan uji coba lapang sistem absorpsi ammonia-water
di lokasi remote area. Lokasi proyek tersebut yaitu di Maruata Mexico (gambar
1) yang menggunakan es hasil produksinya sebagai pendingin hasil tangkapan ikan, dan di Matano
Manne Kenya (gambar 2) yang merupakan desa yang memproduksi susu sapi dan
menggunakan es hasil produksi untuk mendinginkan susu sapi.
Gambar 1. Aplikasi
sistem absorpsi di Maruata Mexico (sumber : Energy
Concepts)
Gambar 1. Aplikasi sistem absorpsi di Matano Manne Kenya (sumber : Energy Concepts) |
Pemanfaatan sistem refrigerasi absorpsi di
Indonesia untuk pendinginan pada umumnya dan pembuatan es pada khususnya masih
sangat sedikit. Menurut Septiadi et al., yang disampaikan dalam Jurnal
Meteorologi dan Geofisika (2009) menyatakan bahwa sebetulnya potensi sumber energi
surya yang berupa panas di Indonesia cukup melimpah karena wilayah yang dilalui
garis khatulistiwa dan menerima radiasi
yang cenderung tegak lurus dibanding wilayah lain dimuka bumi. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian dan
kajian yang bertujuan untuk mengetahui apakah sistem tersebut bisa di
aplikasikan untuk pembuatan es di cuaca tropis Indonesia.
Penulis : Wahyu Tri Handoyo
0 comments:
Posting Komentar