Semua organisme membutuhkan oksigen untuk
kelangsungan hidup mereka, kecuali beberapa mikroorganisme yang bersifat
anaerob. Organisme akuatik pun membutuhkan oksigen untuk menopang metabolisme
mereka, termasuk ikan. Berbeda dengan organisme terestrial yang dapat
memanfaatkan oksigen langsung dari udara, ikan hanya bisa memanfaatkan oksigen
yang terlarut dalam air. Perbedaan tekanan osmosis antara air dan insang,
memungkinkan oksigen terdifusi masuk ke dalam peredaran darah ikan. Ada beberapa
spesies ikan yang bisa mengambil oksigen langsung dari udara karena memiliki
alat bantu pernafasan, yaitu lele dan gurami, akan tetapi sifatnya hanya
membantu fungsi insang bukan menggantikan.
Ketersediaan oksigen terlarut adalah hal yang mutlak
untuk organisme akuatik. Dalam perikanan budidaya, terutama untuk komoditas
bernilai ekonomis tinggi seperti udang, ketersediaan oksigen ini sangat dijaga.
Berdasarkan hasil penelitian Andi Sahrijanna dan Early Septiningsih (2017), mengenai kualitas
air pada budidaya tambak udang, oksigen terlarut akan drop di waktu malam hingga titik terendah pada dini hari. Hal ini
disebabkan, fitoplankton yang pada siang hari berfotosisntesis menghasilkan
oksigen terlarut, melakukan respirasi yang membutuhkan oksigen sehingga terjadi
kompetisi antara udang dengan fitoplankton. Sedangkan kebutuhan oksigen
terlarut untuk budidaya udang yang optimal berkisar antara 3-6 ppm. Jika pada
saat kompetisi tersebut berlangsung tidak ada suplai oksigen tambahan, maka oksigen
terlarut dalam tambak akan drop
bahkan hingga 0 ppm sehingga sangat
dimungkinkan terjadinya kematian massal udang. Oleh sebab itu, penggunaan kincir
di malam hari mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan oksigen terlarut yang
tinggi tersebut.
Sumber utama oksigen terlarut dalam suatu perairan
berasal dari fotosintesis fitoplankton, mikro dan makroalgae yang hidup di
perairan tersebut dan proses difusi dari udara bebas. Laju difusi oksigen dari
udara bebas ke dalam perairan dipengaruhi oleh suhu air, tekanan udara,
salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus/gelombang serta
kedalaman air. Hubungan masing-masing parameter terhadap oksigen terlarut dapat
dilihat pada Tabel 1.
Konsep untuk penambahan oksigen terlarut dalam air dibagi
menjadi dua, yaitu aerasi dan agitasi. Aerasi merupakan suatu bentuk proses
penambahan udara atau oksigen di dalam air dengan cara membawa air dan udara
tersebut ke dalam kontak yang dekat, dengan menyemprotkan udara ke dalam air melalui
suatu pori-pori yang kecil sehingga membentuk gelembung udara yang halus serta
membiarkannya untuk bisa naik melalui air. Agitasi prinsipnya adalah mengaduk
sehingga terbentuk arus/gelombang air yang memercik dengan tujuan memperluas
dan memperlama bidang kontak dengan udara sehingga memungkinkan oksigen lebih
banyak terdifusi dalam air. Kincir air yang banyak digunakan pada tambak
menggunakan konsep agitasi air, sedangkan konsep aerasi banyak dijumpai pada
akuarium.
0 comments:
Posting Komentar