Target produksi perikanan budidaya kian tinggi dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2020, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
menetapkan target sebesar 18,44 juta ton.
Target produksi sebesar ini dapat dicapai dengan intensifikasi dan atau
ekstensifikasi. Konsep intensifikasi adalah penambahan kepadatan ikan atau
udang tanpa penambahan luasan lahan budidaya didukung dengan penerapan
teknologi tinggi sebagai penunjang. Sedangkan ekstensifikasi adalah perluasan
lahan budidaya tanpan menambah kepadatan ikan atau udang dengan penerapan
teknologi minimal. Salah satu permasalahan dalam ekstensifikasi adalah luasan
lahan yang semakin terbatas, konflik kepentingan atas lahan dan modal awal
untuk konstruksi yang lumayan tinggi.
Sebagai salah satu pemecahan permasalahan tersebut, kolam terpal hadir dengan menawarkan berbagai keunggulannya yaitu harga yang murah, konstruksi yang mudah, ukuran yang dapat disesuaikan dengan lahan yang ada dan praktis mudah dipindahkan. Bahkan, saat ini sudah ada kolam terpal yang digunakan untuk budidaya instensif dengan menggunakan teknologi bioflok. Bioflok berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan flock yang berarti gumpalan, sehingga makna kata bioflok adalah kumpulan organisme seperti bakteri, algae, protozoa, cacing dan lain-lain yang menggumpal berfungsi sebagai pakan ikan. Menurut Faridah dkk pada penelitiannya yang dipublikasikan pada tahun 2019, mengenai budidaya ikan lele dengan metode bioflok, teknologi ini lebih efisien dalam penggunaan lahan karena mampu meningkatkan padat tebar hingga 20 kali lipat dibandingkan teknologi konvensional sehingga produksi lebih tinggi. Akan tetapi, dibalik semua keunggulan dan kepraktisan kolam terpal tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
Sebagai salah satu pemecahan permasalahan tersebut, kolam terpal hadir dengan menawarkan berbagai keunggulannya yaitu harga yang murah, konstruksi yang mudah, ukuran yang dapat disesuaikan dengan lahan yang ada dan praktis mudah dipindahkan. Bahkan, saat ini sudah ada kolam terpal yang digunakan untuk budidaya instensif dengan menggunakan teknologi bioflok. Bioflok berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan flock yang berarti gumpalan, sehingga makna kata bioflok adalah kumpulan organisme seperti bakteri, algae, protozoa, cacing dan lain-lain yang menggumpal berfungsi sebagai pakan ikan. Menurut Faridah dkk pada penelitiannya yang dipublikasikan pada tahun 2019, mengenai budidaya ikan lele dengan metode bioflok, teknologi ini lebih efisien dalam penggunaan lahan karena mampu meningkatkan padat tebar hingga 20 kali lipat dibandingkan teknologi konvensional sehingga produksi lebih tinggi. Akan tetapi, dibalik semua keunggulan dan kepraktisan kolam terpal tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Konstruksi
rangka
Dalam
pemilihan rangka harus disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kolam. Kolam yang
lebih besar membutuhkan ukuran besi yang lebih besar pula untuk rangkanya. Hal
ini untuk menghindari rangka jebol karena tidak kuat menahan tekanan air. Kolam
berbentuk bulat dengan diameter 1,5 meter, rangka dapat menggunakan wiremesh dengan ukuran m5, ukuran kotak
15-20 cm. Untuk diameter yang lebih besar harus menggunakan wiremesh dengan
ukuran yang lebih besar pula. Sedangkan untuk kolam berbentu kotak/persegi,
rangka sebaiknya dibuat dari besi hollow. Kolam berukuran 1 x 1 m dapat
menggunakan besi hollow 1x3 cm dengan ketebalan 1,2-1,6 mm untuk rangka utama
kemudian dibuat rangka tambahan dari wiremesh ukuran m5. Untuk ukuran yang
lebih besar maka ukuran besi juga diperbesar. Contoh rangka kolam terpal
terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
|
Gambar 2. Rangka kotak untuk kolam kotak |
2. Kebocoran
Kebanyakan
kolam terpal terbuat dari bahan semi Orchid yaitu bahan semi karet yang elastis
namun sangat rentan bocor ketika tertusuk benda tajam. Oleh sebab itu dalam pemasangannya
terpal harus diletakkan pada tempat yang bebas dari benda bersudut lancip/ujung
tajam. Kawat pengikat rangka juga harus diperhatikan agar ujungnya tidak mengenai
terpal. Contoh kolam terpal yang mengalami kebocoran terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kolam terpal yang bocor karena berlubang |
Kandungan
mineral dan unsur hara dalam air kolam sebagian besar diperoleh dari pelapukan
dan proses redoks yang terjadi dalam tanah. Kandungan in akan menyuburkan
perairan kolam sehingga kolam tanah akan lebih banyak planktonnya dibanding
kolam terpal. Plankton ini menjadi makanan tambahan ikan sehingga lebih cepat
pertumbuhannya. Pada kolam terpal, mineral dan unsur hara ini hanya diperoleh
dari air, sisa pakan dan sisa metabolisme ikan saja sehingga jumlahnya lebih
terbatas. Bakteri dekomposer yang ada dalam kolam terpal juga lebih sedikit
dibandingkan dengan kolam tanah sehingga air lebih cepat bau.
4. Mudah
lapuk
Kolam
terpal yang terus menerus terpapar sinar matahari akan cepat lapuk dan rusak
sebelum waktunya. Usia rata-rata kolam terpal 2-3 tahun, agar lebih awet
sebaiknya ditempatkan di tempat yang teduh dan tidak terkena matahari langsung.
Contok pelapukan yang terjadi pada kolam terpal terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kolam terpal lapuk |
Pemilihan jenis kolam bergantung dengan tujuan
berbudidaya ikan. Apabila pertimbangannya adalah mobilitas, biaya dan kemudahan
maka kolam terpal adalah pilihan terbaik. Namun, apabila yang menjadi prioritas
adalah pemakaian jangka panjang maka kolam tanah atau semen lebih sesuai.
Penulis : Iwan M. Al Wazzan, Peneliti LRMPHP
0 comments:
Posting Komentar