Indonesia
memiliki kekayaan hayati yang melimpah, salah satunya adalah ikan. Dikutip dari
Juknis Pemetaan Sebaran JADDI yang diterbitkan oleh BKIPM KKP yang diperoleh
dari beberapa sumber, melaporkan bahwa diperkirakan Indonesia memiliki 8500 spesies ikan hidup di
perairan Indonesia atau merupakan 45 % dari jumlah spesies yang ada di dunia.
Jumlah spesies yang cukup kaya tersebut perlu dilakukan identifikasi sebagai
upaya untuk menjaga dan melindungi kelestariannya. Hal ini dikarenakan
keanekaragaman hayati ikan merupakan komponen penting untuk menjaga stabilitas
ekosistem perairan Indonesia.
Dewasa
ini perkembangan bidang pengolahan citra dan computer vision sangat pesat dan
dapat di aplikasikan untuk berbagai kebutuhan identifikasi dan deteksi di
berbagai bidang dalam industri. Di bidang industri pengolahan citra digunakan
untuk membantu proses sortasi, grading, identifikasi dan pengedeteksian cacat
produk dengan akurasi sekitar 80 – 96 % dan proses yang cepat.
Pengolahan
citra didefinisikan sebagai suatu bentuk pengolahan atau pemrosesan sinyal
dengan input berupa gambar (image) dan ditransformasikan menjadi gambar yang
disempurnakan atau mengekstrak informasi dari gambar tersebut. Menurut Arsy et
al. dalam Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer (2016) menyampaikan bahwa suatu
citra digital melalui pengolahan citra digital menghasilkan citra digital yang
baru, termasuk didalamnya adalah perbaikan citra (image restoration) dan
peningkatan kualitas citra (image enhancement). Sedangkan analisis citra
digital (digital image analysis) menghasilkan suatu keputusan atau suatu data,
termasuk didalamnya adalah pengenalan pola (pattern recognition).
Pengolahan
citra saat ini juga sudah dikembangkan untuk identifikasi spesies ikan di
perairan ataupun di kedalaman laut. Proses yang cepat dan memiliki akurasi yang
tinggi merupakan kelebihan dalam identifikasi keanekaragaman spesies ikan.
Allken et al. dalam ICES Journal of Marine Science (2018) melakukan penelitian
yang ditujukan untuk mengembangkan sistem identifikasi spesies ikan otomatis
untuk mendukung survei akustik-pukat. Metode yang digunakan adalah menggunakan
data latih gambar atau citra dari survei, sekitar seribu gambar tiap spesies
yang dikurasi secara manual sehingga hanya satu spesies yang akan muncul. Untuk
menghasilkan gambar yang secara realistis menyerupai foto-foto penginderaan
jauh, contoh ikan dipotong dari gambar nyata dan disisipkan ke gambar latar
belakang kosong pada posisi acak, dengan orientasi dan ukuran acak (gambar 1).
Untuk validasi dan pengujian, digunakan dataset seimbang dengan jumlah gambar yang sama untuk setiap
spesies ikan yang terdiri dari total 3.000 gambar yang diperoleh dari survei Deep Vision.
Gambar 1. Metode yang digunakan untuk menghasilkan citra data latih (sumber : Allken et al. dalam ICES Journal of Marine Science, 2018) |
Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa metode yang digunakan yaitu standard convolutional
neural network mampu mengidentifikasi spesies ikan dengan benar dengan
akurasi 94% pada dataset gambar yang dikumpulkan dari survei perikanan standar
menggunakan sistem kamera yang tersedia secara komersial. Gambar yang tidak
bisa dikasifikasikan terutama disebabkan karena gambar ikan yang hanya terlihat
sebagian atau dalam orientasi yang tidak ideal. Namun demikian, sistem ini
berhasil mengidentifikasi sejumlah besar gambar walaupun ikan hanya terlihat
sebagian.
Penelitian
lain dilakukan oleh Siddiqui et al. yang dipublikasikan dalam ICES Journal of
Marine Science (2018). Penelitian yang dilakukan adalah mengklasifikasikan
sepsies ikan secara otomatis dalam video bawah air. Tujuan penelitian yang
dilakukan adalah untuk menentukan akurasi yang dapat dicapai pada klasifikasi
spesies ikan berbutir halus dengan menggunakan teknik deep learning. Deep learning sendiri adalah jenis
Machine Learning yang digunakan untuk
melakukan tugas-tugas klasifikasi langsung dari gambar, teks atau suara.
Metode
yang digunakan pada penelitian yang dilakukan adalah menggunakan data video
dikumpulkan dari beberapa program pengambilan sampel video bawah air jarak
jauh. Video yang diambil pada 16 spesies ikan ditangkap selama analisis yang
digunakan untuk menentukan kelimpahan relatif spesies. Penghitungan dan
pengukuran jumlah maksimum ikan dari satu spesies yang diidentifikasi dalam
bidang pandang secara bersamaan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Event Measure Stereo. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa keakuratan klasifikasi pada 16 spesies ikan
yang difokuskan pada penelitian adalah 94,3%.
Penulis : Wahyu Tri Handoyo - LRMPHP
0 comments:
Posting Komentar