Salah
satu diversifikasi produk rumput laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi
adalah karaginan yang diperoleh dari proses ekstraksi rumput laut. Karaginan
adalah polisakarida linear berupa galaktan tersulfatasi yang diekstrak dari
rumput laut merah (Rhodophyceae).
Tiga jenis karaginan komersial yang paling penting adalah karaginan iota, kappa, dan lambda. Dikutip
dari Polymers 3 yang disampaikan oleh
Kadajji & Betageri (2011), pengguaan karaginan cukup luas baik untuk produk
pangan maupun non pangan. Karaginan larut dalam air panas dan air dingin
sehingga dapat digunakan sebagai pengental dan penstabil pada minuman dan
makanan. Pada produk non pangan karaginan bisa digunakan sebagai coating,
pengental, pembentuk gel pada produk kosmetik, farmasi, cat dan lain
sebagainya.
Proses
pengambilan atau ekstraksi karaginan merupakan kunci diperolehnya produk karaginan
yang baik. Diperoleh dari beberapa sumber kualitas dan rendemen karaginan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Asikin et al (2015) dalam Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
menyampaikan bahwa kualitas karagenan tidak hanya dipengaruhi oleh jenis
pelarut yang digunakan, tetapi juga oleh konsentrasi pelarut yang digunakan.
Selain itu seperti disampaikan Wenno et
al (2012) dalam Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
bahwa umur panen rumput laut juga merupakan faktor penting yang menentukan
kualitas karaginan.
Secara
umum, ekstraksi karaginan dari rumput laut memerlukan beberapa tahapan, yaitu
proses perendaman, ekstraksi, pemisahan karaginan dengan pelarut, dan kemudian
pengeringan karaginan. Setiap tahapan proses ini akan mempengaruhi jumlah dan
kualitas karaginan. Kendala yang dialami pada proses ekstraksi karaginan
konvensional salah satunya adalah membutuhkan waktu yang lama dan rendemen yang
dihasilkan masih kurang baik. Oleh karena itu diperlukan alternatif metode
ekstraksi karaginan, salah satunya yaitu menggunakan teknologi microwave atau gelombang mikro yang
sering disebut sebagai Microwave Assisted
Extraction (MAE). Skema prinsip kerja ekstraksi berbasis microwave seperti disajikan pada gambar
1.
Gambar 1. Skema mekanisme ekstraksi
berbasis microwave (sumber : Wang et al, 2005 dalam Journal of Food Engineering)
Dikutip dari Handbook of microwave technology for food applications yang
disampaikan oleh Datta & Anantheswaran (2001), microwave adalah gelombang elektromagnetik dengan interval
frekuensi antara 300 MHz hingga 300 GHz dan panjang gelombang antara 1 mm
hingga 1 m. Wray & Ramaswamy (2015) dalam Jurnal Drying Technology
menyatakan bahwa frekuensi yang digunakan untuk aplikasi pemanasan microwave yaitu 915 MHz, 2450 MHz, dan
5800 MHz, tetapi yang umum digunakan untuk pengolahan makanan dan khususnya
untuk oven microwave adalah 2450 MHz.
Proses ektraksi dengan menggunakan microwave lebih cepat karena pemanasan
yang terjadi adalah pemanasan volumetrik. Dikutip dari Momentum (2010)
diperoleh informasi bahwa ektraksi berbasis microwave
memiliki kelebihan karena memiliki kontrol terhadap temperatur yang lebih baik
dibandingkan proses pemanasan konvensional. Selain itu juga memiliki beberapa keunggulan
lain, diantaranya adalah waktu ekstraksi yang lebih singkat, konsumsi energi dan
pelarut yang lebih sedikit, hasil yang lebih tinggi, akurasi dan presisi yang
lebih tinggi.
Beberapa penelitian terkait dengan ekstraksi rumput laut
menggunakan microwave telah banyak
dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Delfin et al (2013) yang disampaikan dalam Journal of Applied Phycology. Penelitian dilakukan dengan melakukan
ekstraksi karaginan dari rumput laut Hypnea
musciformis dengan metode konvensional dan berbasis microvawe. Ekstraksi
berbasis microwave menggunakan
frekuensi 2450 MHz dengan melakukan beberapa variasi suhu pemanasan. Hasil
penelitian diperoleh bahwa meskipun hasil karaginan yang dihasilkan lebih rendah
selama ekstraksi, tetapi karaginan yang dihasilkan dengan metode baru ini
sebanding dengan yang diekstraksi dengan teknik konvensional. Penelitian lain
dilakukan oleh Sjahriza et al (2012)
yang disampaikan dalam Prosiding Seminar Nasional Sains V. Dalam penelitiannya
dilakukan ekstraksi karaginan dari rumput laut jenis Eucheuma Cottonii menggunakan metode konvensional dan menggunakan microwave. Dari dua metode tersebut
dilakukan perbandingan kualitas karaginan yang dihasilkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstraksi karaginan menggunakan microwave menghasilkan rendemen yang tinggi dan waktu yang lebih
cepat dibandingkan metode konvensional. Berdasarkan dari beberapa penelitian
yang telah dilakukan dan dikembangkan hasilnya menunjukkan bahwa metode
ekstraksi karaginan berbasis microwave
memiliki potensi yang cukup baik.
Penulis : Wahyu Tri Handoyo - LRMPHP
0 comments:
Posting Komentar