Pembekuan adalah teknologi paling popular yang
digunakan untuk mengawetkan ikan. Dalam proses pembekuan, suhu ikan diturunkan
hingga jauh dibawah titik bekunya sehingga ikan bisa awet hingga
berbulan-bulan. Namun, teknologi pembekuan bukan tanpa kekurangan. Adanya
pembentukan Kristal es dalam jaringan daging menyebabkan drip loss saat thawing yang menyebabkan nutrisi dan rasa ikan beku
menurun. Selain itu, dibandingkan pendinginan, pembekuan membutuhkan lebih
banyak energi yang digunakan untuk membuang panas latent dari ikan.
Supercooling merupakan salah satu
pendekatan untuk mengatasi hal tersebut. Supercooling
adalah proses penurunan suhu suatu bahan pangan di bawah titik bekunya tanpa
ada pembentukan Kristal es, seperti yang dikemukana oleh Stonehouse & Evans
tahun 2014 di Journal of Food Engineering
dengan judul the use of supercooling for
fresh foods: A review. Secara umum proses pembekuan dibagi menjadi 3 fase
(Gambar 1); pertama precooling yaitu
penurunan suhu hingga mendekati titik beku (idealnya 0 oC) dan cairan
dalam produk tetap berbentuk liquid dengan tingkat pendinginan tertentu dan begitu
nukleasi es terjadi, kristal es mulai terbentuk. Kedua fase transisi yaitu fase
dimana panas latent produk dibuang
dan suhu masih pada titik beku hingga semua cairan dalam produk menjadi es. Terakhir
solidifikasi yaitu saat semua cairan berubah menjadi padat (es) dan suhu turun
dengan cepat karena terjadi pembuangan
panas sensible. Derajat / tingkat supercooling sendiri adalah perbedaan
suhu nukleasi es dengan suhu kesetimbangan titik beku.Gambar 1. Profil umum suhu-waktu pembekuan air dan proses supercooling (Sumber : Kang dkk, Food Sci Biotechnol.2020; 29(3):303–321)
Untuk mendapatkan supercooling adalah dengan menjaga agar tidak terjadi nukleasi es, dan tidak masuk ke fase transisi terlebih solidifikasi. Novel dan inovasi teknologi untuk mengontrol fase tersebut telah secara luas diteliti diantaranya aplikasi tekanan tinggi, ultrasound irradiation, dan electromagnetic field (EMF) dalam proses pembekuan.
Berdasarkan uraian diatas supercooling bisa diterapkan untuk memperpanjang masa simpan produk
perikanan, serta menghindarkan pembentukan Kristal es sehingga ikan yang disimpan
tidak mengalami kerusakan fisik. Selain itu, supercooling berpotensi menjadi
teknologi hemat energi karena energi yang dibutuhkan untuk proses pembuangan
panas laten dan sensible tidak lagi diperlukan. Supercooling juga akan memudahkan proses lanjutan pengolahan ikan
karena tidak dibutuhkan proses thawing.
Penulis : Arif Rahman Hakim - LRMPHP
0 comments:
Posting Komentar