Ikan memiliki beberapa manfaat yang membuatnya menjadi bagian dari diet sehat, seperti kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi, yang memiliki peran penting dalam tubuh dan dapat mengurangi resiko beberapa penyakit penyebab kematian. Hal ini dikemukakan oleh Thilsted dkk dalam Food Policy volume 61 tahun 2016. Selaras dengan itu, Perignon, Reynolds dan van Dooren dalam Public Health Nutrition volume 19, 22 dan 79 mengemukakan bahwa ikan merupakan produk berprotein tinggi yang dapat digunakan sebagai produk pengganti daging sapi yang relatif efisien di negara-negara dengan tingkat konsumsi daging sapi tinggi, karena menyebabkan lebih sedikit tekanan lingkungan daripada hewan lain yang layak untuk dikonsumsi manusia.
Konsumen sampai batas tertentu direkomendasikan untuk makan ikan dan bagi konsumen yang sudah makan lebih dari satu porsi ikan dianjurkan untuk mengganti sisanya dengan sumber protein nabati yang lain, hal ini sesuai rekomendasi dari Brink dkk dalam Public Health Nutrition volume 22 tahun 2019. Sementara itu, terdapat beberapa hambatan bagi konsumen untuk mengkonsumsi ikan, yaitu: ketidaksukaan terhadap sensorik ikan, kurangnya kenyamanan konsumen, kurangnya kepercayaan pada kemampuan sendiri untuk memilih dan mengolah ikan, masalah risiko kesehatan, kurangnya ketersediaan ikan dan juga harga tinggi di wilayah tertentu. Hal ini sesuai pemaparan Carlucci dkk dalam Appetite volume 84 tahun 2015. Dalam kaitannya dengan itu, Sadler dalam Trends in Food Science and Technology volume 15 tahun 2004 mengemukakan bahwa meat imitation erat kaitannya dengan munculnya convenience food dan adanya pangsa pasar kecil konsumen dengan minat untuk sesekali mengkonsumsi makanan tanpa kandungan daging.
Penelitian mengenai pengaruh penambahan ikan (baik telur maupun dagingnya) terhadap kualitas dan nilai gizi pork pates (daging babi) telah dilakukan oleh Skalecki dkk dalam Applied Science volume 11 tahun 2021. Produk yang ditambahkan telur dan daging ikan terbukti memiliki kandungan lemak dan nilai kalori yang lebih rendah dibandingkan produk yang murni terbuat dari daging babi. Selain itu, penambahan bahan baku ikan dapat meningkatkan indeks kualitas gizi untuk protein (dari 3,2 menjadi 3,9) dan mengurangi indeks gizi untuk lemak (dari 2,2 menjadi 1,9). Konstituen ikan memodifikasi warna, tekstur, dan sifat sensorik pork pates, sampai batas tertentu, sambil mempertahankan penerimaan konsumen. Tambahan telur ikan secara signifikan meningkatkan kualitas kesehatan dengan meningkatkan profil asam lemak pork pates.
Penelitian ini menggunakan model produk daging atau “pâté babi”, terbuat dari daging babi, lemak babi, hati babi, kaldu daging, dan campuran bumbu. Bahan-bahan dimasak selama sekitar 25 menit hingga suhu 75℃ di pusat geometris dan kemudian dicincang dua kali menggunakan sebuah alat pelumat daging HENDI 198 (Rhenen, Belanda) dan sebuah piringan dengan diameter 4 mm.
Gambar 1. Alat
pelumat daging HENDI 198
(Sumber : https://www.hendi.eu/en/meat-mincer-198-5512.html)
Bumbu dan garam ditambahkan ke dalam campuran bahan tersebut. Dalam rancangan penelitian, 20% daging (dari bahu babi) diganti dengan bahan baku ikan (telur atau daging ikan). Campuran dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam toples kaca (kapasitas 125 mL), yang ditempatkan dalam waterbath sistem sous-vide HENDI GN 1/1 (Rhenen, Belanda) pada suhu 90℃ dan dipasteurisasi untuk mendapatkan suhu 75℃ di dalam produk. Setelah pasteurisasi, pates didinginkan hingga suhu kamar dan disimpan selama 12 jam pada 6℃.
Gambar 2. Waterbath sistem sous-vide HENDI GN 1/1
(Sumber : https://www.hendi.eu/en/sous-vide-system-gn-11-6744.html)
Penulis : Putri Wullandari - LRMPHP
0 comments:
Posting Komentar