PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Selasa, 07 November 2017

Seminar Astechnova 2017- International Energy Conference


Astechnova 2017 International Energy Conference diselenggarakan di Eastparc Hotel pada tanggal 1 November 2017. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Venezuela, Kuba, Nepal, dan akademisi serta peneliti dari berbagai instansi dan perguruan tinggi. Acara dibuka oleh Ketua Panitia Astechnova Rachmawan Budiarto, dalam sambutannya disampaikan bahwa Astechnova 2017 dapat menjadi forum diskusi dan publikasi para pakar dan peneliti di bidang energy, food, water nexus. Dalam seminar Astechnova 2017 ini ada lima pembicara kunci.

Keynote speech pertama oleh Prianti Gagarin Djatmiko Singgih selaku Director of Non Aligned Movement Centre for South-South Technical Cooperation (NAM CSSTC) dalam paparannya disampaikan bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam, namun hanya 3,25% yang baru digunakan. Dengan adanya forum seperti ini diharapkan akan terjadi sinergi antar sektor. Kata kunci dalam seminar ini yaitu nexus yang bertujuan untuk pemahaman lebih baik mengenai keterkaitan antara makanan, energi, dan air. Keterkaitan antar ketiga ini berkaitan dengan energy sustainability di seluruh dunia.

Keynote speech kedua oleh Gladys F. Urbaneja Duran selaku Duta Besar dari Republik Bolivarian, Venezuela. Dalam paparannya disampaikan beberapa isu mengenai makanan, energi, dan air yang merupakan isu yang sangat besar. Air memiliki karakteristik yang spesifik, yang bertindak sebagai pelindung bagi kehidupan di bumi.  Makanan, energi, dan air adalah trilogi yang mempengaruhi eksistensi mahluk hidup di bumi. Konstitusi Bolivarian tahun 1999 mengemukakan adalah hak dan kewajiban dari setiap manusia  untuk menikmati kehidupan di bumi namun juga harus menjaga bumi dari kontaminasi. Pada bulan Desember 2016, Republik Bolivarian dari Venezuela turut hadir dalam Konferensi Paris yang membahas mengenai mitigasi nasional. Venezuela memiliki banyak energi yang potensial, salah satunya yaitu banyak memiliki air terjun.

Pemaparan materi oleh keynote speech

Keynote speech ketiga oleh Sundar Bahadur Khadka selaku Federal Democratic Republic of Nepal dengan tema mengenai Solar Water Pumping. Pemaparan materi tersebut berkaitan dengan kondisi geografis Nepal yang mempunyai jumlah cadangan air yang cukup besar. Teknologi tersebut dipilih berdasarkan : availability, accesability, dan affordability.

Keynote speech keempat oleh Barbara Hernandez Martinez selaku perwakilan dari Republik Kuba. Dalam paparannya disampaikan bahwa AZCUBA menghasilkan 4 juta ton gula mentah, 400 ribu ton gula rafinasi, 180 juta alkohol, 1500 GWh listrik, dan produk samping lainnya. Sugar agro-industry adalah kombinasi natural dari makanan, energi, dan air yaitu : 1) ekstraksi dari jus/ madu digunakan untuk produksi alkohol, 2) sampahnya digunakan untuk produksi listrik, 3) listrik dijual ke public power system, 4) air sisa dari produksi alkohol digunakan untuk irigasi.

Keynote speech kelima dari Hiroshige Kikura (Tokyo Institute of Technology). Paparan yang disampaikan mengenai status di Fukushima, di Jepang terdapat 54 reaktor nuklir. Kondisi di Fukushima setelah terjadi gempa bumi besar dan tsunami menyisakan 3 reaktor yang beroperasi dari 6 reaktor yang ada. 

Plenary session ini ditutup dengan keynote speech dari Gea Oswah Fatah Parikesit, perwakilan dari Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan scientific parallel session yang dibagi menjadi kelas-kelas seminar. Pada kesempatan ini perwakilan dari LRMPHP menyampaikan publikasi karya tulis ilmiah (KTI) yang tergabung pada bidangNew and Renewable Energy. Tema KTI yang disampaikan yaitu “Performance test of solar-powered ice maker : case study in South Lampung”. Tema  KTI ini merupakan hasil riset LRMPHP pada tahun 2016.

Penyampaian hasil riset oleh perwakilan dari LRMPHP

Senin, 06 November 2017

Bioflok Tingkatkan Kesejahteraan dan Kualitas Masyarakat Perbatasan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan panen budidaya lele sistem bioflok di Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, perbatasan Indonesia – Malaysia. Dok. Humas DJPB
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam keterangannya di Jakarta (3/11) menjelaskan bahwa pengembangan budidaya lele sistem bioflok di perbatasan bertujuan untuk mendorong peningkatan gizi masyarakat dan pemerataan ekonomi dan ketahanan pangan di kawasan-kawasan perbatasan. Menurut dia, kawasan perbatasan memiliki sumberdaya alam yang tinggi, namun minimnya informasi teknologi menyebabkan nilai ekonomi SDA tersebut belum dapat dirasakan. Oleh karena itu, penting membangun daerah perbatasan melalui penciptaan alternatif usaha berbasis inovasi teknologi termasuk teknologi di bidang perikanan budidaya.

Slamet juga menggarisbawahi pesan Nawacita untuk membangun Indonesia dari pinggiran menjadi pertimbangan utama bagaimana program – program prioritas perikanan budidaya ini bisa menyasar ke daerah-daerah perbatasan.

Di sisi lain, program lele bioflok diharapkan akan mampu menyuplai kebutuhan gizi masyarakat dari sumber protein ikan. Kebutuhan gizi menjadi masalah yang kerap kali dihadapi masyarakat di daerah perbatasan, padahal ketercukupan gizi menjadi indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Sementara itu Wakil Bupati Sanggau, Yohanes Ontot mengatakan, Pemda Kabupaten Sanggau sangat mengapresiasi upaya KKP dalam memperkenalkan inovasi teknologi budidaya lele bioflok untuk masyarakat perbatasan. Dirinya mengungkapkan keyakinannya, bahwa upaya ini akan memberikan dampak bagi perekonomian masyarakat.

Kabupaten Sanggau memiliki luas perairan hingga mencapai +/- 136.364 Ha baik perairan umum seperti sungai, danau, rawa dan bendungan, maupun kolam budidaya. Oleh sebab itu, Ontot berharap agar inovasi teknologi bidang perikanan budidaya ini akan mampu mendorong berkembangnya usaha perikanan di Kabupaten Sanggau.

Sebagai gambaran, tingkat konsumsi ikan per kapita Kabupaten Sanggau pada tahun 2016 masih cukup rendah yaitu 30 kg/kapita/tahun, di bawah tingkat konsumsi ikan per kapita nasional sebesar 43,94 kg/kapita/tahun. Oleh karena itu Kabupaten Sanggau menargetkan konsumsi ikan tahun 2019 sebesar 36 kg per kapita (Humas DJPB/AFN).

Sumber : KKPNews

Rabu, 01 November 2017

Gelar Hasil Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2017


Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan Seminar Nasional Gelar Hasil Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan dan Perikanan. Acara ini bertujuan untuk mempublikasikan hasil riset dan teknologi kelautan dan perikanan dari para pakar, peneliti dan dosen, praktisi, pemerhati dan pengambil kebijakan lembaga penelitian, perguruan tinggi, instansi pemerintah terkait, lembaga swadaya masyarakat, dan mahasiswa. Seminar Nasional Gelar Hasil Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan dan Perikanan mengusung tema “Riset dan Inovasi Teknologi untuk Solusi dan Akselerasi Pembangunan Kelautan dan Perikanan”. Rangkaian acara seminar bidang pengolahan produk dan bioteknologi kealutan dan perikanan dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2017 di Gedung Mina Bahari III Lt. 1 dan Gedung Mina Bahari IV Lt. 15. 

Pembukaan seminar nasional ini dilaksanakan di Ball Room Gedung Mina Bahari III dengan rangkaian acara meliputi pembukaan oleh Dr. Aryo Hanggono, DEA selaku Staff Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut, dan dilanjutkan dengan paparan oleh pembicara kunci yaitu Prof. Dr. Indroyono Soesilo. Kemudian dilanjutkan dengan paparan dari pembicara tambahan yaitu Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa dari Direktur Riset PKM Kemenristek Dikti, Dr. Nocholas Paul dari ACIAR dan Dr. Tukul Rameyo Adi dari SAM Kemenkomar Bidang Sosiologi. 

Dalam sambutannya, Dr. Aryo Hanggono, DEA menyatakan bahwa hasil riset dan teknologi dewasa ini merupakan hal yang wajib untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan. Khususnya di bidang kelautan dan perikanan sangat diperlukan teknologi dan hasil riset yang bisa membantu mensejahterakan para stakeholder. Sedangkan Prof. Dr. Indroyono Soesilo menyampaikan bahwa teknologi digital dan penginderaan jauh di bidang kelautan sangat membantu memudahkan dalam pemantauan kondisi laut Indonesia sehingga bisa melakukan mapping dalam memanfaatkan hasil laut Indonesia. Dengan melakukan mapping maka penangkapan ikan akan lebih efektif dan menghasil tangkapan ikan yang lebih banyak serta tidak merusak dan mematikan sumber daya ikan selanjutnya. Hasil tangkapan ikan yang melimpah jika di sinkronisasikan dengan bidang pengolahan ikan maka akan menghasilkan industri perikanan yang maju.

Prof. Ocky menyebutkan dalam paparannya kompetensi riset Indonesia masih ketinggalan jauh dari negara lain.  Masih banyak hasil riset yang belum bisa dikembangkan menjadi skala usaha, hal ini yang menjadi salah satu tantangan pengembangan riset kedepan. Sementara itu dalam paparannya mengenai Akselerasi Pembangunan Kelautan dan Perikanan, Dr. Tukul Romeyo Adi menyatakan bahwa dalam rangka akselerasi pembangunan kelautan dan perikanan yang harus diperkuat adalah industri ekonomi kreatifnya terlebih dahulu. Sebagai salah satu contoh adalah wisata bahari dan perikanan. Penggabungan antara wisata bahari dan perikanan kedepannya bisa didorong untuk menjadi prime mover perekonomian Indonesia. 

Senin, 30 Oktober 2017

Pembuatan Pupuk Organik Granul dari Tepung Rumput Laut Sargassum Sp.


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman dan kelimpahan rumput laut yang sangat tinggi.  Produksi rumput laut Indonesia tercatat sebesar 3,082 juta ton pada tahun 2010, meningkat dibandingkan pada tahun 2009 yakni sebesar  2,574  juta  ton, sedangkan pada tahun 2014 mencapai 10,2 juta ton (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015). Namun demikian, potensi yang ada tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal.

Salah satu pemanfaatan rumput laut yang ada yaitu dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk organik. Hal ini dikarenakan rumput laut kaya akan unsur hara dan zat pemacu tumbuh (ZPT) seperti auksin, sitokinin, giberelin, asam abisat, dan etilen. Unsur hara yang terdapat dalam rumput laut tersebut berasal dari air laut karena di dalam air laut banyak mengandung mineral seperti natrium, klor, bromida, yodium, fosfor, nitrogen, dan karbondioksida. Sargassum  Sp. merupakan jenis rumput laut yang memiliki kandungan zat  besi dengan bioavailabilitas yang  tinggi sehingga potensial untuk dijadikan bahan baku pupuk organik.

Pupuk organik memiliki beberapa macam bentuk seperti tablet, briket, curah, dan granul. Bentuk granul adalah yang paling diminati di pasaran karena bentuk granul lebih mudah diaplikasikan dan mudah meresap ke tanaman. Oleh karena itu, diperlukan proses granulasi partikel dimana partikel-partikel kecil disatukan untuk membentuk gumpalan (aglomerat) yang kuat secara fisik. Metode granulasi yang biasa digunakan dapat dibagi menjadi 5 metode, yaitu granulasi basah (wet granulation), granulasi dengan memberikan umpan (feeded granulation), granulasi dengan menggunakan bahan kimia (chemical granulation), pembentukan butiran (drop Formation atau Prilling) dan granulasi dengan pemadatan (Compaction granulation)

LRMPHP telah melakukan penelitian tentang pembuatan pupuk organik granul dari tepung rumput laut Sargassum sp. dengan granulator hasil rancang bangun LRMPHP (Gambar 1.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penambahan volume air yang tepat untuk menghasilkan rendemen pupuk organik granul tertinggi, dan mengetahui kualitas pupuk organik granul yang dihasilkan bila dibandingkan dengan pupuk organik granul komersial. Metode granulasi yang digunakan yaitu metode granulasi basah (wet granulation) dengan variasi rasio air dengan bahan (tepung Sargassum sp. dan kapur pertanian) yaitu 10 : 30, 11 : 30, 12 : 30, dan 13 : 30.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen tertinggi pupuk granul (ukuran mesh 2 – 4 mm) sebesar 26,43% pada rasio air : bahan sebesar 12 : 30 (ml air/g bahan). Kadar karbon (C) organik pupuk granul dari tepung rumput laut Sargassum sp. dan pupuk granul komersial berturut-turut 15,1 dan 20,2%. Rasio kabon/nitrogen (C/N) pupuk granul dari tepung rumput laut Sargassum sp. dan pupuk granul komersial berturut-turut 18,41 dan 3,10%. Kadar air pupuk granul dari tepung rumput laut Sargassum sp. dan pupuk granul komersial berturut-turut 19,47 dan 13,79%. Kadar timbal (Pb) pupuk granul dari tepung rumput laut Sargassum sp. kurang dari 0,04 ppm, sedangkan pupuk granul komersial sebesar 6,20 ppm. Sementara itu, kadar besi (Fe) total pupuk granul dari tepung rumput laut Sargassum sp. dan pupuk komersial berturut-turut 8.031 dan 5.316 ppm. Kualitas pupuk organik granul yang berasal dari tepung rumput laut tersebut sebagian besar sudah memenuhi Permentan No.70/Permentan/SR.140 /10/2011. Keunggulan pupuk organik granul dari tepung rumput laut yaitu memiliki kandungan C/N ratio sebesar 18,41, ikutan logam berat yang sedikit, kadar airnya sebesar 19,47% dan kadar hara makronya (N + P2O5 + K2O) sebesar 4,72%.

Kamis, 26 Oktober 2017

Sarasehan Makaryo Bangun Deso “Pengembangan Kawasan Sentra Budidaya Lele di Bantul"

Berdasarkan undangan Setda Kab. Bantul dengan No. Surat 532/04253, LRMPHP menghadiri Sarasehan Makaryo Bangun Deso Pengembangan Kawasan Sentra Budidaya Lele di Bungas, Sumberagung, Jetis, Bantul, 24 Oktober 2017. Kegiatan sarasehan dihadiri oleh Perwakilan Bupati Bantul, Kepala Diperpautkan Bantul, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan Instansi terkait se-Kecamatan Jetis. Sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut yaitu Kepala Diperpautkan Bantul dan akademisi dari Perikanan UGM.

Sarasehan dibuka oleh Asisten Bupati bidang perekonomian dan pembangunan (Bambang Guritno, S.H) selaku perwakilan Bupati Bantul.  Dalam sambutannya dijelaskan bahwa dalam pengembangan kawasan budidaya akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat, sehingga diharapkan akan bermunculan kawasan sentra industri perikanan baru.



Pada kegiatan sarasehan juga dilakukan penyerahan secara simbolis bantuan sarpras berupa bibit ikan lele sebanyak 40 ribu ekor dan pakan ikan sebanyak 3,5 ton serta premi asuransi bagi nelayan. Di tempat yang sama juga dilakukan tebar benih dan panen ikan lele bersama Kelompok Pembudidaya Ikan “Mino Mulyo” Bungas.



Rabu, 18 Oktober 2017

Sistem Hibrid Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan PLN untuk Mesin Pembuat Es (Ice Maker)

Panel Surya untuk Ice Maker
Wilayah Indonesia terletak di daerah ekuator yang menyebabkan ketersediaan sinar matahari hampir sepanjang tahun di seluruh wilayah Indonesia kecuali pada musim hujan dan saat awan tebal menghalangi sinar matahari. Berdasarkan peta insolasi matahari, wilayah Indonesia memiliki potensi energi listrik yang berasal dari sinar matahari yaitu sebesar 4,5 kW/m2/hari. Hal ini sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik, terutama untuk menangani keterbatasan listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.

Untuk mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik nasional dan keterbatasan ketersediaan sumber daya alam berbasis fosil maka diterbitkan Kebijakan Energi Nasional (KEN). Energi listrik terbarukan bisa dalam bentuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan mikrohidro (PLTM), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), pembangkit listrik biomassa, dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB). Potensi energi alternatif dan terbarukan tersebut cukup banyak namun belum dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2025 diharapkan peran energi terbarukan akan mencapai sekitar 5% dari keseluruhan kapasitas pembangkitan listrik nasional. Peran PLTS diharapkan dapat menyumbang sebesar 800 MW dengan pertumbuhan sekitar 40 MW per tahun (Kumara, 2010).

Sebagai institusi riset, LRMPHP telah melakukan penelitian tentang perancangan sistem hibrid pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan PLN untuk mesin pembuat es (ice maker). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban daya PLTS yang dibutuhkan, kebutuhan dan spesifikasi panel surya (photo voltaic), baterai, alat pengatur pengisian baterai (charge controller) dan alat pengubah arus searah menjadi arus bolak-balik (inverter). Metode yang digunakan yaitu analisis atau perhitungan teorotis untuk menentukan beban energi yang diperlukan oleh ice maker, perhitungan daya dalam waktu pemakaian (Watt hour) yang mampu disediakan oleh PLTS hibrid, seleksi panel surya dan bahan lainnya yang akan digunakan berdasarkan material dan spesifikasinya. Kondisi awal (initial condition) yaitu ice maker dengan kapasitas sampai dengan 200 kg es/ hari dengan daya 760 watt. Ice maker yang digunakan merupakan jenis flakes ice maker, atau penghasil es berbentuk serpihan atau serut (flakes) yang diperuntukkan bagi pengepul atau pedagang ikan skala kecil dengan konsumsi daya listrik yang rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk desain 8 jam operasional dengan penggunaan 50% PLTS sebesar 6080 Wh diperlukan spesifikasi dari komponen sebagai berikut : 1) Tujuh buah panel surya dengan kapasitas per buah sebesar 200 Wp, 2) Jenis panel surya yang digunakan yaitu polycristalline, 3) Kapasitas baterai 100 Ah, 48 volt, 4) Jenis aki yang digunakan yaitu aki kering, 5) Kapasitas arus charge controller lebih besar dari 15,83 A, 6) Tegangan keluaran pada charge controller sebesar 48 volt, 7) Jenis charge controller yang digunakan yaitu Pulse Width Modulator (PWM) Controller, dan 8) Spesifikasi inverter yang digunakan yaitu : tegangan masuk 48 volt DC, tegangan keluar 220 volt 1 phase, input lebih besar dari 15,83 A, gelombang output adalah gelombang sinus murni (jenis Pure Sine Wave Inverter).


Sumber : Prosiding KSNTTG LIPI 2016

Rabu, 11 Oktober 2017

Cold Storage Berkapasitas 100 Ton Dibangun di PPS Bungus

Kepala PPS Bungus mendampingi tim Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan bersama kontraktor dan konsultan meninjau lokasi pembangunan cold storage di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus. (Foto: Kicil-PPS Bungus)
Kementerian  Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Perikanan dan Kelautan (Ditjen PDSPKP) akan membangun cold storage berkapasitas 100 ton di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus, Sumatera Barat.Cold storage ini nantinya akan menampung hasil tangkapan nelayan baik yang didaratkan di dermaga PPS Bungus maupun hasil tangkapan dari daerah lainnya termasuk tempat pendaratan ikan (TPI) binaan PPS Bungus.

Kepala PPS Bungus Joko Supraptomo mengatakan pembangunan cold storage ini merupakan investasi yang baik di PPS Bungus. Harapannya, para pengusaha perikanan nantinya tidak akan ragu lagi untuk menjalankan industri perikanan di kawasan PPS Bungus dan sekitarnya.
Pembangunan cold storage tersebut sudah dimulai dengan tahap pemancangan lahan seluas ± 176.600 m² yang dilaksanakan oleh PT Bintang Laguna Sulawesi dan konsultan pengawas PT Paradhiguna Dwipantara Loka sebagai pemenang lelang pekerjaan pembangunan cold storage.
“Pembangunan akan kita percepat dengan hasil yang optimal sehingga dapat selesai pada bulan Desember 2017 apabila tidak ada kendala,” tandas Joko saat rapat teknis dengan pihak terkait usai peninjauan lapangan. (KC/CP)

Sumber : KKP News