PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Senin, 05 Februari 2018

Perancangan Sistem Termal Evaporator Tipe Shell and Tube untuk Aplikasi RSW pada Kapal 10–15 GT

Turunnya mutu ikan hasil tangkapan setelah proses penanganan dan transportasi di kapal saat ini masih tinggi. Seperti halnya mutu hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng Kabupaten Gunung Kidul akibat proses penanganan ikan di atas kapal yang kurang baik. Salah satu penyebab turunnya mutu ikan tersebut adalah metode pendinginan yang digunakan saat ini masih menggunakan es balok. Es banyak digunakan sebagai media pendingin karena mudah digunakan dan memiliki kapasitas pendinginan yang besar. Namun penggunaan es balok memiliki kekurangan antara lain ikan di bagian bawah palka rusak karena tertekan oleh ikan di bagian atasnya. Selain itu juga bongkahan es yang tajam dapat merobek kulit/perut ikan, kondisi ini diperparah dengan adanya guncangan di kapal. Ketersediaan es balok juga kadang terbatas dan sulit didapat.

Sistem pendingin ikan yang umum digunakan di PPP Sadeng adalah sistem pendingin palka dengan es. Rata - rata kapal motor 10 - 15 GT di PPP Sadeng memiliki 3 buah palka, dan masing - masing palka mampu menampung es balok sekitar 45 - 60 buah es balok. Dengan berat es per balok sekitar 50 kg maka es yang dibawa sekitar 2,5 - 3 ton/trip dengan lama penangkapan sekitar 5-12 hari. Penggunaan es dengan jumlah tersebut juga menambah berat kapal dan mengurangi kapasitas volume palkah untuk ikan dan menambah kebutuhan bahan bakar selama penangkapan ikan.

Kapal ikan 12 GT dengan 3 palka di PPP Sadeng Gunung Kidul
Salah satu alternatif upaya peningkatan penanganan ikan di kapal adalah penerapan system refrigerasi di atas kapal untuk meningkatkan kemampuan simpan ikan hasil tangkapan nelayan. Sistem pendinginan refrigerasi yang banyak digunakan saat ini adalah sistem pendinginan kompresi uap dan sistem pendinginan absorpsi uap. Salah satu teknologi refrigerasi untuk penanganan ikan di kapal yang tepat saat ini adalah refrigerated sea water (RSW) pada pendinginan dengan suhu sekitar 0 ºC. Sistem RSW memiliki beberapa kelebihan seperti potensi kerusakan fisik yang relatif kecil, penurunan suhu yang cepat, serta suhu yang lebih stabil dan merata. Salah satu komponen penting sistem RSW yang berfungsi untuk pendinginan air RSW adalah evaporator.

Perancangan evaporator yang tepat di kapal diperlukan sehingga efisien serta mudah dalam pemasangan dan penggunaan/perawatan. Salah satu tipe evaporator yang sesuai untuk RSW kapal dari performansi datanya adalah evaporator dry expansion tipe liquid chiller konstruksi shell and tube horisontal, dengan pertimbangan luas permukaan yang dibutuhkan kecil (cocok untuk ruang kecil di kapal 10-15 GT), penempatan evaporator horizontal terhadap kapal, koefisien perpindahan panasnya besar dan konstruksi lebih sederhana serta perawatan cukup mudah, murah, dapat dilakukan secara kimiawi.

Penelitian perancangan  termal evaporator tipe shell&tube untuk aplikasi RSW di kapal berukuran 10-15 GT di PPP Sadeng Kabupaten Gunung Kidul dengan kapasitas sampai 1,3 ton ikan telah dilakukan oleh LRMPHP. Target perancangan meliputi perhitungan/analisis dan penentuan spesifikasi evaporator tipe shell&tube yaitu luasan permukaan perpindahan panas, jumlah pass, diameter dan panjang shell, serta diameter, panjang, dan bahan pipa. Perancangan evaporator dilakukan dengan menggunakan metode Kern. Hasil rancangan didapatkan beban pendinginan dengan unsur utama ikan dan air laut RSW sebesar 4,52 kW. Siklus refrigerasi menggunakan sistem kompresi uap refrigeran R22 dengan evaporator shell&tube, dengan target suhu air RSW adalah -1 0C maka suhu evaporasi diatur -8 0C. Hasil rancangan evaporator berupa shell&tube 4 pass dengan luas permukaan perpindahan panas 1,015 m2, diameter shell 150 mm dengan panjang 85 mm, serta pipa diameter 15,875 mm sejumlah 24 buah berbahan tembaga.


Sumber : Prosiding Semnaskan-UGM XIV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2017 

Jumat, 02 Februari 2018

Kunjungan Dinas Kelautan dan Perikanan Belitung Timur ke LRMPHP

Kunjungan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Belitung Timur ke LRMPHP (dok. LRMPHP)
Tim dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur yang dipimpin oleh Kepala Dinas Bapak Sarjono melakukan kunjungan dan diskusi ke Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), Bantul, DI Yogyakarta pada hari Jum’at tanggal 2 Februari 2018. Kunjungan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi terkait peralatan yang telah dikembangkan oleh LRMPHP yang dapat mendukung teknologi pengolahan pasca panen.

Pemaparan Profil Loka dan Diskusi Terkait Hasil Rancang Bangun (dok. LRMPHP)
Penjelasan Peralatan Hasil Rancang Bangun (dok. LRMPHP)
Kunjungan ini diterima langsung oleh Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc. beserta beberapa Peneliti dari LRMPHP. Diskusi diawali dengan pemaparan oleh Kepala LRMPHP terkait profil, tupoksi dan perkembangan kegiatan penelitian di LRMPHP dan diskusi tentang perkembangan riset kelautan dan perikanan. Selain itu, Kepala Loka juga menyampaikan adanya kesempatan untuk melakukan kerjasama di bidang kelautan dan perikanan.

Kegiatan kunjungan dilanjutkan dengan mengunjungi ruang display peralatan hasil litbang LRMPHP. Selain itu juga dilakukan pemaparan mengenai fungsi dan mekanisme kerja beberapa peralatan hasil rancang bangun LRMPHP diantaranya Alat Pengisi Adonan Tahu Tuna, Alat Transportasi Ikan Segar (ALTIS-2) dan Meat Bone Separator.

Rabu, 31 Januari 2018

LRMPHP Ikuti Forum Pimpinan Lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Tahun 2018

Kegiatan Forum Pimpinan Lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan DIY 2018 (dok. LRMPHP)
Berdasar surat undangan No. 005/312 dari Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul, LRMPHP ikuti kegiatan Forum Pimpinan Lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. Kegiatan forum pimpinan diselenggarakan pada 30 Januari 2018 di Taman Buah Mangunan Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Bantul. Hadir pada kesempatan tersebut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) DIY, Kulon Progo, Gunung Kidul, Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Sleman, Kepala Dinas Pertanian Kota Yogyakarta, Kepala Dinas Diperpautkan Bantul serta validator dan back up validator satu data.
Forum Pimpinan Lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan DIY digelar sebagai sarana komunikasi dan koordinasi jajaran pimpinan Dinas Kelautan dan Perikanan se-DIY untuk pengembangan kelautan dan perikanan di wilayah DIY. Topik koordinasi yang dibahas pada kesempatan tersebut diantaranya Pelabuhan Adikarto Kulon Progo, program satu data KKP, penyuluh dan bansos. Evaluasi terhadap kebijakan dan program tersebut perlu dilakukan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga dapat terus memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional khususnya sektor kelautan dan perikanan. Forum pimpinan lingkup Dinas Kelautan dan Perikanan DIY tersebut akan diselenggarakan secara rutin dua bulanan dalam rangka memperkuat silaturahmi serta koordinasi kegiatan kelautan dan perikanan DIY.

Senin, 29 Januari 2018

Kunjungan BIOMECH University of the Philipines Los Banos ke LRMPHP tahun 2018



Kunjungan BIOMECH University of the Philipines Los Banos ke LRMPHP (dok. LRMPHP)
Tim peneliti dari Center for Agri-Fisheries and Biosystems Mechanization (BIOMECH) University Of The Phillipines Los Banos yang dipimpin oleh Maria Victoria L.Larona, Ph.D dan didampingi oleh Departemen Perikanan Fakultas Perikanan UGM melakukan kunjungan dan benchmarking di bidang mekanisasi pengolahan hasil perikanan ke Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan, Bantul, DI Yogyakarta pada hari Sabtu, 27 Januari 2018. Benchmarking ditujukan untuk mengetahui proses riset dan pengembangan termasuk aplikasi hasil riset di bidang mekanisasi pengolahan hasil perikanan oleh LRMPHP.

Kunjungan ini diterima langsung oleh Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc, beserta peneliti dari LRMPHP. Dalam kesempatan ini, telah dilakukan pemaparan oleh Kepala LRMPHP terkait perkembangan kegiatan penelitian termasuk beberapa peralatan yang telah diaplikasikan ke sejumlah UKM.


Interaksi dan diskusi dengan tim BIOMECH (dok. LRMPHP)

Dalam kesempatan kunjungan tim BIOMECH juga menyempatkan mengunjungi sarana workshop, ruang display, dan bengkel mesin. Pada sesi diskusi telah dibahas sejumlah isu penting dalam pengembangan teknologi pengolahan hasil perikanan antara lain BIOMECH telah mengembangkan material filter dari bahan tanah vulkanik untuk meningkatkan efisiensi penggantian air aquarium, benchmarking terkait proses desain hingga proses produksi secara massal, mekanisme diseminasi teknologi hingga uji coba alat pada beberapa UKM mitra riset LRMPHP, serta isu penting terkait dengan pengembangan mesin pembuat pelet ikan di UPLB. Khusus mesin pembuat pellet ikan ini sangat relevan dengan penelitian terkait pengembangan teknologi pakan ikan mandiri yang sedang dijalankan LRMPHP pada tahun 2018. Dalam diskusi tersebut diketahui bahwa riset mesin pembuat pellet ikan di UPLB telah dilakukan pada tahun 2000, hingga kini telah diproduksi massal dan digunakan secara luas di kalangan petani tambak Filipina. Teknologi mesin pembuat pellet ikan tersebut meliputi komponen utama mixer dan dry type extruder. Acara kunjungan ditutup dengan sambutan penutup oleh Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc.

Kamis, 25 Januari 2018

PENGUJIAN DERET SENSOR GAS MQ135 DAN MQ136 UNTUK PENDETEKSIAN FORMALIN PADA FILLET IKAN TUNA

Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet produk pangan terbukti berbahaya dan sudah melampaui ambang batas aturan pemakaiannya. Pengujian formalin saat ini lebih banyak dilakukan dengan uji laboratorium dan test kit uji formalin. Uji laboratorium memerlukan biaya mahal dan waktu lama, sedangkan pengujian menggunakan test kit uji formalin terbatas pada hasil kualitatif dan rentan rusak. Alternatif pendeteksian keberadaan formalin dapat menggunakan sensor gas dikarenakan sifat formalin mudah menguap dan berbau. Untuk menggunakan sensor gas sebagai alat uji formalin diperlukan artificial intelegent/kecerdasan buatan sebagai pengolah data.

Perkembangan teknologi memungkinkan penggunaan polimer untuk alat test formalin. Polimer memliki kelebihan kemudahan pengaturan komposisi polimer dan karbon untuk memperoleh polimer yang peka terhadap formalin. Uap gas pada bahan pangan dapat dipengaruhi oleh keberadaan formalin, maka dengan mengukur uap yang mengalir secara natural atau melalui perlakuan pemanasan bahan pangan, dapat mengindikasikan ada tidaknya formalin. Teknologi lain yang digunakan selain polimer adalah menggunakan mikrokontroler, (Singgih, 2013) melakukan pengujian kandungan formalin dengan metode Spot Test. Prinsip kerjanya yaitu dengan menambahkan cairan (reagent) pada bahan makanan. Mikrokontroler ATMega8 digunakan untuk pengolahan data dan output dapat ditampilkan pada LCD. Penelitain ini menggunakan nilai RGB sebagai indikator formalin yang pada bahan pangan. Sa’adiyah et al (2014) merancang Digital Formaldehyde Meter yang disesuaikan dengan standar pasar dan keergonomisan. Alat ini menggunakan teknologi electronic nose dengan sensor gas array yang terdiri dari sensor TGS 2600 dan TGS 2611. Pada penelitian tersebut pengambilan keputusan nilai formalin berdasarkan tiga sistem deteksi, yaitu lampu hijau menandakan kadar deteksi formalin aman, kemudian lampu kuning menandakan masuk pada batas kritis, dan lampu merah untuk sedangkan batas kritis. Penggunaan lebih dari satu sensor gas biasa disebut deret sensor. Hal ini dilakukan untuk menambah akurasi nilai prediksi.

Gambar 1. Komponen deret sensor (a) MQ135, (b) MQ136

LRMPHP telah melakukan penelitian tentang pengujian deret sensor gas MQ135 dan MQ136 untuk mendeteksi keberadaan formalin. Hasil penelitian tersebut disampaikan dalam Prosiding Semnaskan UGM XIV. Untuk mendapatkan hasil yang kuantitatif data diolah menggunakan kecerdasan buatan jaringan syaraf tiruan. Data latih yang digunakan sebagai dasar jaringan syaraf tiruan memperoleh output adalah larutan formalin berseri (0,25%; 0,5%; 0,75%; 1%) yang dideteksi oleh deret sensor. Sebanyak 50 gr fillet ikan tuna direndam masingmasing ke dalam larutan formalin berseri (0,025%; 0,05%; 0,075%; 0,1%) sebagai bahan untuk pengujian deret sensor. Filet ikan tuna tersebut diuji menggunakan metode spektrofotometri UV-vis sebagai validasi output deret sensor. Data yang diperoleh diolah menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk mendapatkan prediksi nilai formalin pada sampel. Hasil yang diperoleh perhitungan pertama pada jaringan syaraf tiruan didapatkan nilai Mean Square Error (MSE) 0,05, nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) 96,2%. Perhitungan selanjutnya didapatkan nilai terendah MSE 0,001, dan nilai MAPE 24,2%. Penurunan nilai MSE, dan MAPE menandakan hasil prediksi jaringan syaraf tiruan mendekati nilai sebenarnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut deret sensor MQ135 dan MQ136 dapat digunakan sebagai pendeteksi keberadaan formalin pada fillet ikan tuna. 

Selasa, 23 Januari 2018

Kunjungan Mahasiswa UNSOED Purwokerto ke LRMPHP


Kunjungan Ilmiah Mahasiswa UNSOED ke LRMPHP (dok. LRMPHP)
LRMPHP menerima kunjungan Mahasiswa D-III Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto pada 22 Januari 2018. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka kunjungan ilmiah untuk mendapatkan informasi terkait hasil riset dan peralatan yang telah dihasilkan oleh LRMPHP. Peserta kunjungan ilmiah tersebut sebanyak 78 mahasiswa dengan 2 dosen pendamping. Kunjungan mahasiswa ke LRMPHP diterima oleh Kepala LRMPHP beserta Team Pelayanan Teknis dan dilanjutkan dengan diskusi.



Sambutan Kepala Loka dan Pemaparan Profil LRMPHP (dok. LRMPHP)
Dalam sambutannya, Kepala LRMPHP memaparkan profil dan tupoksi LRMPHP, sarana dan prasarana yang dimiliki serta hasil-hasil riset yang telah dihasilkan. Kepala LRMPHP berharap dengan adanya kunjungan ini, pengetahuan mahasiswa dibidang kelautan dan perikanan khususnya mekanisasi hasil pengolahan perikanan semakin bertambah. Dalam diskusi juga dibahas terkait kesempatan kerjasama program magang ataupun penelitian bagi para mahasiswa UNSOED di LRMPHP.

Kegiatan kunjungan dilanjutkan dengan mengunjungi ruang display peralatan hasil riset LRMPHP, workshop dan bengkel konstruksi serta fasilitas pendukungnya. Pada kesempatan tersebut dilakukan pemaparan mengenai fungsi dan mekanisme kerja beberapa peralatan hasil rancang bangun LRMPHP diantaranya peralatan ice maker, alat uji kesegaran ikan berbasis sensor dan  MCS (Mini Cold Storage).




Penjelasan Peralatan Hasil Litbang LRMPHP (dok. LRMPHP)


Jumat, 19 Januari 2018

KKP Berhasil Tingkatkan Kesejahteraan Pembudidaya pada Tahun 2017

Konferensi pers Capaian Kinerja 2017 dan Rencana Kerja 2018 di Kantor KKP, Dok. Humas KKP/Regina Safri
Data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Desember 2017 menunjukkan, Nilai Tukar Usaha Pembudidaya Ikan (NTUPi) 111,26 atau meningkat 10% persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa iklim usaha budidaya yang membaik, lebih efisien, dan memberikan nilai tambah yang lebih baik. Kondisi ini memicu penguatan kapasitas usaha di tingkat pembudidaya ikan. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di Jakarta, Kamis (11/01).
Hasil survei nasional menunjukkan rata-rata pendapatan pembudidaya ikan Tahun 2017 berada pada angka Rp3,3 juta per bulan atau naik dibanding tahun 2016 yang mencapai Rp3,021 juta per bulan. Angka ini berada jauh diatas standar garis kemiskinan yang di tetapkan BPS. “Hadirnya alternatif usaha di bidang perikanan budidaya di kantong-kantong kemiskinan khususnya masyarakat perdesaan disinyalir turut memberikan dampak terhadap pemerataan distribusi pendapatan optimum di tingkat masyarakat,” tutur Slamet.
Berbagai fasilitasi KKP yang langsung memberikan kemudahan akses bagi pembudidaya terus dilakukan dan diharapkan memberikan dampak langsung bagi penguatan kapasitas usaha. Tahun 2017 KKP untuk pertama kalinya mengembangkan skema asuransi perikanan bagi pembudidaya ikan skala kecil bekerjasama dengan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI). Tahap awal program ini telah meng-cover setidaknya sebanyak 2.004 orang pembudidaya dengan lahan budidaya seluas 3.300 hektar.
Slamet menambahkan, KKP juga melakukan upaya reformasi agraria dengan mendorong program sertifikasi hak atas tanah pembudidaya ikan (SEHATKAN). Program ini memfasilitasi pembudidaya ikan lebih mudah mengakses skema pembiayaan guna mengembangkan kapasitas usahanya. Hingga tahun 2016 setidaknya lebih dari 7.739 sertifikat SEHATKAN telah diterbitkan BPN, dan sebanyak 362 sertifikat telah mendapat akses pembiayaan dengan nilai kredit lebih dari Rp6,8 miliar. Untuk tahun 2017 KKP mengusulkan sebanyak 11.000 bidang tanah untuk disertifikasi ke Kementerian ATR/BPN.
“Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2017 tentang Pembudidayaan Ikan menjadi tonggak sejarah baru bagi masyarakat pembudidaya ikan untuk lebih berdaya dan merupakan bentuk keseriusan Pemerintah dalam memberikan jaminan keberlanjutan usaha di bidang ini,” pungkasnya. (Humas DJPB/AFN)
Sumber : KKP News