PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Rabu, 21 Februari 2018

Menteri Susi Terima Penghargaan Herman Johannes Award


(dok. humas KKP / Handika Rizki Rahardwipa)
KKPNews, Yogyakarta – Keberhasilan upaya yang dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam mengawal kedaulatan perairan dan keberlanjutan sumber daya perikanan Indonesia telah mendapat  pengakuan dari berbagai pihak. Dalam hal ini, Menteri Susi kembali meraih sebuah penghargaan dalam acara Peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik yang digelar oleh Keluarga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada (KATGAMA), untuk kategori sektor kelautan dan perikanan. Menteri Susi dinilai berperan penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi kelautan dan perikanan.
“Penghargaan ini diberikan kepada putera-puteri terbaik bangsa karena pengabdian dan karyanya yang disumbangkan kepada Indonesia. Semoga dapat memberi inspirasi bagi generasi muda untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa,” ujar Ketua (KATGAMA) Agus Prijanto dalam sambutannya pada Selasa (20/2) di acara Rapat Terbuka Senat Fakultas Teknik UGM.
Usai penyerahan penghargaan, Menteri Susi menyampaikan kuliah umum dihadapan ratusan alumni UGM. Menteri Susi mengatakan penghargaan tersebut merupakan bentuk penghargaan kepada dirinya dan masyarakat atas kerja kerasnya selama tiga tahun terakhir.
“sebetulnya penghargaan ini bukan untuk saya pribadi, saya selalu bilang saya sangat beruntung, padahal saya punya pekerjaan yang sangat serius dan program yang saya kerjakan luar biasa pentingnya,” ungkap Menteri Susi.
“Ini kedua kali saya dapat penghargaan. Yang pertama itu di ITB dari Ganesha. Ini juga sebagai rasa terimakasih saya kepada Pak Jokowi yang sudah mempercayakan jabatan kepada orang yang sekolah SMA sampai kelas 2 saja,” lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Susi juga mengaku sulitnya melakukan penegakan hukum, terlebih di sektor kelautan dan perikanan. Menteri Susi menyadari butuhnya kesadaran masyarakat dan apresiasi yang diberikan oleh pemerintah. “Kepada anak-anak bangsa yang telah bekerja sungguh-sungguh. Pak Jokowi tidak salah bahwa pilihannya benar dalam menjadikan laut sebagai masa depan bangsa,” ujar Menteri Susi.
Bersama Menteri Susi, sejumlah tokoh nasional lain seperti Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU PR) Basoeki Hadimoeljono juga mendapat penghargaan di bidang infrastruktur. Kemudian, penghargaan juga diberikan kepada Prof.Ir. Hardjoso Prodjopangarso di bidang Teknologi Pengairan, Prof Dr Soebroto MA bidang energi dan Dr Ir Hartatrto Sastrosoenarto bidang industri.

Sumber : KKP News

Selasa, 20 Februari 2018

Pengaruh Rasio Ikan dengan Es Serut dan Lama Penyimpanan Terhadap Perubahan Mutu Ikan Cakalang dan Ikan Tuna


Ikan tuna, tongkol, dan cakalang (ikan TTC) merupakan jenis ikan ekonomis penting Indonesia. Daerah penyebaran ikan TTC di Indonesia meliputi Laut Banda, Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Hindia, Laut Halmahera, perairan utara Aceh, barat Sumatra, selatan Jawa, utara Sulawesi, Teluk Tomini, Teluk Cendrawasih, dan Laut Arafura. Volume produksi ikan TTC cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing mencapai 910.506 dan 974.011 ton (Supriatna et al., 2014). Peningkatan hasil tangkapan laut tersebut harus dibarengi dengan penanganan dan penyimpanan yang baik sehingga mutunya tetap terjaga. Penanganan dan penyimpanan yang kurang baik menyebabkan mutu hasil tangkapan menurun sehingga umur simpannya terbatas. 

Kemunduran mutu ikan hasil tangkapan dapat terjadi karena adanya aktivitas biokimia dan mikrobial sehingga menyebabkan akumulasi dari senyawa-senyawa volatil dan karbonil pada daging ikan. Salah satu parameter kimia yang banyak digunakan untuk mengetahui kualitas ikan segar adalah Total Volatile Basic Amines (TVB). Kandungan dari senyawa TVB-N (Total Volatile Basic Nitrogen) pada ikan sering digunakan sebagai indeks kesegaran ikan dan batas nilai TVB-N adalah spesifik untuk jenis ikan yang berbeda (European Union Law 95/149/EC, 1995). Kenaikan kandungan TVB-N disebabkan pembentukan trimethylamine (TMA) pada ikan. TMA merupakan senyawa yang menjadi komponen penyebab pembusukan ikan yang utama dan memiliki bau amis yang spesifik. 

Metode yang umum digunakan untuk mempertahankan kesegaran ikan adalah dengan menyimpannya pada suhu rendah. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah menyimpannya dalam cool box yang sudah diberi es serut. Pemberian es serut bertujuan agar es tidak melukai tubuh ikan dan lebih fleksibel saat diletakkan di dalam wadah dibandingkan dengan diberi es balok. Penelitian tentang pengaruh rasio ikan dengan es serut dan lama penyimpanan terhadap perubahan mutu ikan cakalang dan ikan tuna telah dilakukan oleh LRMPHP. Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam Semnaskan-UGM XIV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2017.

Dalam penelitian digunakan variasi rasio ikan dengan es yaitu 1:1, 1:2, dan 1:3 serta variasi lama penyimpanan 48 dan 96 jam. Parameter yang diamati berupa perubahan suhu rata-rata, TVB (Total Volatile Base), dan TMA (Trimethyilamine). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan dengan rasio ikan dengan es 1 : 3 lebih efektif untuk mempertahankan suhu ikan tuna, sedangkan untuk penyimpanan dengan rasio ikan dengan es 1 : 2 lebih efektif untuk mempertahankan suhu ikan cakalang. Kadar TVB pada ikan cakalang yang disimpan dengan rasio ikan dengan es 1:2 selama 48 jam masih berada pada ambang batas yang aman untuk dikonsumsi, sedangkan kadar TVB pada ikan tuna yang disimpan dengan rasio ikan dengan es 1:3 selama 96 jam masih berada pada ambang batas yang aman untuk dikonsumsi. Pada ikan cakalang yang disimpan dengan rasio ikan dengan es 1 : 2 dan 1 : 3 sampai jam ke-96 kemungkinan sudah terbentuk senyawa-senyawa volatil seperti TMA, DMA, amonia, dan methilamine namun masih dapat ditoleransi, sedangkan pada ikan tuna yang disimpan dengan rasio ikan dengan es 1 : 1, 1 : 2 dan 1 : 3 sampai jam ke 96 memiliki kadar TMA yang rendah sehingga masih aman untuk dikonsumsi.

Kamis, 15 Februari 2018

Pemaparan Hasil Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (UBT)

Pemaparan Hasil Kegiatan PKL Mahasiswa UBT (dok. LRMPHP)
Hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) telah dipaparkan oleh mahasiswa  Universitas Borneo Tarakan di LRMPHP tanggal 14 Februari 2018. Kegiatan tersebut dihadiri oleh PLH Kepala LRMPHP Arif Rahman Hakim, M.Eng, Pembimbing mahasiswa selama PKL dari LRMPHP dan Tim Pelayanan Teknis LRMPHP. Praktek kerja lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut berdasarkan surat permohonan Ijin PKL Nomor : 121/UN51.2/AK/2017 tertanggal 3 November 2017 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Borneo Tarakan ke LRMPHP. Adapun waktu pelaksanaan PKL mulai tanggal 15 Januari hingga 15 Februari 2018 yang diikuti oleh lima mahasiswa yaitu Evan Hardianshah, Marisah Andriani, Nova Martina Elperida, Rahmah Agustianisa dan Muh. Wahyudin yang semuanya dari jurusan MSP FPIK UBT.

Pemaparan mengenai riset Ice Maker
Kegiatan PKL yang dipaparkan mahasiswa selama di LRMPHP yaitu melakukan pengukuran beberapa parameter uji untuk Riset Alat Uji Kesegaran Ikan Berbasis Citra Mata dan Sensor Gas, Riset Ice Maker Tenaga Hybrid dan Riset MCS (Mini Cold Storage). Beberapa masukan dan saran diberikan oleh para pembimbing kepada mahasiswa diantaranya cara penulisan makalah riset yang baik dan kesesuaian judul yang ditulis dengan tujuan dan kesimpulannya. PLH Kepala Loka berharap agar kegiatan PKL yang dilakukan mahasiswa bermanfaat dan dapat dijadikan pengalaman untuk bekal menyusun makalah ilmiah.

Senin, 12 Februari 2018

Mengenal Kapal Inka Mina 646, Kapal Perikanan > 30 GT dari Bantul

Kapal Inka Mina 646 (sumber : google+ inka mina 646)
Usaha penangkapan ikan di Yogyakarta telah dilakukan di 20 lokasi pendaratan ikan yang tersebar di 3 kabupaten. Di Kabupaten Kulon Progo, lokasi pendaratan ikan terdapat di Pantai Congot, Glagah, Karangwuni, Bugel, dan Trisik. Di Kabupaten Bantul terdapat di Pantai Pandansimo, Kuwaru, Samas, Goa Cemara, dan Depok. Lokasi pendaratan ikan di Kabupaten Gunung Kidul terdapat di pantai Gesing, Ngrenehan, Baron, Kukup, Drini, Krakal, Sundak, Siung, Wediombo, dan Sadeng. Selama periode produksi, produksi perikanan laut berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim. Kondisi cuaca yang buruk menyebabkan gelombang laut selatan menjadi tinggi sehingga terpaksa nelayan di beberapa daerah tidak melaut. Disamping itu, sarana penangkapan ikan juga masih terbatas baik dari sisi armada penangkapan maupun alat tangkap perikanan yang ada. Diantara lokasi pendaratan yang ada, saat ini hanya di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng Gunungkidul yang bisa dijadikan sebagai lokasi pendaratan kapal > 30 GT, termasuk di dalamnya Kapal Perikanan KMN, Inka Mina 646.
Pada umumnya kapal-kapal yang dipergunakan di DIY adalah Perahu Motor Tempel (PMT) dan Kapal Motor. Menurut Dr. Suwarman Partosuwiryo, A.Pi., M.M struktur armada perikanan tangkap DIY masih didominasi oleh PMT dengan prosentase mencapai 89,76%; kapal < 10 GT sebanyak 5,79%; dan kapal > 10 GT sebanyak 4,45%. Jumlah armada PMT yang berlebihan menyebabkan kegiatan penangkapan ikan di zona penangkapan I (0 – 4 mil) jenuh sehingga saat ini dikembangkan kegiatan penangkapan ikan lepas pantai melalui operasional kapal perikanan > 30 GT.
Program Inka Mina pada dasarnya adalah pembangunan kapal ikan sebanyak 1000 (seribu) unit selama 5 tahun (2010 – 2014) serta bertujuan meningkatkan daya jelajah penangkapan ikan sampai ZEE dan laut lepas, mengurangi eksploitasi ikan di wilayah pantai serta meningkatkan kesejahteraan nelayan. SAdapun jumlah kapal > 30 GT yang ada di DIY sejumlah 13 unit yang terdiri dari KMN. Inka Mina 163, KMN. Inka Mina 164, KMN. Inka Mina 165, KMN. Inka Mina 166, KMN. Inka Mina 398, KMN. Inka Mina 399, KMN. Inka Mina 400, KMN. Inka Mina 401, KMN. Inka Mina 530, KMN. Inka Mina 645, KMN. Inka Mina 646, KMN. Inka Mina 647, KMN. Inka Mina 648. Diantara ketiga belas (13) kapal perikanan > 30 GT tersebut, terdapat 5 kapal Inka Mina yang dimiliki kelompok nelayan dari Kabupaten Bantul yakni KMN. Inka Mina 165, KMN. Inka Mina 398, KMN. Inka Mina 401, KMN. Inka Mina 646 dan KMN. Inka Mina 645.
Sebagai kelompok nelayan perikanan tangkap, Koperasi Inka Bantul VII Projo Mino mengelola 1 unit KMN Inka Mina 646 dengan ukuran kapal 41 gross tonnage (GT) yang beroperasi di WPP-RI 573 serta bersandar di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng, Songbanyu, Girisubo, Gunungkidul. Kapal yang dipergunakan untuk pengoperasian purse seine KMN. Inka Mina 646 terbuat dari kayu dengan panjang 18,94 m, lebar 4,93 m, dan dalam 2,10 m. Galangan kapal berasal dari Kabupaten Batang, Jawa Tengah serta penerbitan dokumen kapal diantaranya groose akta dari Kantor Syahbandar Banyuwangi Jawa Timur. Kapal tersebut memiliki tonase kotor 41 GT dan tonase bersih 15 GT dengan nomor selar 265/Fr. Mesin yang digunakan terdiri dari 3 mesin, yakni mesin induk menggunakan Yucai Marine 170 – 200 HP, mesin genset menggunakan Dong Feng 24 PK, dan mesin genset Mitsubishi PS 100 HP. Penarikan jaring purse seine terintegrasi dengan mesin induk yakni terhubung dengan gardan sehingga dapat dilakukan secara mekanisasi. Dengan ukuran kapal tersebut, Kapal Inka Mina 646 dapat menjelajah hingga > 100 mill serta dalam jangka waktu 7 – 10 hari berada di laut.
Sampai saat ini, Kapal Inka Mina 646 masih aktif melakukan kegiatan melaut. Menginjak tahun ke-5 operasional kapal, telah dilakukan beberapa kali perbaikan (docking) dengan tujuan pemeliharaan kapal agar dapat selalu laik laut. Semoga keberadaan Koperasi Inka Bantul VII Projo Mino mampu memberikan manfaat serta mendukung program pemerintah dalam merealisasikan penangkapan ikan lepas pantai dengan armada perikanan yang lebih modern. Serta mampu mewujudkan kegiatan perikanan yang terpadu antara sektor hulu dan hilir yang berupa kegiatan pengolahan serta pemasaran hasil perikanan. (rozi)

Sumber : Diperpautkan Bantul (https://diperpautkan.bantulkab.go.id)

Kamis, 08 Februari 2018

Pembahasan Bersama Rencana Kerja LRMPHP Tahun 2018

Pembahasan rencana kerja LRMPHP TA 2018
Pelaksanaan pembahasan rencana kerja LRMPHP tahun 2018 telah dilakukan pada 7 Februari 2018 di Ruang Aula LRMPHP. Kegiatan pembahasan dalam rangka penajaman rencana kerja ini dihadiri oleh Kepala LRMPHP, Perwakilan Puriskan Jakarta (Budi Nugraha, M.Si), narasumber (Dr Suwarman Partosuwiryo) dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Evaluator Senny Helmiati, M.Sc dari Jurusan Perikanan UGM dan Dr Ir Nursigit Bintoro, M.Sc dari  Fakultas Teknologi Pertanian UGM serta seluruh pegawai LRMPHP.

Dalam sambutannya, Kepala LRMPHP memaparkan rencana kegiatan kerja tahun 2018 dan SDM yang dimiiliki saat ini. Kegiatan LRMPHP tahun 2018 meliputi kegiatan riset 1 judul yaitu tentang Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM dan kegiatan manajerial meliputi tata usaha, tata operasional dan pelayanan teknis. Sementara itu, perwakilan dari Puriskan Jakarta menyampaikan apresiasinya terhadap hasil riset LRMPHP yang dapat diaplikasikan langsung ke stake holder. Hasil riset yang ada disarankan untuk segera dilakukan pendaftaran patennya.

Pemaparan kegiatan riset dan manajerial LRMPHP
Pada pemaparan kegiatan riset tahun 2018, beberapa masukan dan saran diberikan oleh para evaluator. Kegiatan riset ini sangat strategis untuk mendukung pakan ikan mandiri, sehingga diharapkan hasil riset bisa bermanfaat untuk masyarakat. Beberapa hal penting yang menjadi masukan diantaranya kemudahan dan kontinyuitas bahan baku pakan ikan serta spesifikasi peralatan pembuat pakan ikan agar disesuaikan dengan kebutuhan stake holder. Pada kesempatan ini juga dipaparkan tentang Pembuatan Pakan Ikan Mandiri di DIY dari Dinas Kelautan dan Perikanan DIY. Dalam paparannya dijelaskan beberapa formulasi dalam pembuatan pakan ikan. Kendala yang ada saat ini adalah sulitnya mendapatkan bakan baku pakan ikan terutama di DIY sehingga harus dicarikan alternatif lain.

Pembahasan rencana kerja LRMPHP tahun 2018 diakhiri dengan paparan dan pembahasan kegiatan tata usaha, tata operasional dan pelayanan teknis. Kepala LRMPHP berharap kegiatan manajerial ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan target kegiatan tahun 2018.

Rabu, 07 Februari 2018

Kunjungan ilmiah Tim UMG Myanmar ke LRMPHP

Kunjungan Tim UMG ke LRMPHP (dok. LRMPHP)
Tim dari UMG Myanmar melakukan kunjungan dan diskusi ke Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul, DI Yogyakarta pada tanggal 5 Februari 2018. UMG merupakan suatu grup perusahaan yang berkantor pusat di Yangon, Myanmar dan bergerak di antaranya di bidang distribusi, sumberdaya alam, makanan, telekomunikasi dan informatika. Kunjungan dimaksudkan untuk penjajakan kerjasama terkait dengan peralatan yang telah dikembangkan dan dihasilkan oleh LRMPHP.
Kunjungan tersebut diterima langsung oleh Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc.,  Koordinator Riset LRMPHP beserta Tim Pelayanan Teknis. Diskusi diawali dengan pemaparan oleh kepala LRMPHP terkait tentang profil, tupoksi dan  hasil-hasil riset yang telah dikembangkan oleh LRMPHP.

Paparan oleh kepala LRMPHP dan diskusi terkait kerjasama (dok. LRMPHP)
Dalam diskusi tersebut Tim dari PT UMG Myanmar juga menyampaikan bahwa tujuan kunjungan dilakukan dalam rangka penjajakan kerja sama dengan LRMPHP dalam mengembangkan peralatan dibidang perikanan. PT UMG Myanmar mengembangkan bidang pertanian (AGRITEC), perikanan (FISHTEC) dan peternakan. Program FISHTEC dalam bidang perikanan diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan yang akan difokuskan pada pengembangan knowledge. Pengembangan knowledge merupakan teknologi yang bisa menjembatani antara buyer dan supplier terkait dengan jual beli ikan melalui aplikasi online berbasis android
Beberapa peralatan perikanan yang sudah dikembangkan oleh PT UMG diantaranya adalah Pancing Cumi Otomatis dan Alat Penghitung Benur Udang yang sudah mendekati real time. PT UMG tertarik dengan hasil riset LRMPHP yang dianggap potensial untuk dikembangkan diantaranya adalah Meat Bone Separator (alat pemisah daging dan tulang ikan), Cold Storage Mobile (ALTIS-2), Alat Deteksi Uji Kesegaran Ikan dan Mini Cold Storage di Kapal menggunakan sistem Refigerated Sea Water (RSW). Tim UMG berharap dapat melakukan kerja sama dengan LRMPHP untuk mengembangkan salah satu hasil litbang LRMPHP. Langkah selanjutnya akan ditindak lanjut oleh LRMPHP melalui Biro Kerja Sama Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk melihat apakah sudah ada payung hukum untuk kerja sama tersebut.


Senin, 05 Februari 2018

Perancangan Sistem Termal Evaporator Tipe Shell and Tube untuk Aplikasi RSW pada Kapal 10–15 GT

Turunnya mutu ikan hasil tangkapan setelah proses penanganan dan transportasi di kapal saat ini masih tinggi. Seperti halnya mutu hasil tangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng Kabupaten Gunung Kidul akibat proses penanganan ikan di atas kapal yang kurang baik. Salah satu penyebab turunnya mutu ikan tersebut adalah metode pendinginan yang digunakan saat ini masih menggunakan es balok. Es banyak digunakan sebagai media pendingin karena mudah digunakan dan memiliki kapasitas pendinginan yang besar. Namun penggunaan es balok memiliki kekurangan antara lain ikan di bagian bawah palka rusak karena tertekan oleh ikan di bagian atasnya. Selain itu juga bongkahan es yang tajam dapat merobek kulit/perut ikan, kondisi ini diperparah dengan adanya guncangan di kapal. Ketersediaan es balok juga kadang terbatas dan sulit didapat.

Sistem pendingin ikan yang umum digunakan di PPP Sadeng adalah sistem pendingin palka dengan es. Rata - rata kapal motor 10 - 15 GT di PPP Sadeng memiliki 3 buah palka, dan masing - masing palka mampu menampung es balok sekitar 45 - 60 buah es balok. Dengan berat es per balok sekitar 50 kg maka es yang dibawa sekitar 2,5 - 3 ton/trip dengan lama penangkapan sekitar 5-12 hari. Penggunaan es dengan jumlah tersebut juga menambah berat kapal dan mengurangi kapasitas volume palkah untuk ikan dan menambah kebutuhan bahan bakar selama penangkapan ikan.

Kapal ikan 12 GT dengan 3 palka di PPP Sadeng Gunung Kidul
Salah satu alternatif upaya peningkatan penanganan ikan di kapal adalah penerapan system refrigerasi di atas kapal untuk meningkatkan kemampuan simpan ikan hasil tangkapan nelayan. Sistem pendinginan refrigerasi yang banyak digunakan saat ini adalah sistem pendinginan kompresi uap dan sistem pendinginan absorpsi uap. Salah satu teknologi refrigerasi untuk penanganan ikan di kapal yang tepat saat ini adalah refrigerated sea water (RSW) pada pendinginan dengan suhu sekitar 0 ºC. Sistem RSW memiliki beberapa kelebihan seperti potensi kerusakan fisik yang relatif kecil, penurunan suhu yang cepat, serta suhu yang lebih stabil dan merata. Salah satu komponen penting sistem RSW yang berfungsi untuk pendinginan air RSW adalah evaporator.

Perancangan evaporator yang tepat di kapal diperlukan sehingga efisien serta mudah dalam pemasangan dan penggunaan/perawatan. Salah satu tipe evaporator yang sesuai untuk RSW kapal dari performansi datanya adalah evaporator dry expansion tipe liquid chiller konstruksi shell and tube horisontal, dengan pertimbangan luas permukaan yang dibutuhkan kecil (cocok untuk ruang kecil di kapal 10-15 GT), penempatan evaporator horizontal terhadap kapal, koefisien perpindahan panasnya besar dan konstruksi lebih sederhana serta perawatan cukup mudah, murah, dapat dilakukan secara kimiawi.

Penelitian perancangan  termal evaporator tipe shell&tube untuk aplikasi RSW di kapal berukuran 10-15 GT di PPP Sadeng Kabupaten Gunung Kidul dengan kapasitas sampai 1,3 ton ikan telah dilakukan oleh LRMPHP. Target perancangan meliputi perhitungan/analisis dan penentuan spesifikasi evaporator tipe shell&tube yaitu luasan permukaan perpindahan panas, jumlah pass, diameter dan panjang shell, serta diameter, panjang, dan bahan pipa. Perancangan evaporator dilakukan dengan menggunakan metode Kern. Hasil rancangan didapatkan beban pendinginan dengan unsur utama ikan dan air laut RSW sebesar 4,52 kW. Siklus refrigerasi menggunakan sistem kompresi uap refrigeran R22 dengan evaporator shell&tube, dengan target suhu air RSW adalah -1 0C maka suhu evaporasi diatur -8 0C. Hasil rancangan evaporator berupa shell&tube 4 pass dengan luas permukaan perpindahan panas 1,015 m2, diameter shell 150 mm dengan panjang 85 mm, serta pipa diameter 15,875 mm sejumlah 24 buah berbahan tembaga.


Sumber : Prosiding Semnaskan-UGM XIV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 2017