PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Jumat, 20 Juli 2018

Kunjungan Kepala BRSDM ke LRMPHP Bantul

Kunjungan Ka BRSDMKP ke LRMPHP
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) menerima kunjungan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Prof. Sjarief Widjaja pada Kamis (19/07). Kepala BRSDM didampingi oleh Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc (Kepala Pusat Riset Perikanan), Prof. Dr. Hari Eko Irianto (Kepala BBRP2BKP), Dr. Endhay Kusnendar dan sejumlah staf BRSDM. Kunjungan ke LRMPHP dalam rangka memberi arahan dan motivasi kepada pegawai serta berdialog dengan para penyuluh perikanan Bantul.

Dalam arahannya, Kepala BRSDM menyampaikan apresiasinya terhadap hasil riset LRMPHP. Hasil riset yang ada hendaknya dihilirisasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Kepala BRSDM berharap LRMPHP suatu saat menjadi badan layanan usaha (BLU) untuk komersialisasi hasil riset. Untuk itu kesiapan SDM dan sarana pendukung diantaranya sertifikasi instansi, laboratorium dan hasil riset yang tersertifikasi SNI menjadi tantangan yang harus dihadapi. Riset yang ada hendaknya juga fokus pada bidang spesifik sehingga lebih terarah.


Dialog Ka BRSDMKP di LRMPHP Bantul (dok. LRMPHP)
Sementara itu, dialog Kepala BRSDM dengan penyuluh perikanan fokus pada potensi perikanan di Bantul untuk dijadikan sentra industri perikanan produktif. Kepala BRSDM menyampaikan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen untuk dapat terus menumbuhkan kewirausahaan bagi anggota masyarakat dalam rangka mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Dialog dengan penyuluh diakhiri dengan harapan para penyuluh agar jumlah SDM penyuluh di Bantul ditambah karena saat ini dinilai belum ideal untuk bekerja dalam cakupan wilayah kerja yang luas, disamping itu beberapa SDM yang ada akan purna tugas. 

Kamis, 19 Juli 2018

LRMPHP Mendampingi Kunjungan Kerja Kepala BRSDMKP ke P2MKP di Sleman

Kunjungan kerja Ka BRSDMKP ke Sleman (dok. LRMPHP)

Kunjungan Kerja Kepala Badan Riset Kelautan dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) Prof. Sjarief Widjaja ke Sleman DI Yogyakarta pada Kamis (19/7). Kepala BRSDM KP didampingi oleh Dr. Ir. Toni Ruchimat, M.Sc (Kepala Pusriskan), Prof. Hari Eko Irianto (Kepala BBRP2BKP), Dr. Endhay Kusnendar dan sejumlah staf BRSDMKP. Pada kesempatan tersebut juga hadir kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman dan kepala BKIPM Yogyakarta.

Kunjungan kerja diawali dengan mengunjungi P2MKP Mina Raya di Dusun Kaliwuru, Selomartani, Kalasan, Sleman DI Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut Kepala BRSDMKP berdialog dengan pengelola P2MKP Mina Raya. Pada dialog tersebut pengelola P2MKP Mina Raya menyampaikan perkembangan dari awal berdirinya sampai menjadi pusat pelatihan dan budidaya ikan Nila. Saat ini P2MKP Mina Raya dapat memproduksi 150 – 200 ton per tahun bibit ikan Nila dengan didukung 6 hatchery dengan masing-masing hatchery terdiri dari 8 paket indukan. Sedangkan pada pembesaran ikan Nila, produksi mencapai sekitar 50 ton per tahun.


Dialog dan diskusi Ka BRSDMKP di Mina Raya (dok. LRMPHP)

Dari dialog tersebut, Kepala BRSDMKP mengapresiasi hasil kerja P2MKP Mina Raya dan cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu pada kesempatan tersebut Beliau menyampaikan tentang konsep Kampung Wisata Perikanan di dusun Kaliwuru. Beliau berharap konsep kampung wisata perikanan tersebut terdiri dari wisata kuliner perikanan dan wisata budidaya perikanan. Jadi pengunjung selain dapat menikmati kuliner perikanan dan pesona alam juga akan disuguhi informasi dan edukasi tentang budidaya perikanan mulai dari pakan ikan, pembibitan, pembesaran, panen dan pengolahannya.

Kunjungan selanjutnya adalah ke P2MKP Mina Ngremboko di Desa Wisata Bokesan, Sindumartani, Ngemplak, Widodomartani, Sleman, DI Ygyakarta. Kunjungan dimulai dengan berdiskusi sambil mengunjungi lokasi-lokasi budidaya dan pengolahan. Selanjutnya kepala BRSDMKP menghadiri Forum Komunikasi (FORKAM) yang telah dipersiapkan oleh P2MKP Mina Ngremboko. Dalam forum komunikasi tersebut kepala BRSDMKP berdialog dengan pengelola P2MKP, Penyuluh Perikanan dan Dinas Perikanan Kabupaten Sleman.


Dialog dan diskusi Ka BRSDMKP di Mina Ngremboko (dok. LRMPHP)

Pada dialog di FORKAM ketua P2MKP Mina Ngremboko Bapak Saptono menyampaikan paparannya tentang pencapaian P2MKP dari awal berdiri sampai saat ini. Dalam paparannya disampaikan bahwa saat ini P2MKP Mina Ngremboko telah memiliki kawasan perikanan dengan 700 kolam ikan dan telah memiliki 80 hatchery. Selain bergerak di bidang budidaya, juga sudah menghasilkan produk olahan, salah satunya Nila Crispy. Produk tersebut telah mendapat pangsa pasar di masyarakat sehingga permintaan semakin meningkat.

Menanggapi paparan tersebut, kepala BRSDMKP mengapresiasi hasil kerja yang sudah dicapai sampai saat ini. Selanjutnya dalam arahannya Beliau berharap supaya P2MKP Mina Ngremboko bisa menjadi bisnis network di bidang perikanan. Dalam arahannya juga disampaikan agar kedepannya dapat dibuat konsep wisata budidaya perikanan sehingga sleman bisa menjadi pusatnya di tingkat nasional bahkan internasional. Sementara itu, Kepala BRSDM memberi arahan kepada para Penyuluh di Kabupaten Sleman agar membuat suatu model penyuluhan untuk dijadikan percontohan bagi penyuluh-penyuluh di daerah lain.

Kamis, 12 Juli 2018

Aplikasi Sensor MQ-136 Pada Pembacaan Penurunan Kesegaran Ikan Tuna (Thunnus Sp)

Indonesia memiliki laut yang sangat  luas dengan kekayaan ikan tuna yang melimpah. Ikan tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan mutu ikan tuna perlu dilakukan secara intensif agar dapat bersaing di pasar internasional. Sejalan dengan hal itu maka perlu dilakukan pengawasan mutu yang ketat pada pada produk tersebut. Pengawasan mutu ikan biasanya dapat dilakukan melalui pengujian baik secara organoleptik, mikrobiologi maupun kimiawi, tetapi cara ini kurang efektif karena membutuhkan waktu yang lama. Sementara itu, dalam perkembangannya digunakan metode lain dalam pengujian kesegaran ikan yaitu menggunakan sensor.

Pada dua tahun terakhir ini LRMPHP telah melakukan beberapa penelitian aplikasi berbagai sensor untuk menentukan kesegaran ikan. Penggunaan sensor saat ini dapat dilakukan menggunakan sensor elektronik atau yang lebih dikenal dengan e-nose. Sensor menerima rangsangan dan meresponnya dengan perubahan sinyal listrik. Alat e-nose lebih efektif karena tidak terlalu membutuhkan waktu lama, lebih efisien, ekonomis dan bersifat nondestruktif. Salah satu pendeteksian melalui sensor adalah pendeteksian gas H2S (hydrogen sulfide). Gas H2S  merupakan salah satu gas penyebab bau busuk pada produk perikanan. Keberadaan gas H2S tersebut dapat digunakan sebagai penanda penurunan kualitas ikan, sehingga perubahan bau pada ikan dianggap menjadi metode potensial untuk menilai kesegaran ikan.

Salah satu jenis sensor yang dapat digunakan untuk pendeteksian gas H2S adalah sensor jenis MQ-136 dengan SnO(timah oksida) sebagai elemen sensornya. Sensor MQ-136 dikenal cukup sensitive dan akurat. Sebagai elemen sensornya, semikonduktor SnO2 digunakan sebagai material yang sensitif sebagai penerima respon rangsangan gas H2S. Konduktivitas SnO2 akan meningkat ketika konsentrasi gas H2S tinggi. Oleh karena itu, keberadaan H2S pada ikan dapat dideteksi menggunakan sensor MQ-136 dan diharapkan dapat membantu peningkatan mutu ikan tuna Indonesia

Untuk mengetahui penggunaan sensor MQ-136 dalam mendeteksi gas H2S pada ikan maka LRMPHP telah melakukan penelitian terkait aplikasi sensor MQ-136 pada pembacaan penurunan kesegaran ikan tuna (Thunnus Sp). Penelitian dilakukan menggunakan ikan tuna dengan dua ukuran yang berbeda yaitu ikan tuna A dengan berat 570 gram dan panjang 33 cm dan ikan tuna B dengan berat 1.200 gram dan panjang 44 cm. Ikan selanjutnya disimpan dalam wadah tertutup yang memiliki saluran atas sebagai saluran keluar gas. Pengamatan dilakukan setiap jam hingga jam ke-8 dan diakhiri pada pengamatan jam ke-24. Sensor yang digunakan selama pengamatan adalah MQ-136 (Gambar 1.), yang dirakit pada Arduino UNO (Gambar 2.) sebagai alat penghubung pada laptop (Gambar 3.) dan alat pengolah hasil pembacaan sensor.
Gambar 1. Sensor Gas MQ-136

Gambar 2. Arduino UNO

Gambar 3. Laptop
Hasil pembacaan sensor MQ-136 pada ikan A dan ikan B (Tabel 1.), menunjukkan ada peningkatan respon sensor pada setiap pembacaan. Peningkatan ini diduga karena perubahan kandungan udara yang berada dalam kotak tempat ikan. Bertambahnya waktu penyimpanan ikan menyebabkan proses pembusukan menjadi lebih banyak, sehingga kandungan H2S mengalami peningkatan. Penambahan nilai H2S menyebabkan respon terhadap material SnO2 pada sensor MQ-136 menjadi lebih besar. Penambahan gas H2S pada ikan A dan ikan B memiliki perbedaan oleh karena itu dilakukan analisa lebih lanjut.
Tabel 1. Hasil pembacaan  MQ-136 pada ikan A dan ikan B
Waktu
Ikan A (V)
Ikan B (V)
0
2,6
2,59
1
2,81
3,13
2
2,78
3,07
3
2,75
3,01
4
2,79
2,95
5
2,84
2,96
6
2,85
2,99
7
2,8
2,93
8
3,29
2,99
24
4,2
4,42

Berdasarkan data yang dipeoleh maka dapat disimpulkan bahwa pola grafik perubahan pembacaan sensor MQ 136 selama pengamatan lebih memiliki tingkat eror yang kecil pada ikan A (R2 = 0,926) dibandingkan ikan B (R2 = 0,830). Hal ini dapat diartikan  sensor MQ136 lebih  akurat untuk ikan A (570 gram) dengan model persamaannya  dibandingkan dengan ikan B (1.200 gram) pada proses pembacaan keberadaan gas H2S.
Sumber : Prosiding SIMNASKP IV UNHAS 2017

Senin, 09 Juli 2018

Penerimaan Mahasiswa Magang di LRMPHP

Penerimaan dan Penjelasan Teknis Kegiatan PKM (dok. LRMPHP)
Sebagai salah satu bentuk pelayanan publik, LRMPHP senantiasa membuka pintu untuk mahasiswa/i maupun siswa/i yang ingin melaksanakan praktek kerja magang di LRMPHP.

Sehubungan dengan hal tersebut, pada pertengahan tahun 2018 yang bertepatan dengan libur antar semester di universitas, LRMPHP kembali menerima 4 (empat) orang mahasiswa magang dari Universitas Brawijaya Malang. Keempat mahasiswa tersebut akan melaksanakan Praktek Kerja Magang (PKM) selama 1 bulan yaitu pada tanggal 2 Juli sampai 4 Agustus 2018 dibawah bimbingan para peneliti LRMPHP. Para mahasiswa magang tersebut yaitu :

Nama
NIM
Tema Magang
Pembimbing
Erda Ryvandu Wahidin
155080307111023
Alat Ekstraksi Rumput Laut
Zaenal Arifin Siregar, M.T.
Lina Widya Sari
155080300111023
Mesin Meat Bone Separator
Putri Wullandari, M.Sc.
Akhmad Gofur
155080300111010
Alat Pengisi Adonan Tahu Tuna
Tri Nugroho Widianto, M.Si.
Muhammad Ramadhan
155080301111065
Alat Deep Fryer
Arif Rahman Hakim, M.Eng.

Untuk mengawali pelaksanaan PKM, pada tanggal 2 Juli 2018 telah dilakukan pertemuan yang dihadiri oleh mahasiswa peserta magang, Kepala LRMPHP, peneliti LRMPHP dan staf pelayanan teknis dalam rangka penerimaan dan penjelasan teknis pelaksanaan PKM. Hal ini dilakukan agar para mahasiswa magang bisa mengetahui lebih jauh tentang LRMPHP dan mengetahui tata tertib selama PKM. Dalam pertemuan tersebut juga dijelaskan tema dan tugas yang harus dilaksanakn selama kegiatan PKM.

Selama PKM di LRMPHP, mahasiswa mendapatkan berbagai fasilitas seperti ruang untuk beraktivitas, akses internet, printer, fotokopi dan juga tempat tinggal di guest house LRMPHP.

Info pelaksanaan magang di LRMPHP dapat di akses melalui tautan dibawah ini :

Kamis, 05 Juli 2018

Menteri Susi Uji Coba Kapal Bambu Laminasi Pertama di Dunia

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat melakukan uji coba kapal bambu Baito Deling 001 di Pantai Kanjeran, Senin (2/7). Dok. Humas KKP/Handika Rizki
KKPNews, Surabaya – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menghadiri peluncuran kapal berbahan bambu laminasi, Baito Deling 001 hasil penelitian Dosen Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Senin (2/7). Inovasi dengan teknik laminasi atau penggabungan bilah bambu hingga membentuk papan atau balok tersebut adalah yang pertama kalinya di dunia.

Sesuai namanya, Baito Deling berasal dari Bahasa Jawa, ‘baito’ yaitu kapal atau perahu, sedangkan ‘deling’ yaitu bambu. Baito Deling 001 ini memiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 2,2 meter, dan tinggi 0,8 meter, dan mampu berlari hingga 7 unit, dengan daya tampung 2 GT. Baito Deling 001 juga dilengkapi 10 kursi duduk yang cukup nyaman.

Menteri Susi menyatakan bahwa inovasi kapal bambu laminasi ini sangat bagus dan kita harus mencobanya. Inovasi ini juga sebuah pilihan pada saat hutan kita sudah habis. Kayu tidak ada karena semakin mahal dan nelayan kita memerlukan kapal-kapal ukuran seperti ini. 

Selanjutnya, Menteri Susi melakukan uji coba kapal tersebut dengan berkeliling di Pantai Kanjeran. Ia pun berharap kapal Baito Deling 001 tersebut tak hanya dijadikan arketipe, tetapi juga diujikan lebih lanjut sehingga dapat diaplikasikan secara luas melalui produksi secara massal. Beliau juga berharap ini bisa difinalisasi menjadi sebuah produk. Jadi bukan hanya sekedar prototype trial, tapi diuji coba dengan benar supaya bisa diaplikasikan dan diimplementasikan.

Menteri Susi berpendapat, inovasi ini dapat dijadikan solusi atas mahalnya bahan baku kayu yang dibutuhkan nelayan untuk membuat kapal. “Jadi bambu tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk membuat angklung, tapi juga dapat digunakan untuk membuat kapal,” lanjutnya. Namun ia mengatakan, penggunaan bahan bambu rentan terhadap kelembaban sehingga dibutuhkan perlakuan dan penanganan yang baik dan tepat.

Menteri Susi menyadari, memang tak semua produk baru mudah diterima masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan sertifikasi untuk menjamin mutunya. “Selama ini banyak karya anak bangsa terhambat sertifikasi karena sertifikasi sering dimanfaatkan oknum-oknum tidak bertanggung jawab,” tuturnya.

Oleh karena itu, Menteri Susi ingin dilakukan sertifikasi yang benar karena di era globalisasi ini setiap negara membutuhkan sertifikasi untuk melindungi karya anak bangsa. “Negara dengan produksi yang bagus, kualitas dan efisiensi (produk) bagus akan sukses,” ia meyakinkan.

Pada kesempatan tersebut, Rektor ITS Prof. Joni Hermana mengungkapkan, investor kapal telah mempresentasikan kapal di Inggris dan kapal tersebut telah dinyatakan sebagai kapal pertama di dunia dengan penggunaan bambu seluruhnya. Ia juga mengatakan kesiapan ITS untuk memproduksi kapal ini secara massal sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat. (AFN)

Sumber : KKPNews

Senin, 02 Juli 2018

Potensi Pemanfaatan Udang Dan Rajungan Rucah Sebagai Bahan Baku Alternatif Pakan Ikan

Tepung ikan merupakan produk penting untuk menunjang usaha peternakan dan budidaya perikanan karena menjadi komponen utama sumber protein dalam formulasi pakan. Hal ini mengingat kandungan protein pada ikan yang cukup besar dan mencapai lebih dari 20%. Sejalan dengan berkembangnya industri peternakan dan budidaya perikanan, kebutuhan tepung ikanpun semakin meningkat. Permintaan tepung ikan berkisar antara 150.000 - 200.000 ton per tahun, dan diprediksi setiap tahunnya mengalami kenaikan 10 -15%. Dengan produksi lokal sekitar 45.000 ton, kebutuhan tepung ikan di dalam negeri harus dipenuhi dari impor. Sampai saat ini impor bahan baku pakan ikan, terutama tepung ikan setiap tahunnya mencapai 35% dari total impor perikanan Indonesia, padahal Indonesia memiliki banyak potensi perikanan yang dapat dimanfaatkan menjadi tepung ikan, misalnya udang dan rajungan rucah.

Udang dan rajungan merupakan komoditas penting perikanan di tingkat internasional. Namun demikian, terdapat udang maupun rajungan dalam jumlah besar yang tidak laku terjual oleh pemasar ikan lokal, baik karena kualitas yang tidak memenuhi standar maupun penurunan daya beli konsumen. Udang dan rajungan yang tidak laku terjual ini nilai ekonomisnya menjadi turun, tidak layak dikonsumsi manusia dan dapat dikategorikan sebagai udang dan rajungan rucah.

Melihat besarnya potensi udang dan rajungan rucah, serta kebutuhan akan bahan alternatif sebagai bahan baku pakan ikan, maka LRMPHP telah melakukan penelitian potensi pemanfaatan udang dan rajungan rucah sebagai bahan baku alternatif pakan ikan. Bahan untuk pembuatan tepung berupa udang dan rajungan yang diperoleh dari pasar ikan di pantai Depok, Bantul, DIY. Udang dan rajungan dicuci menggunakan air, lalu dikukus dengan menggunakan alat pengukus selama 30 menit, selanjutnya dilakukan proses penirisan dan penggilingan dengan menggunakan grinder. Material dalam kondisi lumat kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari hingga kering (estimasi kadar air w/w = 10%). 

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tepung udang dan rajungan rucah yang diperoleh, keduanya mempunyai kenampakan warna khas tepung ikan sebagaimana terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Tepung udang dan rajungan rucah

Rendemen tepung udang dan rajungan yang diperolah masing-masing sebesar 15,87% dan 23,20%, penurunan bobot tersebut terjadi karena proses pengolahan dan pada saat pengeringan. Hasil pengujian kadar nutrisi, kimia, organoleptik dan mikrobiologi (Salmonella) tepung udang dan rajungan selengkapnya disajikan pada Tabel berikut.

Tabel. Hasil pengujian nutrisi, kimia, organoleptik dan Salmonella tepung udang dan tepung rajungan
Produk
Kadar Nutrisi dan Kimia (%)
Organo-leptik
Salmo-nella
Kalsi-um
Fos-for
NaCl
Air
Abu
Protein
Lemak
Serat
Tepung udang rucah
7,36
4,88
1,07
7,01
48,39
45,61
3,78
5,32
3,53
negatif
Tepung rajungan rucah
15,75
5,04
1,11
6,46
47,84
35,91
1,00
11,52
4,38
negatif
SNI Tepung Ikan 2016 (Mutu III)
2,5-7,0
1,6-4,0
≤4
≤12
≤30
≥45
≤12
≤3
≥6
negatif










Berdasarkan hasil pengujian tersebut terlihat bahwa kadar air, lemak, protein (tepung udang) dan NaCl masih memenuhi standar SNI, sedangkan kalsium, fosfor belum memenuhi standar SNI sehingga perlu dilakukan modifikasi/penambahan nutrien tertentu agar dapat memenuhi standar SNI. Hasil pengujian secara organoleptik juga menunjukkan bahwa tepung udang dan rajungan rucah yang dihasilkan dari percobaan ini belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan SNI. Selain pengujian secara kimia dan organoleptik, pengujian secara mikrobiologi (Salmonella) kedua jenis tepung juga dilakukan dan hasilnya negatif sehingga memenuhi persyaratan SNI.

Sumber : Prosiding Semnaskan UGM 2015

Jumat, 29 Juni 2018

Desain Bilah Pisau Bowl Cutter dan Lama Pengadonan pada Pembuatan Nugget Ikan

Upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi perikanan adalah pengembangan produk bernilai tambah. Beberapa produk yang telah dikembangkan menggunakan bahan baku ikan di antaranya bakso, otak-otak, sosis dan nugget ikan. Selain meningkatkan nilai tambah, produk olahan ikan tersebut sejalan dengan kebutuhan masyarakat yang menuntut makanan cepat saji serta mengandung cukup gizi. Jadwal yang padat dan gaya hidup masyarakat yang sibuk menuntut seseorang untuk dapat makan dengan cepat. Selain cepat, kebutuhan makanan cepat saji juga harus memenuhi standar gizi dan kesehatan. Salah satu makanan cepat saji dari pengolahan produk perikanan adalah nugget ikan. Produk olahan hasil perikanan tersebut menggunakan lumatan daging ikan dan atau surimi minimum 30 % dicampur tepung dan bahan lainnya, dibaluri dengan tepung pengikat, dimasukkan ke dalam adonan butter mix kemudian dilapisi dengan tepung roti dan dipanaskan.

Proses pembuatan nugget ikan dilakukan dengan menggiling daging ikan kemudian mencampur dengan bahan lainnya seperti tepung dan bumbu sampai dihasilkan adonan yang homogen. Setelah homogen adonan dicetak kemudian dikukus selama kurang lebih 10 menit, dilapisi dengan larutan buttermix dan breadcrumbs selanjutnya digoreng. Proses pembuatan nugget ikan skala UKM dilakukan secara manual dan menggunakan peralatan sederhana. Peralatan yang diperlukan dalam proses pembuatan nugget ikan di antaranya mesin pengiling daging, mesin pengadon dan alat pengukus. Mesin pengadon untuk pembuatan nugget yang biasa digunakan adalah bowl cutter. Fungsi utama dari bowl cutter adalah melumatkan daging ikan serta mengaduk campuran adonan untuk menghasilkan adonan nugget ikan yang homogen.

Bowl cutter yang ada di pasaran dapat digunakan untuk mencincang daging dan sayuran serta dapat pula digunakan untuk membuat adonan bakso, sosis maupun nugget. Komponen utama bowl cutter adalah bilah pisau dan motor penggerak. Bilah pisau berfungsi untuk mencacah daging sedangkan motor penggerak berfungsi untuk menggerakkan mangkuk dan bilah pisau secara bersamaan. Bentuk dan jumlah bilah pisau bowl cutter tersebut didesain umumnya untuk berbagai olahan dan berbagai jenis adonan. Bentuk dan jumlah bilah pisau yang bervariasi tentunya akan menghasilkan mutu adonan dan konsumsi energi yang beragam. 

Penggunaan bowl cutter dalam pengolahan nugget ikan di beberapa UKM di Gunungkidul menunjukkan beberapa kendala diantaranya pencampuran adonan membutuhkan waktu yang relatif lama dan kualitas adonan kurang homogen. Jumlah dan bentuk bilah pisau serta lamanya proses pengadonan yang dilakukan dalam pengolahan nugget ikan di beberapa UKM sangat bervariasi. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas adonan nugget serta biaya operasional dan waktu pengadonan menjadi hal penting untuk diketahui. Bowl cutter yang biasa digunakan UKM menggunakan motor listrik dengan daya berkisar antara 1100 sampai 1900 Watt. Kebutuhan listrik tersebut cukup besar untuk skala UKM, sehingga pengadonan yang dilakukan sesingkat mungkin dengan mempertimbangkan kualitas nugget dan dapat menghemat biaya operasional.

LRMPHP telah mengembangkan beberapa bentuk dan susunan bilah pisau Bowl cutter salah satunya dengan 3 buah bilah pisau melengkung (Gambar 1.).

Gambar 1. Desain bowl cutter dengan 3 buah bilah pisau melengkung

Bahan yang digunakan untuk membuat bilah pisau bowl cutter adalah plat SS 304 tebal 2 mm dan batang teflon berdiameter 11 cm. Desain bilah pisau melengkung mempunyai bentuk ± 3/8 lingkaran dengan panjang 80 mm dari sisi luar dudukan. Lebar bilah pisau sebesar 22 mm dengan tebal 3 mm. Radius putar bilah pisau dari pusat poros sebesar 130 mm. Kelengkungan bilah pisau mempunyai radius 50 mm dengan sisi tajamnya terletak pada lengkung bagian luar. Sudut ketajaman sekitar 120 pada salah satu sisi bilah pisau. 

Uji kinerja alat dilakukan menggunakan volume bowl sebesar 10 L dengan pesifikasi mesin 1700 W dengan komponen utama adalah motor listrik, pupy, belt, poros dan bowl. Kecepatan putar bilah pisau dan bowl masing-masing sebesar 1535 dan 29 rpm. Selama proses pengadonan kebutuhan rata-rata arus listrik sebesar 4,2 A pada tegangan 220 Volt dengan kebutuhan daya berkisar 895 - 928 Watt.

Gambar 2. Uji kinerja bowl cutter

Hasil uji kinerja terhadap bowl cutter menunjukkan bahwa dengan desain 3 bilah pisau melengkung dengan lama pengadonan 8 menit kebutuhan biaya operasional listrik sebesar Rp. 2.700/100 kg adonan, dengan mutu nugget sesuai standar SNI. Nugget yang dihasilkan pada kondisi tersebut mempunyai kadar air 54,2 %, tektur sebesar 12,6 N, susut masak 16,7 %, WHC 32,9 % dan nilai organoleptik lebih dari 7. 

Sumber : Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi KP, Vol 11 No. 1 (2016)