PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Selasa, 07 Agustus 2018

Pelaksanaan Monev Semester I Tahun 2018 Lingkup LRMPHP

Pemaparan kegiatan LRMPHP (dok.LRMPHP)
Untuk mengetahui tingkat pencapaian program dan pelaksanaan kegiatan selama semester I,  Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) menyelenggarakan Monitoring dan Evaluasi (monev) Semester I Tahun 2018 lingkup LRMPHP pada 6-7 Agustus 2018. Kegiatan monev dibuka oleh Kepala LRMPHP (Lutfi Assadad, M.Sc.) dan dihadiri oleh Perwakilan Puriskan Jakarta (Budi Nugraha, M.Si.) selaku Kasbid Riset Teknologi Alat dan Mesin Perikanan , narasumber dari BAPPEDA D.I. Yogyakarta (Andi Nawa C., SP., MP.), evaluator kegiatan riset (Senny Helmiati, M.Sc.) dari Jurusan Perikanan UGM dan Dr. Ir. Nursigit Bintoro, M.Sc. dari  Fakultas Teknologi Pertanian UGM serta seluruh pegawai LRMPHP.

Dalam sambutannya, Kepala LRMPHP menyatakan bahwa kegiatan monev  lingkup LRMPHP meliputi kegiatan manajerial dan riset. Kepala Loka berharap masukan dan saran dari para evaluator agar pelaksanaan kegiatan menjadi lebih baik lagi. Sementara itu, perwakilan Puriskan Jakarta dalam sambutannya menyampaikan wacana reorganisasi lembaga riset melalui pembentukan Badan Riset Nasional yang sebaiknya diantisipasi secara bijak.
Sambutan dan Pengarahan dari Pusriskan (dok. LRMPHP)
Evaluasi kegiatan oleh Narasumber (dok. LRMPHP)

Pemaparan Narasumber dari BAPPEDA DIY (dok. LRMPHP)
Pada pemaparan kegiatan riset tentang Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM, beberapa masukan dan saran diberikan oleh para evaluator. Senny Helmiati, M.Sc. memberikan masukan tentang kriteria pemilihan bahan untuk formulasi pakan ikan hendaknya mempertimbangkan kandungan nutrisi bahannya, ketersediaan, kontinyuitasnya dan pertimbangan harganya. Sementara itu, Dr. Ir. Nursigit Bintoro menyatakan bahwa sebagian besar output yang dihasilkan telah sesuai dengan yang ditetapkan tetapi belum seluruhnya, karena  mesin ekstruder pellet tipe twin screw extruder belum diwujudkan. Secara umum hasil evaluasi terhadap kegiatan riset berjalan baik, namun demikian masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.

Pada kesempatan monev juga dihadirkan narasumber dari BAPPEDA D.I. Yogyakarta yang memaparkan tentang program perikanan di Propinsi DIY  TA 2018 dan rencana TA 2019. Selain itu juga mengajak LRMPHP untuk bekerjasama dalam mengembangkan perikanan. Kehadiran BAPPEDA DIY diharapkan dapat mensinergikan hasil-hasil riset di LRMPHP dengan provinsi sehingga penyebarluasan hasil riset lebih optimal.  

Rabu, 01 Agustus 2018

Pembuatan Pupuk Granul Rumput Laut Menggunakan Prototipe Granulator Vertikal dengan Variasi Kecepatan Putaran Chopper

Pemakaian pupuk kimia untuk pertanian yang melebihi ketentuan dosis dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lahan dan berimbas pada penurunan hasil panen. Oleh karena itu para petani mulai beralih menggunakan pupuk organik untuk merawat/menjaga tingkat kesuburan tanahSalah satu bahan yang potensial digunakan dalam pembuatan pupuk organik adalah rumput laut. Bahan ini kaya kandungan mineral, nutrien anorganik dan bahan organik seperti hormon pemacu tumbuh (sitokininauksin, dan giberelin).

Pupuk organik memiliki beberapa macam bentuk seperti tablet, briket, curah, dan granul. Bentuk granul adalah yang paling diminati di pasaran karena granul lebih mudah ditaburkan/diaplikasikan dan mudah meresap ke tanaman. Massa granul lebih ringan daripada bentuk curah, sehingga memudahkan dan mengurangi biaya tranportasi. Pada proses granulasi, partikel-partikel kecil disatukan dan dipadatkan untuk membentuk gumpalan yang kuat secara fisik dengan struktur permanen dimana partikel aslinya masih bisa dibedakanCara yang paling sederhana dalam pembuatan granul adalah dengan menggunakan nampan. Metode ini biasanya digunakan untuk membuat granul skala kecil. Dalam perkembangannya terdapat beberapa tipe granulator yang umum digunakan di industri yaitu: fluidized bed granulatorhigh shear granulatordisc granulator (pan granulator) dan drum granulator.

LRMPHP telah mengembangkan granulator dengan mengadopsi granulator tipe vertical high shear. Granulator tipe ini menggunakan impeller yang berfungsi sebagai pengaduk untuk membentuk gumpalan basah dan chopper yang berfungsi sebagai pemecah gumpalan sehingga menghasilkan granul dengan densitas tinggiImpeller berputar pada kecepatan rendah sampai tinggi untuk menciptakan kondisi pengadukan yang diharapkan. Setelah tepung (powder) tercampur rata maka ditambahkan air untuk membasahi adonan sehingga saling terikat dan membentuk gumpalan basah (metode granulasi basah).  

Granulator yang dikembangkan LRMPHP tersebut, pada proses pemadatan granul terdapat 2 drum yang berfungsi untuk memadatkan granul yang sudah terbentuk pada drum 1. Kecepatan putar pada chopper merupakan salah satu faktor utama dalam pembentukan granul karena berpengaruh terhadap rendemen granul. Oleh karena itu kecepatan putar chopper menjadi hal penting dalam pembuatan granulator. Uji coba granulasi dilakukan menggunakan model alat granulator vertikal rancangan LRMPHP (Gambar 1 dan 2).
Gambar 1. Alat uji granulator rancangan LRMPHP
Prinsip kerja alat tersebut dengan memanfaatkan impeller sebagai pengaduk dan chopper sebagai pemecah untuk membentuk campuran tepung menjadi bentuk granul. Pada drum 1 terdapat impeller yang berputar dengan kecepatan tertentu. Dengan tambahan air dan diaduk menggunakan impeller dalam waktu tertentu maka adonan akan membentuk gumpalan basah. Gumpalan basah tersebut akan dipecah oleh chopper yang berputar dengan kecepatan tertentu sehingga membentuk butiran (granul). Kombinasi dan variasi kecepatan putar antara impeller dan chopper akan menghasilkan ukuran granul yang bervariasi. Pada drum 2 dan 3 terdapat piringan yang berputar dengan kecepatan tertentu. Piringan yang berputar tersebut mengakibatkan gaya sentrifugal sehingga granul yang sudah terbentuk akan berputar-putar dan menjadi semakin padat.  
Gambar 2. Ilustrasi drum 1 alat uji granulator LRMPHP
Hasil uji coba pembuatan pupuk granul rumput laut dengan variasi kecepatan putar chopper ditunjukkan pada gambar 3. Perbandingan nilai rendemen pada granul ukuran kecil (D < 4 mm), granul ukuran sedang (3 – 4 mm)  dan granul ukuran besar (D > 4 mm) pada pengaturan kecepatan chopper 1070 : 896 rpm, berturut turut yaitu sebesar 93,38 % : 98,95 %, 61,76 % : 23,04 %, 15,46 % : 33,22 % dan 16,17 % : 42,69 %. Hasil analisis statistik data dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa kecepatan putar chopper tidak berpengaruh signifikan terhadap rendemen granul total tetapi berpengaruh cukup signifikan terhadap rendemen pada berbagai ukuran granul yang dihasilkan. Dengan kecepatan putar chopper sebesar 1070 rpm menghasilkan lebih banyak granul dengan ukuran kecil, sedangkan pada 896 rpm menghasilkan lebih banyak granul berukuran sedang sampai besar dibandingkan dengan granul ukuran kecil. Oleh karena itu, kombinasi antara kecepatan putar impeller dan chopper perlu diperhatikan untuk memperoleh ukuran granul yang diharapkan. 
Gambar 3. Granul yang dihasilkan pada dua variasi putaran; a). Hasil granul pada putaran 896 rpm;
b). Hasil granul pada putaran 1070 rpm


Sumber : Prosiding Semnaskan UGM

Selasa, 31 Juli 2018

Tiga Peneliti LRMPHP Ikuti Diklat Peneliti Tingkat Lanjutan

Peserta diklat peneliti lanjut (dok. LRMPHP)
Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Lanjutan merupakan salah satu upaya untuk mempersiapkan peneliti agar mampu bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya pada jabatan fungsional peneliti jenjang madya sampai dengan jenjang utama. Kompetensi yang dibutuhkan bagi peneliti di sini mengacu pada kompetensi peneliti yang telah ditetapkan.

Terkait dengan hal tersebut, tiga orang peneliti dari Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan mengikuti diklat jabatan fungsional peneliti (DJFP) tingkat lanjutan gelombang IV tahun 2018 yang diselenggarakan di Pusbindiklat Peneliti LIPI - Cibinong pada tanggal 15 - 24 Juli 2018. Ketiga peneliti LRMPHP tersebut yaitu Tri Nugroho Widianto, S.Si, M.Si; Luthfi Assadad, S.Pi, M.Sc: dan Arif Rahman Hakim, S.Pi, M.Eng. Diklat ini diikuti oleh 30 orang peneliti dengan berbagai bidang kepakaran yang berasal dari delapan kementerian, yaitu Kementerian Agama sebanyak 7 orang, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebanyak 6 orang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebanyak 7 orang, Kementerian Pertanian sebanyak 8 orang; dan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Sosial, masing-masing sebanyak 1 orang.

Tiga Penelliti LRMPHP (dok LRMPHP)
Kompetensi yang diharapkan setelah mengikuti diklat ini yaitu:
  1. Merumuskan strategi penulisan hasil penelitian dalam bentuk publikasi terindeks global dan buku berbasis riset dengan benar melalui selfassessment KTI;
  2. Merumuskan konsep kerja sama riset multidisiplin dengan benar dalam bentuk action plan kerja sama;
  3. Menyusun draft policy brief berdasarkan hasil penelitian dengan benar;
  4. Mengimplementasikan konsep diseminasi dan pemanfaatan hasil penelitian sesuai dengan kebutuhan pemangku kepentingan (stakeholder) dengan benar;
  5. Mengimplementasikan konsep manajemen litbang dengan benar;
  6. Mengevaluasi pelanggaran etika keilmuan dan penelitian dengan benar;
  7. Merancang pengembangan diri dan karir PNS peneliti dengan benar;
  8. Memahami kebijakan program penelitian dan iptek dengan benar;
  9. Memahami program diklat dan proses evaluasinya dengan benar.
Berbagai mata diklat yang diajarkan diharapkan memberikan kompetensi bagi para peserta. Mata diklat yang diajarkan sebanyak 80 JP meliputi:
  1. Strategi Publikasi Ilmiah Terindeks Global dan Penulisan Buku Berbasis Riset
  2. Kerja Sama Riset Multidisiplin
  3. Hasil Penelitian untuk Kebijakan Publik
  4. Diseminasi dan Pemanfaatan Hasil Penelitian
  5. Manajemen Litbang
  6. Etika Keilmuan dan Penelitian
  7. Pembinaan Karier PNS Peneliti
  8. Ceramah Umum: Kebijakan Program Penelitian dan Iptek
  9. Penjelasan Program Diklat
  10. Evaluasi Program
Rangkaian diklat dirangkum oleh peserta dalam bentuk penugasan akhir berupa penyusunan portofolio. Pada akhir penyelenggaraan diklat, peserta terbaik 1, 2, dan 3 masing-masing dari KKP (Loka Riset Perikanan Tuna), KLHK dan Kementan. 

Senin, 30 Juli 2018

LRMPHP Ikuti Pameran di Semnaskan-UGM XV 2018


Stand Pameran LRMPHP (dok. LRMPHP)
Sebagai media promosi dan sosialisasi hasil riset, Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) turut berpartisipasi dalam kegiatan pameran di Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada pada sabtu (28/7). Kegiatan pameran diselenggarakan dalam rangka Seminar Nasional Tahunan XV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (Semnaskan-UGM), Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Selain diikuti oleh LRMPHP, pameran juga diikuti oleh UKM dan swasta yang menampilkan produk microbuble generator (MBG) untuk aplikasi budidaya ikan. 

Peralatan hasil riset yang ditampilkan oleh LRMPHP yaitu alat pemisah daging ikan manual (Meat Bone Separator) dan alat uji kesegaran ikan berbasis android. Alat pemisah daging ini dioperasikan secara manual dengan memutar atau mengengkol tuas yang terdapat di bagian samping alat dan diteruskan melalui mekanisme puly belt ke drum berpori. Sementara itu, alat uji kesegaran ikan berbasis android yang ditampilkan merupakan alat uji kesegaran ikan dengan pendeteksian bau ikan menggunakan sensor dan citra mata ikan menggunakan kamera. 

Interaksi dan diskusi dengan pengunjung 1 (dok. LRMPHP)
Interaksi dan diskusi dengan pengunjung 2 (Dok. LRMPHP)

Selama pameran, stand LRMPHP banyak menerima kunjungan baik dari akademisi maupun praktisi diantaranya Departemen Perikanan UGM, FPIK Universitas Brawijaya, BKIPM Yogyakarta,  LIPI Jakarta, Loka Riset Budidaya Rumput Laut Gorontalo dan Loka Riset Perikanan Tuna Bali. Beberapa pengunjung umumnya tertarik dengan peralatan yang ditampilkan serta menanyakan beberapa hal terkait prinsip kerja alat, kegunaan, harga dan spesifikasinya. Pada kesempatan tersebut juga dilakukan interaksi dan diskusi singkat dengan pengunjung.

Partisipasi LRMPHP pada Semnaskan UGM XV 2018


Seminar Nasional Tahunan XV Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (Semnaskan-UGM) adalah agenda seminar tahunan yang diselenggarakan oleh Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Seminar hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para akademisi, peneliti, lembaga pemerintah, pihak swasta dan pemangku kepentingan untuk berbagi dan bertukar informasi hasil penelitian, pengalaman dan teknologi mengenai semua aspek yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan.

Semnaskan UGM XV  diselenggarakan pada Sabtu (28/07) di Departemen Perikanan – UGM di Auditorium Prof. Ir. Hardjono Danoesastro. Rangkaian acara kegiatan semnaskan meliputi laporan ketua Panitia, pembukaan kegiatan oleh Dekan Fakultas Perikanan UGM Dr. Jamhari, S.P., M.P, dan dilanjutkan dengan paparan pembicara kunci Dr. Ir. Ignatius Hardaningsih, M.Si. dari Departemen Perikanan Universitas Gadjah Mada dan Risyanto Suwanda, S.Pi., M.Si. dari Perum Perikanan Indonesia. 

Pembukaan oleh Dekan Fakultas Perikanan UGM (dok. LRMPHP)
Pemaparan oleh Pembicara Kunci Pertama (dok. LRMPHP)
Pemaparan oleh Pembicara Kunci Kedua (dok. LRMPHP)
Pada paparannya pembicara kunci Dr. Ir. Ignatius Hardaningsih, M.Si. menyampaikan materi tentang “Budidaya Gurami untuk Ketahanan Pangan dan Eradikasi Kemiskinan di Pedesaan : Peluang dan Tantangan”. Dalam paparannya disampaikan mengenai  sifat-sifat ikan gurami, nilai gizi, nilai ekonomis serta bagaimana cara membudidayakannya. Selain itu disampaikan juga terkait dengan produksi gurami yang setelah dimasukkan dalam Renstra KKP produksinya semakin meningkat. Oleh karena itu budidaya gurami diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan di Indonesia.

Sementara itu pembicara kunci kedua yaitu Risyanto Suanda, S.Pi,. M.Si. menyampaikan materi tentang “Peran BUMN Perikanan dalam Pembangunan Industri Perikanan yang Berkelanjutan”. Dalam paparannya disampaikan mengenai profil Perum Perindo serta perannya dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Perum Perindo didirikan sejak 28 tahun silam berdasarkan PP No 2 tahun 1990. Lingkup bisnis Perum Perindo yang luas dan dengan dukungan pemerintah dapat menjadi penggerak dan penyangga sector perikanan di Indonesia.

Setelah acara pembukaan dan paparan oleh pembicara kunci, kegiatan semnaskan dilanjutkan dengan kelas-kelas seminar yang dilaksanakan di gedung A4 Dept. Perikanan. Pada seminar ini, LRMPHP ikut berpartisipasi mempublikasikan hasil penelitian dengan mengirimkan 8 KTI.

LRMPHP berpartisipasi dengan memaparkan hasil litbang sebagai berikut :

No
Judul Makalah
Penulis
1
Perubahan Citra Mata Ikan Tuna Selama Penyimpanan Pada Suhu Ruang
Toni Dwi Novianto, I Made Susi Erawan
2
Optimasi Arsitektur Multi Layer Perception pada Klasifikasi Kesegaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Koko Kurniawan, Zaenal Arifin Siregar
3
Sifat Fisik Pakan Ikan Lele (Clarias sp.) pada Beberapa Formula
Putri Wullandari, Arif Rahman Hakim, Caesar Mahendra
4
Pengaruh Lama Pengadonan dalam Bowl Cutter terhadap Kandungan Protein dan Warna Nugget Ikan Patin (Pangasius sp.)
Naila Zulfia, Tri Nugroho Widianto
5
Seleksi Fitur Citra Insang Ikan Tuna pada Proses Penyimpanan Tuna dalam Suhu Kamar
Zaenal Arifin Siregar, Koko Kurniawan
6
Analisa Termodinamika Sistem Refrigerasi Absorpsi Sebagai Mesin Pembuat Es untuk Perikanan
Wahyu Tri Handoyo, Arif Rahman Hakim
7
Performansi Chilling Storage pada Kapal dengan Penambahan Screen dalam Palka
Naila Zulfia, Tri Nugroho Widianto, Ahmat Fauzi, Luthfi Assadad
8
Pengaruh Laju Alir Air Pendingin Kondensor Terhadap Performansi Chilling Storage Kapal Ikan Kapasitas 1,3 Ton
Ahmat Fauzi, Tri Nugroho Widianto

Presentasi Oral oleh Ahmat Fauzi

Presentasi Oral oleh Naila Zulfia


Jumat, 27 Juli 2018

Tanaman Bakau Berkhasiat Mengatasi Penyakit pada Udang

Ilustrasi (tambakudang.com)
Penelitian dan riset terbaru yang dilakukan oleh Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros – Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan bahwa mangrove (bakau) dapat digunakan sebagai obat penawar penyakit pada hewan udang.
Penelitian bertajuk ‘Herbal Mangrove sebagai Alternatif Pencegah Penyakit Udang’ oleh diprakarsai oleh Peneliti BRPBAP3 dikepalai oleh Muliani beserta timnya. Penggunaan tanaman bakau sebagai bahan dasar alternatif pencegahan penyakit udang dianggap lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan antibiotik.
Penelitian ini sendiri diawali pada tahun 2013 dengan melakukan screening tanaman bakau sebagai penghasil antibakteri. Sebanyak 182 sampel bakau untuk kebutuhan screening diambil dari berbagai daerah di Indonesia.
Penelitian ini tentu akan membantu langkah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mengajak kegiatan berwirausaha di bidang Kelautan dan Perikanan untuk menambah stok pangan yang berasal dari produk laut.
“Dari 182 sampel yang di-screening, 103 sampel atau 56,60% positif mengandung anti vibrio harveyi. Adapun jenis mangrove yang paling potensial mengandung anti vibrio harveyi adalah Sonneratia alba, S caseolaris, S. lanceolata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Rhizophora mucronata,” jelas Muliani.
Dari 103 sampel yang terdeteksi mengandung Vibrio, 22 diantaranya berasal dari Kabupaten Maros, 38 dari Kabupaten Pangkep, 20 dari Kabupaten Luwu Timur, 6 dari Kabupaten Takalar, dan 17 dari Kabupaten Bone.
Pada 2014, penelitian dilanjutkan untuk melihat potensi ekstrak bakau setelah difraksinasi, serta toksisitasnya terhadap benih udang windu. Di 2015, penelitian dengan tahap metode pemberian ekstrak bakau yang lebih efektif dan efisien, yaitu dengan sistem perebusan tepung bakau dan mencampur hasil ektraksi methanol, serta fraksinasi ke dalam pakan udang. Langkah berikutnya adalah mengkaji perbedaan konsentrasi ekstrak bakau dalam pakan, baik untuk penanggulang penyakit bakteri maupun untuk WSSV di 2016.
“Terjadi peningkatan sistem imun udang secara signifikan pada penggunaan ekstrak bakau dalam pakan dibanding tidak menggunakan ekstrak bakau. Pencegahan WSSV menggunakan ekstrak bakau lebih efektif melalui penyuntikan dibanding pakan dan perendaman. Namun, metode ini sulit diaplikasikan di tambak dan hanya cocok diaplikasikan untuk induk udang,” lanjut Muliani.
Pada 2017, penelitianpun kemudian dilanjutkan dengan mengkaji sistem ekstraksi dengan perebusan daun bakau yang masih basah dan tidak lagi menggunakan hasil tepung daun bakau. Sebuah percobaan menggunakan metode ini telah dilakukan untuk budidaya udang windu. Melalui metode ini, diharapkan para petani dapat mengaplikasikan pada kegiatan budiaya.
“Hingga saat ini, penelitian difokuskan pada aplikasinya di tambak udang. Melalui penelitian ini, kami juga berharap kelestarian mangrove tetap terjaga dan mari kita galakkan kembali penanaman mangrove pada daerah-daerah yang tidak ditanami,” tegas Muliani.
Penyakit udang merupakan momok meresahkan bagi pembudidaya. Hal tersebut dapat meningkatkan kematian hingga 100% pada udang di dalam tambak hingga menyebabkan kerugian dalam jumlah besar dan White Spot Syndrome (WSS) serta penyakit karena bakteri vibrio menjadi yang paling mematikan diantaranya. Hal ini tentu akan menghalangi visi dan misi dari KKP untuk membudidayakan program wirausaha kelautan dan perikanan.
Udang yang terjangkit penyakit bintik putih, pada tahap awal akan menyerang lambung, insang, kutikula epidermis, dan jaringan ikat hepatopankreas dari udang. Setelah stadium penyakit pada udang semakin berat, akan muncul bintik-bintik putih berdiameter 0,5-2 mm pada lapisan dalam eksoskeleton dan epidermis yang menyebabkan udang berhenti makan dan berdampak kematian massal di tambak. (Damar Senoaji/AFN)
Sumber : KKPNews

Senin, 23 Juli 2018

Perbandingan Pembacaan Sensor Gas (MQ-3 dan MQ-9) pada Proses Pembusukan Ikan Tuna (Thunnus sp)

Status kesegaran ikan berkaitan erat dengan keamanan makanan bagi konsumen dan cita rasa ikan. Metode uji kesegaran ikan yang sering digunakan saat ini adalah uji organoleptik yang didasarkan pada bau ikan, tekstur daging ikan dan kondisi visual ikan. Validitas uji ini bergantung pada  panelis terlatih yang berpengalaman sehingga hal ini dapat menjadi kendala terkait ketersediaan panelis terlatih. Selain uji organoleptik, uji kimiawi dan bakteri lazim digunakan dilaboratorium pengujian. 

Uji kimiawi didasarkan pada produksi senyawa gas volatil yang dihasilkan saat proses pembusukan ikan. Senyawa gas volatil tersebut diikat oleh asam borat dan pengukuran kadarnya dengan titrasi HCl. Untuk meningkatkan keakurasian pendeteksian produksi senyawa volatil dapat dilakukan dengan menggunakan kromatografi cair (HPLC) atau kromatografi gas (GC). Sampai saat ini, metode kromatografi memiliki akurasi yang paling baik namun memberikan biaya pemeriksaan yang mahal dan hanya bisa dilakukan di dalam laboratorium dengan peralatan khusus. Sementara itu, pengujian bakteri yang didasarkan pada jumlah populasi bakteri total pada ikan memerlukan waktu yang relatif lama untuk inkubasi penumbuhan total bakteri. Tingginya populasi bakteri pada ikan tersebut dianggap sebagai penanda peningkatan aktivitas bakteri pembusuk.

Metode lain yang lebih fleksibel dan praktis adalah pengukuran kesegaran ikan menggunakan alat Torry meter. Prinsip kerja alat tersebut dengan mengukur konduktivitas jaringan ikan. Konduktivias jaringan ikan didefinisikan sebagai sifat elektrokimia yang semakin meningkat seiring tingkat pembusukan ikan. Namun alat tersebut hanya bisa digunakan pada permukaan kulit ikantidak bisa digunakan pada fillet ikan dan ikan yang di bekukan.

Ditengah kekurangan metode pemeriksaan kesegaran ikan saat ini, aplikasi sensor gas semikonduktor sebagai pendeteksi kesegaran ikan menawarkan metode yang relatif cepat, murah dan mudah. Sensor gas semikonduktor menggunakan sebuah material (SnO2, ZnO dan TiO2) dengan konduktivitas berubah ubah menyesuaikan absorbsi gas. Aplikasi sensor gas semikonduktor untuk keperluan deteksi kesegaran ikan telah banyak dilaporkan. Ho Park, et al (2013) menggunakan deret sensor gas untuk pendeteksian senyawa trimethylamin dan amonia. Barbri et al (2009) dapat memanfaatkan deret sensor untuk menentukan kesegaran ikan sarden. Bahkan secara lebih jauh Olafsdottir, et al (2006) melaporkan menggunakan elektronic nose untuk mendefinisikan sisa metabolism spesifik sebuah bakteri pembusuk. LRMPHP juga telah mengembangkan penggunaan sensor gas untuk pemeriksaan kemunduran mutu ikan. Salah satu jenis sensor yang digunakan adalah sensor jenis MQ-136 untuk pendeteksian gas H2S pada ikan tuna. 

Saat ini sensor gas telah diproduksi masal dengan harga yang relatif murahvariatif dan spesifik dalam mendeteksi gas. Sensor MQ-3 merupakan sensor yang sensitif untuk mendeteksi gas alkohol sedangkan sensor MQ-9 merupakan sensor yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi gas CO pada sumber daya rendah dan mendeteksi gas metana pada sumber daya tinggi. Sensor gas hanya mampu membaca data analog berupa gas, sehingga masih diperlukan mikrokontroler sebagai pengubah sinyal analog dari sensor ke data digital berupa deretan angka. Sensor MQ-3 atau MQ-9 dapat dengan mudah ditemui di toko elektronik robotika, hal ini dapat menjadikan sensor MQ-3 atau MQ-9 sebagai alternatif yang cepat, mudah dan murah untuk pendeteksian kebusukan ikan.

Atas dasar itu maka LRMPHP telah melakukan penelitian tentang perbandingan pembacaan sensor gas (MQ-3 dan MQ-9) pada proses pembusukan ikan tuna seperti dipublikasikan dalam SIMNASKP IV UNHAS 19-20 Mei 2017 di Makasar. Penelitian untuk mengetahui respon terbaik dua sensor tersebut terhadap perubahan bau ikan tuna sehingga diperoleh sensor gas yang paling baik untuk mendeteksi pembusukan ikan tuna.

Rangkaian pembacaan sensor gas MQ-3 dan MQ-9 terhadap kebususkan ikan pada penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

 Gambar 1. Rangkaian pembacaan sensor gas MQ-3 dan Mq 9 terhadap kebusukan ikan
Hasil pembacaan sensor MQ-3 dan MQ-9 terhadap sampel ikan  tuna masing-masing dapat  dilihat pada Gambar 2 dan 3 berikut:

Gambar 2. Grafik regresi pembacaan sensor MQ 3 terhadap waktu

Gambar 3. Grafik regresi pembacaan sensor MQ-9 terhadap waktu
Berdasarkan hasil uji regresi sensor gas terhadap waktu pengamatan, terdapat korelasi yang kuat antara pembacaan sensor MQ-3 dan MQ-9 terhadap pembusukan ikan. Nilai R2 sebesar 0,945 volt untuk sensor MQ-9lebih tinggi dibandingkan nilai R2 untuk sensor MQ-3 sebesar 0,847 volt, hal ini menunjukkan waktu lebih berpengaruh terhadap pembacaan sensor MQ-9 dari pada sensor MQ-3.  

Sumber : Prosiding SIMNASKP IV UNHAS 2017