|
Rumput Laut (Foto: Dok: Wikimedia Commons) |
Pemerintah berkomitmen mendorong pengembangan industri rumput laut nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan guna meningkatkan kegiatan ekonomi di masyarakat pesisir, wilayah perbatasan, dan daerah tertinggal.
"Rumput laut menjadi salah satu perhatian dan prioritas kita terutama untuk mengembangkan wilayah pesisir. Jadi, kita butuh panduan untuk seluruh pemangku kepentingan terkait," ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu.
Musdhalifah mengatakan Indonesia perlu memfokuskan pengelolaan potensi perairan, yang luasnya mencapai dua per tiga wilayah keseluruhan, untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan memberikan kontribusi terhadap pasar dunia.
Ia menambahkan salah satu potensi strategis perikanan tersebut adalah rumput laut yang saat ini memiliki 782 jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia.
Bahkan, menurut dia, di beberapa daerah, terdapat 38 jenis alga yang sudah biasa dimanfaatkan sebagai bahan pangan segar dan olahan, obat tradisional, serta kosmetik tradisional seperti bedak dan lotion penyegar.
Saat ini juga terdapat lima kelompok jenis rumput laut komersial yaitu Saccharina japonica, Undaria, Porphyra, Eucheuma, dan Gracilaria yang menyumbang sekitar 98 persen dari produksi budi daya rumput laut dunia.
Dari lima kelompok jenis tersebut, jenis Eucheuma dan Gracilaria hidup di perairan tropis dan telah dikembangkan melalui budi daya komersial di Indonesia.
Selama ini, ia mengatakan, pengembangan industri rumput laut juga telah menghasilkan sekitar 500 jenis produk turunan yang dapat dikelompokkan menjadi pangan, pakan, pupuk, produk farmasi, dan produk kosmetik.
"Ini tentu akan meningkatkan nilai tambah yang diterima oleh pelaku usaha rumput laut, baik industri maupun masyarakat," ujarnya.
Melihat kondisi ini, Musdhalifah memastikan budi daya rumput laut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir, pulau kecil, pinggiran dan perbatasan, apalagi sekitar 32 persen penduduk miskin Indonesia berada di kawasan ini.
Hal ini didukung oleh fakta bahwa budi daya rumput laut tergolong usaha potensial yang sebagian besar dilakukan oleh masyarakat, karena teknologinya sederhana, masa produksi relatif singkat selama 45 hari, dan memiliki pangsa pasar cukup besar.
Untuk mendorong budi daya rumput laut tersebut, tambah dia, pemerintah telah merancang Peta Panduan Pengembangan Industri Rumput Laut Nasional Tahun 2018-2021 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2019.
"Kita semua bisa bersinergi dalam mengembangkan industri rumput laut nasional melalui rencana aksi yang telah disusun. Kita sudah punya target, tinggal komitmen dan konsistensi kita untuk tidak menjadikan roadmap ini sekedar dokumen," ujar Musdhalifah.
Sumber : antaranews