Pembuatan ikan asap secara tradisional
dilakukan dengan mengasapi ikan secara langsung dari pembakaran kayu atau
tempurung kelapa. Metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kualitas
produk ikan kurang konsisten serta adanya deposit tar dan senyawa-senyawa yang
berbahaya bagi kesehatan.
Metode lain untuk mengatasi
permasalahan tersebut salah satunya dengan memanfaatkan asap cair, sehingga
pemberian aroma asap pada makanan akan lebih praktis, yaitu dengan pencelupan
produk ke dalam asap cair yang diikuti dengan pengeringan seperti disampaikan
oleh Darmadji yang dimuat dalam jurnal
Agritech pada tahun 2002. Asap cair dihasilkan dari pirolisis kayu atau
tempurung kelapa yang merupakan hasil kondensasi asap menjadi bentuk cair.
Asap cair
komponen senyawa utama seperti
fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, ester, keton, hidrokarbon alifatik, dan
poliaromatik hidrokarbon. Senyawa fenol berperan sebagai pembentuk aroma dan
rasa asap, senyawa karbonil sebagai pembentuk warna kuning kecoklatan,
sedangkan senyawa asam berperan sebagai pengawet produk ikan.
Pembuatan ikan asap menggunakan asap
cair diantaranya telah dilakukan oleh Widianto yang dimuat dalam Prosiding
Seminar Nasional Tahunan Hasil Penelitaian Perikanan dan Kelautan VI. Asap cair yang diperoleh dari
hasil pirolisis temputung kelapa pada suhu 400 0 C kemudian
diendapkan selama semalam, setelah itu disaring menggunakan kertas Watman 42
dan diredestilasi pada suhu 1250 C. Ikan patin (Pangasiun sutchi) dibersihkan kemudian
dibuang isi perut dan kotoranya, setelah itu dibentuk butterfly. Ikan patin
yang digunakan mempunyai berat 300-500
gram/ekor. Ikan patin kemudian direndam dalam larutan asap cair selama 20, 30
dan 40 menit dengan konsentrasi asap cair sebesar 1, 2 dan 3 % dengan penambahan garam garam 2,5
%. Setelah perendaman ikan patin ditiriskan selama 30 menit kemudian dipanggang
di dalam oven pada suhu 800C selama 8 jam. Selama pemanggangan ikan
patin dibalik setiap 30 menit. Hasil
pembuatan ikan patin asap menggunakan asap cair ditunjukkan pada Gambar 1.
|
Gambar 1. Ikan patin asap dengan asap cair |
Salah satu penilaian kualitas ikan
asap yang dihasilkan adalah dengan pengujian nilai hedonik. Hasil pengujian hedonik
dilakukan dengan memberikan nilai kesukaan secara keseluruhan terhadap produk
tanpa memperhatikan parameter sensori seperti kenampakan, rasa, bau, kapang,
konsistensi dan lendir. Hasil uji organoleptik ikan asap yang diolah dengan
menggunakan asap cair tempurung kelapa disajikan dalam Gambar 1. Dalam Gambar 2
menunjukkan bahwa panelis memberikan nilai hedonik tertinggi pada ikan asap
yang direndam dalam asap cair 2% selama 40 menit. Hasil analisa Kruskal Wallis menunjukkan bahwa
perlakuan konsentrasi dan lama perendaman menghasilkan perbedaan yang nyata
tehadap nilai hedonik produk (P≤0.05). Hasil analisa lanjut Duncan terhadap nilai hedonik
menunjukkan bahwa ikan asap yang direndam dalam asap cair konsentrasi 2% selama 40 menit mempunyai nilai tertinggi
sebesar 6.38 (skala 1-9) dimana nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan
perendaman dengan asap cair konsentrasi 2% selama 20 menit (nilai 6.32). Nilai
tersebut berkisar dari ”agak suka” sampai ”suka”.
Keterangan/Note
: 2% = perendaman ikan dalam larutan asap cair 2 %
3%
= perendaman ikan dalam larutan asap cair 3%
4%
= perendaman ikan dalam larutan asap cair 4 %
T20 = perendaman ikan dalam larutan
asap selama 20 menit
T30 = perendaman ikan dalam larutan
asap selama 30 menit
T40 = perendaman ikan dalam larutan
asap selama 40 menit
Gambar 2. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam asap
cair terhadap nilai hedonik ikan
patin asap
Pirolisis
pada suhu 4000C menghasilkan asap cair dengan kandungan fenol paling
tinggi (sebesar 4,01%) dan tidak mengandung senyawa benzo(a)pyrene. Senyawa
kimia yang terdapat dalam asap cair adalah golongan fenol, asam, eter, ester,
furan dan polihidroksi. Asap cair hasil pirolisis tempurung kelapa pada suhu
4000C digunakan untuk pembuatan ikan patin asap. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perendaman fillet ikan patin dalam larutan asap cair dengan
konsentrasi 2% selama 20 menit menghasilkan ikan patin asap yang paling disukai
panelis.
Penulis : Tri Nugroho Widianto, Peneliti LRMPHP