PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kamis, 05 Desember 2019

Pengolahan Pindang Tradisional di Indonesia

Pemindangan ikan merupakan salah satu teknik pengolahan dan pengawetan ikan dengan cara kombinasi perebusan/pemasakan dan penggaraman selama jangka waktu tertentu dalam suatu wadahJenis ikan yang biasa dipindang adalah kembung, tongkol, cakalang, bandeng, bawal, layang, layur, cucut, selar, tanjan, lemuru, kuwe, teri jengki dan teri nasi.

Salah satu sentra produksi ikan tongkol terdapat di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Mumpuni dan Hasibuan (2018) dalam JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 3 melaporkan bahwa UMKM pengolahan ikan pindang tongkol di Pelabuhan Ratu, Sukabumi belum menerapkan prinsip Good Manufacturing Practices (GMP) dengan baik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semua sampel yang diambil dari pengolah pindang tongkol daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, mengandung mikroba dengan prevalensi TPC adalah 90%, kapang adalah 100% dan E. coli adalah 10%, sedangkan Salmonella 70%. Proses produksi dilakukan secara tradisional, yaitu : bahan baku disortir, dibersihkan, kemudian ditambahkan garam, selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah dan direbus selama sekitar 2 jam. Larutan garam untuk perebusan dapat digunakan berulang-ulang, namun larutan perebus ini makin lama makin keruh, berwarna gelap, kotor, kental dan agak tengik. Jika larutan perebus yang demikian masih digunakan, ikan pindang yang dihasilkan bermutu rendah.

Untuk mengatasi hal tersebut, seharusnya larutan perebus diganti 2 kali sehari atau tergantung frekuensi penggunaannya. Penggunaan 3-5 kali perebusan masih memungkinkan asal dibersihkan dulu dan kejenuhan garamnya dipertahankanUpaya lainnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran mikroba antara lain dengan menggunaka air yang bersih, melakukan sanitasi terhadap ruangan dan peralatan yang digunakan, serta dengan memperhatikan kebersihan personilnya.

Handayani, et al. (2017) memaparkan dalam Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan) vol. 3 no. 1 bahwa pengolahan pindang tradisional juga dilakukan oleh nelayan di beberapa daerah di Indonesia. Nelayan di pesisir pantai Ampenan melakukan proses pemindangan tongkol ±10 kg selama 1-2,5 jam, sedangkan nelayan di Batu Putih, Sekotong, Lombok Barat melakukan pemindangan tongkol dalam waktu 1,5 jam untuk 5 kg ikan tongkol segar.

Pengolahan pindang tradisional lainnya banyak dijumpai di Waduk Malahayu, Brebes seperti dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan (2012). Waduk Malahayu yang memiliki luas sekitar 944 hektar berada di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Proses pengolahan pindang tradisional di Waduk Malahayu umumnya dilakukan dengan cara berikut ini :
Proses pengolahan pindang tradisional di Waduk Malahayu
Pengolah pindang tradisional di sekitar Waduk Malahayu menggunakan ikan mas/ nila/ gabus yang dibeli di Tempat Pelalangan Ikan (TPI) sederhana di Waduk Malahayu kemudian langsung diolah menjadi ikan pindang. Teknik pengolahan pindang di Waduk Malahayu termasuk ke dalam teknik pemindangan garam. Pemindangan garam adalah cara pemindangan dimana lapisan ikan yang telah digarami disusun berlapis-lapis di dalam wadah yang terbuat dari pelat logam (badeng) pendil/ paso tanah, dan direbus pada suhu 80°C dalam jangka waktu 4-6 jam. Wadah perebus langsung digunakan sebagai wadah untuk distribusi dan penjualanGaram yang digunakan yaitu garam krosok (garam curah), karena harganya lebih murah dibandingkan dengan garam produksi industri.

Ikan pindang dijual ke konsumen dengan dibungkus daun pisang dan dilapisi kertas minyak sehingga harus segera habis dikonsumsi dalam satu hari. Jika tidak segera dikonsumsi harus dipanaskan kembali untuk menjaga mutu keamanan pangannya. Perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan kemasan plastik yang ditutup dengan sealer atau kemasan vakum untuk ikan pindang.

Penulis : Putri Wulandari, Peneliti LRMPHP

Case Hardening pada Proses Pengeringan Konveksi Produk Makanan


Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan produk makanan untuk memperpanjang usia penyimpanan. Pengeringan pada dasarnya merupakan proses perpindahan energi yang digunakan untuk menguapkan air yang berada dalam bahan sehingga mencapai kadar air tertentu. Pada proses pengeringan terjadi penurunan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan produk akibat aktivitas biologi dan kimia.

Dalam Microwave Technology for Food Processing yang disampaikan oleh Orsat et al (2017), pengeringan konveksi merupakan metode pengeringan yang paling umum digunakan. Meskipun prinsip operasinya sederhana dan biaya konstruksi yang rendah, tetapi ada kriteria tertentu, seperti ketidakefisienan energi dan kualitas produk yang tidak diinginkan. Dalam pengeringan konveksi, udara kering digunakan untuk menghilangkan kadar air dari produk yang menciptakan gradien tekanan antara inti dan permukaan produk sehingga kadar air akan bergerak dari dalam ke permukaan.

Produk yang dikeringkan secara konveksi akan mengalami penyusutan karena berkurangnya kadar air pada produk. Menurut Gulati & Datta yang disampaikan dalam Journal of Food Engineering (2015), penyusutan bahan ini berperan penting dalam pengembangan struktur dan volume akhir dari produk kering. Selain itu proses pengeringan juga dapat menyebabkan case hardening terutama pada proses pengeringan dengan suhu yang tinggi.

Disampaikan oleh Orsat et al (2017) dalam Microwave Technology for Food Processing, fenomena case hardening terjadi jika pengeringan dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi. Pemanasan yang terlalu cepat akan mengakibatkan bagian permukaan luar produk kering lebih cepat dan bagian dalam produk terlambat kering. Skema case hardening seperti disajikan pada gambar 1. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Wagner et al. (1995) dalam Purdue University Extension Services Report no RR 7/95 yang melaporkan bahwa ketika produk makanan diproses pada suhu tinggi selama pengeringan, makanan yang dimasak pada bagian luar akan mengalami case hardening yang dapat digambarkan sebagai semacam cangkang pelindung yang akan menyebabkan penyusutan lebih sedikit dan kepadatan rendah pada produk. Sedangkan informasi yang diperoleh dari Martynenko (2001) yang dilaporkan dalam Food Bioprocess Technology, bahwa kasus pengerasan dapat merupakan hasil dari pembentukan kerak dan / atau hilangnya sifat viskoelastik dari produk makanan yang dikeringkan pada suhu tinggi.

Gambar 1. Skema case hardening
Fenomena case hardening ini akan menyebabkan proses pengeringan tidak merata sehingga produk yang dikeringkan tidak kering dengan sempurna, terutama pada bagian dalam produk. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan untuk mengurangi ataupun menghilangkan peristiwa case hardening. Salah satu cara pencegahan case hardening adalah menggunakan suhu yang lebih rendah dan mengendalikan laju pengeringan terutama pada tahap awal pengeringan.

Penulis : Wahyu Tri H., LRMPHP

Efisiensi Energi dan Industri Pengolahan Perikanan yang Berkelanjutan

Industri pengolahan ikan di Indonesia terus berkembang bahkan saat ini masuk 5 besar negara penyuplai produk perikanan dunia. Bahan baku produk olahan perikanan sebagian besar berasal dari perikanan laut / hasil tangkapan. Ikan-ikan ini kemudian diolah menjadi berbagai macam olahan (70%) dan hanya 30% yang dijual berupa produk segar. Industri perikanan (pengolahan produk) memerlukan bahan pendukung berupa energi dan suplai air bersih yang besar. Pemenuhan energi sejauh ini bertumpu pada bahan bakar minyak dari fosil (fuel) yang harganya terus naik karena ketersediaannya semakin berkurang, selain itu, penggunaan fuel dari fosil menyebabkan peningkatan CO2 di atmosfer sehingga menjadi salah satu penyebab perubahan iklim global. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah tepat agar industri perikanan tetap berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu langkah fundamental untuk mengurangi penggunaan fuel sebagai sumber energi adalah dengan efisiensi proses. Cara ini relative reliable karena tidak membutuhkan penambahan investasi modal yang signifikan (besar).

Tingkat konsumsi energi tergantung pada skala produksi, jenis produk dan level otomatisasi mesin yang digunakan. Energi diperlukan untuk operasi permesinan, produksi es, pemanasan, pendinginan dan pengeringan. Proses pengolahan ikan yang melibatkan pemanasan akan membutuhkan energi yang lebih intensif sedangkan proses tanpa pemanasan seperti produk filet ikan energi yang diperlukan lebih sedikit. Kebutuhan energi (secara umum) dan biaya pada beberapa jenis industri pengolahan ikan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kebutuhanenergiindustripengolahanikan
Jenispengolahan
Produksi (jutaton)
Konsumsi  (kWh/ton)
Total energiproduksi (GWh)
BiayaUSD0.15/kWh (USD million)
Pendinginan
50
28a)
1400
210
Filet
20
70
1400
210
Pembekuan
20
78b)
1560
234
Pengalengan
13
250
3250
487,5
Pengeringan
12
545
6540
981
Fishmeal / fish oil
21
400
8400
1260
Sumber : Food And Agricultural Organization, 2014

a) 60 kWh/ton es, rata-rata 1:3 (es:ikan), 40% untuk proses lanjutan at 20 kWh/ton. 
b)120 kWh/ton pembekuan tambah 20 kWh/ton penyimpanan, 50% pembekuan di kapal, 10% penyimpanan dikapal. 

Berdasarkan data tersebut, konsumsi energi merupakan area yang memerlukan biaya besar meski seringkali biaya untuk supali energi ini terabaikan. Beberapa langkah sederhana dalam efiesien energi tanpa menambahkan biaya modal investasi antara lain: 1) Implementasi program switch-off dan instal sensor untuk mati otomatis lampu penerangan dan peralatan yang tidak digunakan. 2) Memperbaiki insulasi pada perpipaan baik untuk proses panas maupun dingin. 3) Menggunakan peralatan secara efisein. 4) Melakukan pemeliharaan alat dan mesin secara rutin. 5) Menjaga / mempertahankan optimal pembakaran pada steam boiler. 6) Eliminasi kebocoran steam. 6)Memanfaatkan sisa energi panas atau dingin pada suatu mesin untuk input energi alat/mesin lainnya. 

Metode lain yang lebih advanced yaitu dengan memanfaatkan limbah yang dihasilkan sebagai sumber energi. Hal ini berhasil dilakukan salah satu industri perikanan di Thailand, Enerfish. Kebutuhan energinya sebesar 414 kWh per ton ikan bahan baku atau 1400 kWh per ton produk. Bersama dengan efisiensi unit pendingin dan pembekuan, kebutuhan energi dikurangi dengan mengkonversi limbah menjadi biofuel. Biofuel yang dihasilkan juga bisa menjadi produk penjualan. Rata-rata per hari industri ini menghasilkan 80 ton limbah, dari jumlah ini bisa dihasilkan 17 ton minyak ikan, 13 ton biodiesel yang setara dengan energi 126 MWh. Energi ini bisa digunakan untuk suplai daya unit pengolahan sebesar 57 MWh dan 77 MWh untuk energi panas.

Efisiensi energi melalui efektifitas penggunaan alat dan mesin serta pemanfaatan limbah yang dihasilkan diharapkan bisa diterapkan oleh industri perikanan di Indonesia. Selain untuk pengurangan biaya yang timbul juga untuk menjaga lingkungan tetap lestari.

Penulis : Arif Rahman Hakim, Peneliti Muda LRMPHP

Kepala LRMPHP Hadiri Rakornas KKP 2019

Rakornas KKP 2019
Kepala Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) menghadiri rapat koordinasi nasional (rakornas) Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2019 yang dilaksanakan di hotel Borobudur Jakarta pada tanggal 4-5 Desember 2019. Kegiatan ini dibuka oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Edhy Prabowo dan dihadiri oleh jajaran pejabat eselon 1 dan 2 KKP, Kepala Unit Pelaksana Teknis lingkup KKP, kepala dinas kelautan dan perikanan tingkat propinsi/kabupaten/kota dari seluruh Indonesia, serta stakeholders kelautan dan perikanan (asosiasi, kadin, dan pelaku usaha KP).

Dalam sambutannya, Menteri KKP menyampaikan perlunya dukungan dan komunikasi dengan dinas KP daerah dan pelaku usaha untuk mensukseskan program dan kegiatan KKP. “Kebijakan tidak hanya top down, tetapi juga bottom up, mendapatkan masukan dari instansi daerah, pelaku usaha dan stakeholders lainnya, “ tuturnya. Selain itu, Menteri KKP juga menyampaikan bahwa selama pejabat eselon 1 dapat bergerak bersama dan bersinergis, maka tidak akan ada penggantian pejabat. 

Pada Rakornas KKP 2019, Bapak Sudin selaku Ketua Komisi IV DPR RI menyampaikan dukungan politiknya terhadap program dan kegiatan KKP, agar sejalan dengan RPJMN dan visi misi presiden. Beberapa program KKP juga mendapat dukungan dari DPR diantaranya  pendirian Poltek KP Lampung, dukungan anggaran KKP pada tahun-tahun mendatang, program dan kegiatan untuk peningkatan taraf hidup nelayan dll, daftar UU yang dilahirkan oleh DPR terkait KKP, penyatuan/pembentukan Badan Karantina Nasional dan perlindungan sumber daya KP dari ancaman tambang pasir.

Sebagai pembicara kunci dalam rakornas yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 

Menteri KKP menyampaikan rancangan program kegiatan KKP 2020-2024: sesuai 5 arahan utama Presiden saat pelantikan tanggal 20 Oktober 2019, memperbaiki komunikasi dengan nelayan, perikanan budidaya dioptimalkan dan diperkuat lagi, data target IKU KKP tahun 2020 dan 2024 untuk dibreakdown ke daerah serta  list perlunya dukungan pemda terhadap sektor KP (Penyelesaian rencana zonasi wilayah, pembinaan dan pendampingan UMKM, penguatan kegiatan gerakan masyarakat sehat, dukungan penyediaan lahan untuk kegiatan prioritas KKP, menciptakan iklim usaha yang kondusif, fasilitasi pelaku utama untuk pelatihan dan sertifikasi kompetensi, penjabaran tujuan pembangunan berkelanjutan, penguatan sistem data statistik KP).

Sementara itu Menteri PPN/Kepala Bappenas menyampaikan materi tentang Rancangan Awal RPJMN 2020-2024, Menteri Perhubungan tentang Sinergi Program Kemenhub dan KKP dan Menteri PUPR tentang Dukungan Pembangunan Infrastruktur untuk Sektor Kelautan dan Perikanan.

Rangkaian acara Rakornas KKP 2019 dilanjutkan dengan paparan eselon 1 KKP dan narasumber lainnya yaitu Prof. Dr. Rokhmin Dahuri (pakar kelautan dan perikanan) dan Prof. Dr. Ali Bakhtiar (pakar komunikasi publik); serta masing-masing sesi dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi.


Kepala LRMPHP Hadiri Rakornas KKP 2019

Rabu, 04 Desember 2019

Partisipasi LRMPHP Pada Pameran BBRP2BKP 2019

Partisipasi LRMPHP Pada Pameran BBRP2BKP 2019


Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) turut berpartisipasi dalam kegiatan pameran di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) Jakarta pada 3 Desember 2019. Kegiatan pameran dalam rangka Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 2019 ini mengambil tema “Inovasi Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Menuju Era Industri 4.0”.

Sejalan dengan tema kegiatan tersebut, LRMPHP menampilkan peralatan uji kesegaran ikan berbasis android (alat UKI). Prinsip kerja alat ini adalah pendeteksian bau ikan menggunakan sensor ammonia dan citra mata ikan menggunakan kamera. Keunggulan alat uji ini selain bersifat non-destruktif (tidak merusak bahan), pengujiannya juga cepat dan dapat mengetahui kesegaran ikan secara real time.

Stan pameran LRMPHP merupakan salah satu stan yang menarik untuk dikunjungi karena saat pameran dilakukan demo alat UKI menggunakan ikan tuna. Salah satu pengunjung yang memberikan apresiasinya terhadap alat UKI adalah Profesor Riset BPPT sekaligus pernah menjabat Menko Maritim 2014-2015, Indroyono Soesilo. Pada kesempatan tersebut, Indroyono Soesilo mengapresiasi hasil riset para peneliti LRMPHP dan berharap alat UKI dapat dikembangkan sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Secara garis besar beliau menggali informasi tentang prinsip kerja UKI, teknik validasi dan tingkat akurasi hingga kemungkinan untuk komersialisasi melalui aplikasi Smartphone. Senada dengan Indroyono Soesilo, Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja juga mengapresiasi atas inovasi yang dihasilkan LRMPHP serta memberikan motivasi agar peralatan yang ditampilkan segera dapat dihilirisasi. 

Selain diikuti oleh LRMPHP, pameran dalam rangka Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 2019 juga diikuti oleh UKM dan swasta serta internal BBRP2BKP yang menampilkan produk-produk hasil riset  bidang bioteknologi, keamanan pangan dan pengolahan produk.

PENELITI LRMPHP IKUTI SEMNAS BBRP2BKP 2019

Peneliti LRMPHP ikuti SEMNAS BBRP2BKP 2019

Peneliti LRMPHP mengikuti Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Tahun 2019 pada tanggal 3 Desember 2019 di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) Jakarta. Kegiatan yang telah memasuki tahun penyelenggaraan ke-10, dilaksanakan sebagai wadah para peneliti, akademisi, mahasiswa untuk bertukar pikiran dan diskusi inovasi di bidang pengolahan produk hasil perikanan.  Tema yang diambil pada tahun ini adalah  “Inovasi Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Menuju Era Industri 4.0

Dalam sambutan pengantarnya, Kepala BBRP2BKP, Hari Eko Irianto menyampaikan bahwa seminar yang dilaksanakan merupakan wadah bagi para dosen dan peneliti untuk menyampaikan hasil penelitian serta eksplorasi hasil penelitian yang secara saintifik sangat bermanfaat untuk hasil perikanan Indonesia. Penyelenggaran seminar bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun BBRP2BKP yang ke 55 sekaligus memperingati Hari Nusantara. Selain itu, Ka. BBRP2BKP menyebutkan sejumlah capaian BBRP2BKP yaitu diterapkannya sejumlah hasil riset oleh UMKM mitra, akreditasi laboratorium 17025, tercapainya sertifikasi KNAPP, diraihnya sertifikasi ISO 9001, ditunjuknya sebagai tempat uji kompetensi, uji sertifikasi profesi, Pusat Unggulan IPTEK di bidang riset senyawa bioaktif laut, dan dicapainya indeks Scopus oleh jurnal Squalen. Produk unggulan lainnya adalah dihasilkannya buku INAMARIN (Inventori Bahan Alam Laut Indonesia) sebagai database bahan aktif laut untuk menjawab permasalahan langkanya ketersediaan database bidang bahan aktif laut di tengah melimpahnya biodiversitas dan bahan aktif laut yang dimiliki.

Seminar Nasional BBRP2BKP  2019 dibuka oleh Kepala BRSDMKP, Prof. Sjarief Widjaja,   sekaligus memberikan arahan. Dalam arahannya Ka.BRSDMKP menyampaikan bahwa Indonesia memiliki biodiversitas yang luar biasa di bidang kelautan dan perikanan. Keberadaan biodiversitas yang luar biasa tersebut telah diciptakan dengan maksud tertentu dan harus dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Lebih lanjut, Kepala BRSDM-KP menyatakan bahwa BRSDM-KP memiliki sejumlah mitra usaha yang siap mendukung untuk mendukung sejumlah aplikasi potensial terebut kepada masyarakat. Agar dapat bergerak secara digital di era 4.0 maka perlu upaya kolaborasi sejumlah aplikasi hasil riset tersebut dengan  5000 penyuluh perikanan dan 14 politeknik kelautan dan perikanan. Dalam seminar ini, Kepala BRSDM-KP berharap agar hasil riset yang dipublikasikan tidak hanya berhenti dalam bentuk paper (KTI) tapi harus bisa dilanjutkan sampai tahap implementasi hingga  terciptanya lapangan kerja dan kewirausahaan yang mandiri. Setelah sesi sambutan Kepala BRSDMKP, acara dilanjutkan dengan penandatangan MoU Kerjasama anatara BRSDMKP dengan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu dan peluncuran Buku INAMARIN (Inventori Bahan Alam Laut Indonesia).

Seminar BBRP2BKP 2019 menampilakn tiga keynote speaker, Prof. Dr. Dwisuryo Indroyono Soesilo, M.Sc sebagai Professor di BPPT dan Menko Kemaritiman Periode 2014-2015, Chang Cheng-Ming, PhD sebagai Associate Professor dari National Taiwan Ocean University dan Dr. Dwiyitno, M.Sc sebagai peneliti di BBRP2BKP. Prof. Dr. Dwisuryo Indroyono Soesilo memaparkan tentang Peluang dan Tantangan Riset Kelautan dan Perikanan di Era Industri 4.0, Chang Cheng-Ming, PhD tentang Strengthening Research Capacity and Competitiveness Towards Industry 4.0, sedangkan Dr. Dwiyitno, M.Sc tentang Inovasi Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Menuju Industri 4.0.

Pada pelaksanaan seminar BBRP2BKP 2019,  terdapat 120 makalah yang dipresentasikan dengan rincian 92 disampaikan secara oral dan 28 berbetuk poster. Bidang-bidang yang akan dipresentasikan meliputi Pengolahan Produk Perikanan, Keamanan Pangan, dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. LRMPHP menampilkan makalah dalam bentuk poster dengan judul Kandungan Garam, Protein, Lemak, Dan Organoleptik Ikan Tuna Selama Penyimpanan Dalam ALREF dengan kontributor Tri Nugroho Widianto dan Achmad Fauzi.  Sementara pada sesi presentasi oral LRMPHP mengirimkan 4 makalah dengan kontributor utama yaitu: Achmad Fauzi, Toni Dwi Novianto, Putri Wullandari, dan I Made Susi Erawan. Putri Wullandari mamaparkan makalah dengan judul Pengaruh Penambahan Filter terhadap Kinerja Mini Bunker Rumput Laut Tanpa Beban,  I Made Susi Erawan memaparkan Analisis Mikrostruktur Citra SEM Produk Tahu Tuna Berbasis Image Processing Dan Machine Learning,  Ahmat Fauzi memaparkan tentang Uji Kinerja Produksi Alat Transportasi Ikan Segar untuk Kendaraan Roda Dua (ALTIS-2), sedangkan Toni Dwi Novianto menyampaikan paparan tentang Perbandingan Algoritma Machine Learning pada Pengolahan Citra Mata Ikan.

Senin, 02 Desember 2019

Perwakilan LRMPHP Ikuti Rakor Reviu Kinerja BRSDM

Rakor Reviu Kinerja BRSDM 2015-2019
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) menyelenggarakan rapat koordinasi reviu kinerja TA 2015-2019. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 27-29 Nopember 2019 di Bogor dan diikuti oleh perwakilan seluruh satuan kerja lingkup BRSDMKP. Kepala dan koordinator Tata Operasional LRMPHP mengikuti rangkaian agenda rakor yang dibuka secara resmi oleh Kepala BRSDMKP, Sjarief Widjaja pada tanggal 27 Nopember 2019.

Dalam arahannya, Kepala BRSDMKP meminta agar capaian kinerja yang telah dilaksanakan agar tidak semata dimaknai sebagai angka-angka saja. Hal ini agar selalu tumbuh budaya produktif dan inovasi di BRSDMKP. Arahan lain yang disampaikan yaitu dorongan kolaborasi antar unit yang ada di BRSDMKP. Untuk arahan kedua ini, LRMPHP telah menjalin komunikasi dengan beberapa satuan kerja, diantaranya Politeknik KP Karawang, Politeknik KP Pangandaran, STP Jakarta, dan beberapa satker lainnya.

Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini yaitu Bapak Nurdin (Deputi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman, BPKP) dan Ibu Amelia Rose (Widyaiswara Madya, Pusdiklat Keuangan Umum Kemenkeu), dimana kedua narasumber tersebut mengulas materi tentang Balanced Score Card dan penerapannya untuk pencapaian target dan pengukuran kinerja suatu organisasi.

Rangkaian agenda rakor lainnya dilanjutkan dengan paparan capaian kinerja TA 2015-2019 dari masing-masing satuan kerja yang disajikan oleh Kepala Satker atau yang mewakili, dengan diulas dan direviu oleh Kepala Bagian Tata Usaha masing-masing pusat serta diskusi dengan peserta rakor.