PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Selasa, 28 Januari 2020

KKP Resmikan Balai Riset Perikanan Perairan Umum Daratan di Palembang

Peresmian Balai Riset Perikanan Perairan  Darat  di Palembang
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo telah meresmikan Balai Riset Perikanan Perairan Umum Daratan atau The Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC) - Fishery Resources Development and Management Department (IFRDMD/BRPPUPP) di Palembang pada 27 Januari 2020. Menurutnya balai riset ini merupakan satu-satunya balai riset perikanan perairan darat di Asia Tenggara.

Dalam sambutannya, Menteri Edhy berpesan agar kajian-kajian di balai riset ini bisa ditransfer dengan baik ke masyarakat. Kajian ini, kata Edhy, tujuan akhirnya agar masyarakat, di Sumatera Selatan khususnya, memperoleh pengetahuan yang luas di bidang budidaya perikanan, terutama perairan umum darat.

"Peran Seafdec ini penting untuk mempererat kerja sama kita dengan negara-negara di Asia Tenggara. Walaupun demikian tidak ada gunanya bangunannya mewah, besar, megah tapi hanya lambang. Ilmunya harus bisa ditransfer ke masyakarat," ujar Menteri Edhy .

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Sjarief Widjaja, menjelaskan, SEAFDEC-IFRDMD/BRPPUPP memiliki 3 fungsi utama, yakni mempersiapkan kajian stok ikan beserta wilayah pengelolaannya, konservasi wilayah perairan sebagai plasma nutfah, dan pengembangan Fish Passage/Fish Way di Indonesia.

"SEAFDEC-IFRDMD/BRPPUPP juga berperan menciptakan output unggulan di pengelolaan perikanan perairan umum daratan, karenanya kami menciptakan sejumlah inovasi agar dapat memberikan dampak positif dan bermanfaat bagi masyarakat," tutur Sjarief.

Inovasi pertama yang dihasilkan, yakni aplikasi Data Collection for Fishery Activities (DACOFA). Aplikasi yang dikembangkan oleh SEAFDEC-IFRDMD/BRPPUPP ini memungkinkan para enumerator melakukan input data  secara cepat dan efisien. Dengan hadirnya aplikasi berbasis Android ini, penginputan data ikan diklaim menjadi mudah karena dapat dilakukan melalui smartphone. Dengan begitu seluruh data akan terekam dalam satu pusat data.

Output lainnya adalah adanya aplikasi Barrier Tracking System (BATAS). BATAS merupakan aplikasi untuk mengidentifikasi dan memetakan hambatan (barrier) yang ada di sungai Indonesia. Rencana jangka panjang dari BATAS adalah manajemen adapatif untuk pengoperasian bendungan dan penghalang di sungai-sungai Indonesia untuk mencapai pemulihan konektivitas aliran yang lebih efisien dan mengatasi dampak yang disebabkan oleh fragmentasi sungai.

Dengan adanya SEAFDEC ini, Menteri Edhy juga berharap bisa membuat citra Sumatera Selatan terbangun sebagai sentra penghasil ikan air tawar di Indonesia, maupun di Asia Tenggara.

Senin, 20 Januari 2020

KKP targetkan produksi 10,99 juta ton rumput laut pada 2020

Budidaya rumput laut

Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi hingga sebesar 10,99 juta ton rumput laut pada tahun 2020, dengan menyiapkan berbagai strategi percepatan peningkatan produksi komoditas tersebut.

"KKP berkomitmen menggenjot nilai ekspor rumput laut guna pertumbuhan ekonomi nasional," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto dalam siaran pers di Jakarta, Minggu.

Slamet menambahkan, selama ini rumput laut masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 60,7 persen terhadap total produksi perikanan budidaya nasional.

Berdasarkan data KKP, tercatat angka sementara pada tahun 2019, produksi rumput laut nasional mencapai sebesar 9,9 juta ton.

Untuk mewujudkan target penambahan sekitar 1 juta ton pada tahun 2020 ini, KKP sudah menyiapkan berbagai strategi percepatan peningkatan produksi rumput laut dalam peta jalan industrialisasi rumput laut nasional hingga lima tahun mendatang.

Hal itu, ujar dia, untuk memastikan bahwa ketersediaan bahan baku dan kualitas rumput laut terus terjaga baik untuk ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP juga mengatakan bahwa komitmen Presiden Jokowi untuk mengandalkan industrialisasi rumput laut nasional menjadi langkah positif dan strategis.

Menurut dia, percepatan industrialisasi rumput laut bukan lagi tanggungjawab sektoral, tetapi menjadi prioritas nasional sehingga ada keterlibatan lintas sektor. Dalam hal ini, Presiden telah menetapkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 33 tahun 2019 tentang Roadmap Industrialisasi Rumput Laut Nasional.

"Perpres ini saya kira menegaskan komitmen Presiden terhadap pengembangan rumput laut nasional dan ini jadi acuan tanggungjawab masing masing sektor terkait. KKP dalam hal ini Ditjen Perikanan Budidaya, bertanggungjawab dalam menjamin ketersediaan bahan baku industri melalui percepatan peningkatan produksi di hulu. Kami pastikan bahwa KKP telah menyiapkan berbagai strategi untuk menggenjot produksi," tegasnya.

Merujuk pada data FAO (2019), sambungnya, Indonesia merupakan produsen terbesar nomor satu dunia khususnya untuk jenis eucheuma cottoni dan menguasai lebih dari 80 persen pangsa pasar, utamanya untuk tujuan ekspor ke China.

Namun demikian, saat ini ekspor rumput laut Indonesia ke China hampir 80 persen masih didominasi bahan baku mentah.

Untuk itu, lanjut Slamet, penting menaikan nilai tambah devisa ekspor dengan menggenjot ekspor nonbahan baku, paling tidak 50 persen bisa diekspor dalam bentuk setengah jadi seperti semi refine carrageenan dan refine carrageenan.
Sumber : antaranews.com

Sosialisasi ”Wakatobi AIS” Melalui Learning Session di LRMPHP

Sosialisasi ”Wakatobi AIS” Melalui Learning Session di LRMPHP
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) menyelenggarakan Learning Session tentang “Teknologi Wakatobi Automatic Identification System (AIS) untuk Keselamaan Nelayan Kecil dan Tradisional” pada 17 Januari 2020. Selain dihadiri oleh Kepala LRMPHP, kegiatan ini juga dihadiri oleh tamu undangan dari Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) Jakarta, Dinas Kelautan dan Perikanan DIY, Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul, Dinas Kelautan dan Perikanan Gunung Kidul, Kecamatan Jetis Bantul, Polsek Jetis Bantul, Koramil Jetis Bantul, Penyuluh Perikanan Bantul dan PT. Solusi 247.

Dalam arahannya, Kepala Pusriskan Waluyo Sejati Abutohir menyatakan perlunya inovasi peralatan dibidang kelautan dan perikanan. Saat ini, UPT lingkup Pusriskan diminta untuk menginvertaris peralatan yang diciptakan. Peralatan tersebut nantinya akan diklasifikasikan kedalam 3 kelompok/divisi yaitu peralatan dibidang penangkapan, budidaya dan pasca panen. Kepala Pusriskan juga berpesan untuk dapat menciptakan peralatan yang ramah lingkungan. Sebagai salah satu UPT yang menangani bidang mekanisasi, LRMPHP saat ini masih terus berproses untuk peningkatan status kelembagaan menjadi balai. Kedepan LRMPHP diharapkan mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam melayani masyarakat, tidak hanya menciptakan peralatan dibidang mekanisasi pasca panen saja namun dapat berkembang menjadi pusat alat dan mesin perikanan/kelautan (alsinkan). 

Seiring dengan kesiapan LRMPHP menjadi pusat alsinkan, salah satu inovasi teknologi dibidang kelautan diperkenalkan oleh Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi di LRMPHP. Teknologi tersebut adalah Wakatobi AIS (Automatic Identification System). Sebagai narasumber Wakatobi AIS yaitu Akmmatul Ferlin, Arief Rahman dan Beno Kunto Pradekso. Dalam paparannya, dijelaskan bahwa AIS merupakan Wahana Keselamatan dan Pemantauan Objek Berbasis Informasi AIS yang dikembangkan oleh peneliti dan perekayasa Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK) Wakatobi. LPTK Wakatobi bekerjasama dengan PT. Solusi 247 mempelajari teknologi radar pantai kemudian merekayasa AIS transponder yang dikembangkan secara khusus untuk kepentingan nelayan tradisional

Wakatobi AIS didesain khusus berdasarkan karakteristik nelayan kecil Indonesia. AIS transponder ini berbentuk kotak dengan dimensi 14,5x13x20 cm dengan panjang antena sepanjang 100 cm. Setiap unitnya memiliki bobot 0,6 kg agar bisa diaplikasikan pada kapal/perahu nelayan yang berukuran kecil khususnya yang armada berbobot dibawah 1 Gross Ton. Alat ini didesain dapat bekerja secara portabel dengan baterai sebagai sumber tenaga yang bisa diisi ulang setiap 20 jam pemakaian. Untuk meningkatkan keselamatan nelayan, terdapat tiga tombol pada perangkat ini, yaitu Tobel power, penanda lokasi tertentu (custom tag), dan tombol darurat (distress).

Pengoperasian Wakatobi AIS cukup mudah, fungsi dasar AIS yang dimiliki memungkinkan lokasi dan pergerakan nelayan terpantau detik ke detik pada stasiun penerima (VTS). Dengan demikian, jika suatu saat mereka mengalami masalah di laut seperti mesin kapal mati, tenggelam atau dirampok maka rekaman lokasi para pengguna akan mempermudah pencarian, Selain itu, nelayan juga bisa secara aktif memberikan kabar darurat ke seluruh perangkat penerima AIS lainnya. Dengan menekan tombol distress maka perangkat akan melakukan broadcast pesan AIS selama selang waktu tertentu untuk memastikan pesan teks tersebut dapat terkirim dengan sempurna. Teks pesan darurat bisa berupa kode bahaya, identitas yang meliputi nama kapal, pelabuhan asal, dan nomer telepon yang bisa dihubungi dan atau informasi lain yang sebelumnya diprogram kedalam perangkat.

Wakatobi AIS juga dirancang untuk dapat terkoneksi ke sistem pemantauan lalu lintas kapal (Vessel Traffic System) yang biasa terdapat pada pelabuhan - pelabuhan dan otorita pelayaran. Namun alat ini juga dapat terbaca oleh perangkat AIS pada kapal non perikanan sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kapal nelayan akibat kapal besar sekaligus meningkatkan jangkauan penggunaan alat kendati alat ini dioperasikan diluar dari jangkauan sistem darat seperti VTS. 

Dengan dikembangkan Wakatobi AIS oleh LPTK ini diharapkan kecelakann laut yang sering terjadi di seluruh Indonesia seperti kapal hanyut, nelayan hilang atau kapal tenggelam yang kerap dialami oleh nelayan kecil pencari tuna dapat dihindari.

Jumat, 17 Januari 2020

Inisiasi Kerjasama Riset LRMPHP dengan Politeknik KP Karawang

Kunjungan Politeknik KP Karawang di LRMPHP
Dalam rangka penguatan pelayanan kerjasama, LRMPHP menerima kunjungan dari Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang pada 16 Januari 2020. Kunjungan yang dipimpin Dr. Aef Permadi, S.Pi, M.Si selaku Direktur Politeknik KP Karawang  diterima oleh Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, S.Pi, M.Sc didampingi staf peneliti dan kerjasama. Kunjungan Politeknik KP Karawang  tersebut dalam rangka inisiasi pelaksanaan kerjasama riset bagi dosen dan kerja praktek akhir (KPA) bagi taruna/i Politeknik KP Karawang.

Dalam sambutannya, Kepala LRMPHP memaparkan profil dan tupoksi LRMPHP, sarana dan prasarana yang dimiliki serta hasil-hasil riset yang telah dihasilkan. Selain itu, Kepala LRMPHP juga akan memfasilitasi rencana kegiatan baik program kerjasama, magang maupun pelatihan dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.

Sementara itu, Direktur Politeknik KP Karawang  menjelaskan bahwa Politeknik KP Karawang merupakan pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dibidang kelautan dan perikanan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan profesional. Saat ini Politeknik KP Karawang memiliki 3 program studi yaitu Teknik Penangkapan Ikan, Teknik Pengolahan Produk Perikanan dan Teknik Kelautan. Kedepan ada 2 program studi baru yang akan dikembangkan yaitu Teknik Budidaya Perikanan dan Mekanisasi Perikanan. Seiring dengan penambahan program studi tersebut maka Politeknik KP Karawang terus menjajaki kerjasama dengan beberapa lembaga/institusi riset, salah satunya LRMPHP.

Pada pembahasan antara LRMPHP dengan Politeknik KP Karawang dihasilkan rumusan inisiasi kerjasama riset dan program magang. Adapun rencana output dari kegiatan tersebut yaitu sharing tenaga ahli, publikasi bersama dan pelaksanaan kerja praktek akhir (KPA) bagi taruna/i Politeknik KP Karawang. Pada tahun ini, kegiatan KPA direncanakan diikuti 6 taruna/i selama 3 bulan dengan pembimbingan peneliti LRMPHP. Sebagai tindak lanjut dari rencana kegiatan tersebut akan dilakukan pembahasan secara teknis di instansi masing-masing.

Kunjungan Politeknik KP Karawang di LRMPHP dilanjutkan dengan melihat peralatan rancang bangun LRMPHP di ruang display, workshop dan bengkel konstruksi serta fasilitas pendukungnya. Selama kunjungannya ini dilakukan pemaparan mengenai fungsi dan mekanisme kerja beberapa peralatan hasil rancang bangun LRMPHP diantaranya peralatan  alat uji kesegaran ikan berbasis sensor (alat UKI),  alat transportasi ikan segar roda dua (ALTIS-2), alat pengisi adonan tahu tuna (ALPINDAL), meat bone separator dan  peralatan lainnya. 

Selasa, 07 Januari 2020

APLIKASI ALTIS-2 OLEH PEDAGANG IKAN KELILING DI CIREBON DAN PEKALONGAN

Aplikasi ALTIS-2 oleh pedagang ikan keliling  di Cirebon

LRMPHP telah mengembangkan Alat Transportasi Ikan Segar Roda Dua (ALTIS-2) sejak tahun 2013 dan dilanjutkan serangkaian pengembangan dan uji kinerja di beberapa lokasi dalam rangka mengetahui aspek teknis dan performansi alat. Pada tahun 2019 pengujiaan untuk mengetahui tingkat efektifitas teknologi ALTIS-2 meliputi produktivitas dan nilai tambah dilakukan melalui aplikasi 15 unit ALTIS-2 oleh pedagang ikan keliling di Cirebon dan Pekalongan.

Secara umum hasil pengujian di Cirebon dan Pekalongan menunjukkan ALTIS-2 dapat dioperasikan dengan mudah dan mampu membantu pedagang ikan keliling dalam proses kegiatan transportasi/jual beli ikan. Selama melakukan uji terap, pedagang ikan keliling juga tidak mengalami kendala yang berarti baik saat meletakkan dudukan ALTIS-2 di atas kendaraan bermotor hingga proses melepasnya dari atas kendaraan. Dengan penampilan ALTIS-2 yang bersih dan menarik, pedagang ikan keliling lebih percaya diri selama berjualan, serta banyak mendapat tanggapan yang positip  dari para pembeli. Penggunaan es batu saat berjualan juga lebih sedikit sehingga dapat mengurangi biaya pembelian es, sekaligus menambah jumlah ikan yang dijual. Meskipun jumlah es batu yang digunakan lebih sedikit, namun masih dapat mempertahankan kesegaran ikan lebih lama.

Salah satu pedagang ikan keliling dari Cirebon, Bapak Hendra menyampaikan bahwa penampilan ALTIS-2 yang bersih dan rapi menjadi daya tarik konsumen. Sebagai  Ketua Kelompok Usaha Perikanan “Lauk Fresh” yang mulai memasarkan ikannya secara online, pedagang keliling ini merasa terbantu sejak menggunakan ALTIS-2. Atas inovasi dalam menjalankan usahanya, Bapak Hendra mendapatkan penghargaan sebagai pedagang ikan keliling milenial yang diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Cirebon tahun 2019.

Ibu Susanti juga menyampaikan ALTIS-2 dapat mengurangi biaya penggunaan es dari Rp. 8.000 menjadi Rp. 4000 untuk berjualan 5-6 jam. Hal serupa juga dialami oleh Bapak Abdul Syakur, Waras Hendramawan dan Ade Riyanto. Sejak menggunakan ALTIS-2, Bapak Abdul Syakur dapat mengurangi biaya penggunaan es dari Rp. 5.000 menjadi Rp. 2.000/hari. “Dengan menggunakan ALTIS-2, cara mudah untuk mendinginkan ikan agar tetap segar,“ katanya. Bapak Waras Hendramawan juga dapat menghemat biaya untuk pembelian es batu dari Rp. 8.000 menjadi Rp. 1.500. Meskipun jumlah es batu yang digunakan lebih sedikit, namun ikan yang dijual tetap segar. Bapak Ade Riyanto bahkan berjualan ikan segar selama 3 jam/hari tanpa ada penambahan es batu, dan ikan masih tetap segar.

Pedagang ikan segar keliling lainnya dari Pekalongan, Ibu Nurmiati menjelaskan ALTIS-2 dapat mengurangi biaya penggunaan es dari Rp. 10.000 menjadi Rp. 3.000 untuk berjualan 5-6 jam. Selain itu, ikan yang dijual lebih terjaga kualitasnya dan dapat menjangkau sampai perumahan. “Penampilan ALTIS-2 bersih dan menarik, saya jadi lebih percaya diri selama berjualan di perumahan,” katanya. 

Bapak Budiono juga menyampaikan ALTIS-2 dapat meningkatkan omset penjualannya dari 15 kg menjadi 25 kg. Peningkatan sebesar 10 kg ini dikarenakan penggunaan es batu saat berjualan lebih sedikit sehingga dapat menambah jumlah ikan yang dijual. Meskipun jumlah es batu yang digunakan lebih sedikit, namun masih dapat mempertahankan kualitas ikan yang dijual. Selain kualitas ikan lebih segar, penampilan ALTIS-2 yang rapi dan bersih membuat jumlah pembeli meningkat. 

Peningkatan jumlah konsumen setelah menggunakan ALTIS-2 juga disampaikan oleh Bapak Jumadi. Setelah menggunakannya, ikan yang dijual kualitasnya lebih terjaga sehingga banyak konsumen lebih tertarik untuk membeli. “ALTIS-2 dapat mengurangi biaya es dan ikan/udang yang dijual tetap segar”, katanya. Selain itu, Bapak Jumadi juga menyampaikan bahwa meskipun  pendingingan ALTIS-2 kurang maksimal, tetapi hal ini dapat diatasi dengan tetap mempertahankan penggunaan es sehingga kondisi kesegaran ikan bisa tetap terjaga.

Hal lain yang masih menjadi kendala dan hambatan penggunaan ALTIS-2 oleh pedagang ikan keliling diantaranya penggunaan aki yang cukup menambah berat ALTIS-2 sehingga mengurangi kenyamanan terutama pedagang ikan keliling perempuan, proses pengecasan aki yang membutuhkan waktu dan cara tertentu sebelum digunakan kembali, dudukan sepeda motor menjadi kurang nyaman karena sempit. Selain kendala teknis tersebut, terdapat kendala non teknis yang dialami beberapa pedagang ikan keliling diantaranya ketersediaan ikan dan kondisi jalanan yang sulit membuat ALTIS-2 belum efektif digunakan. Sebagai tindak lanjut terhadap uji kinerja ALTIS-2, salah satu upaya untuk perbaikan dan penyempurnaan ALTIS-2 yaitu dengan pemilihan spesifikasi aki yang lebih ringan serta daya yang lebih besar.

Kamis, 02 Januari 2020

Research Projects 2020


1. Prototipe Alat dan Mesin Perikanan

  • Desain dan rancangbangun alat transportasi ikan hidup. Koordinator: Tri Nugroho Widianto, S.Si, M.Si
  • Desain dan rancangbangun Mesin pengemas ramah lingkungan. Koordinator: Putri Wullandari, STP, M.Sc

2. Produk Rekayasa Alat dan Mesin Perikanan Siap Guna

  • Rancangbangun alat sortasi dan grading kualitas rumput laut. Koordinator: I Made Susi Erawan, S.Pi, M.Sc
  • Rancangbangun, introduksi, dan uji terap skala terbatas mini cold storage menggunakan energi baru dan terbarukan. Koordinator: Arif Rahman Hakim, S.Pi, M.Eng

Rabu, 01 Januari 2020

PRAKTEK KERJA LAPANGAN SISWA SMK N 1 JEPARA DI LRMPHP

Praktek kerja lapangan siswa SMK N 1 Jepara di LRMPHP

Praktek Kerja Lapangan (PKL) Siswa SMK N 1 Jepara tahun ajaran 2019/2020 di Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) dilaksanakan selama 3 bulan mulai Oktober hingga Desember 2019. PKL diikuti oleh 10 siswa kelas XI dengan Kompetensi Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Perikanan (APHPi) yaitu Restuningrum Sekar Melati, Annisa Fajarotul Ulya, Fifi Dea Rizky, Febrianisa Fahreza, Rizka Arthamevia Adriani, Safirah Dewi Anjarwati P., Syntia Dwi Maharani, Nurul Hikmah, Naili Rohmah dan Adeliana Siska Amalia. Sebagai pembimbing lapang dari LRMPHP yaitu Tri Nugroho M.S.i, Arif Rahman Hakim, M.Eng, Putri Wulandari, MSc dan I Made Susi Erawan, M.Sc.

Materi yang diajarkan kepada siswa SMKN 1 Jepara diantaranya praktik pengolahan produk perikanan (kerupuk ikan dan rumput laut, tahu nila, brownies rumput laut), praktik pengoperasian alat-alat rancangan LRMPHP (meat bone separator, alat pengisi adonan), praktik filleting ikan, analisis usaha tahu dan kerupuk ikan, analisis HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) pada usaha tahu dan kerupuk ikan, praktik sortasi rumput laut kering, praktik penyimpanan rumput laut kering terkendali, pengumpulan dan pengolahan data (pembuatan grafik batang, garis, dan pie), praktik pengumpulan citra untuk alat grading rumput laut, praktik penilaian kesegaran ikan dan udang secara organoleptik, praktik penilaian skala hedonik untuk produk brownies rumput laut, analisis mutu produk perikanan (kadar air, kadar abu, kadar protein, impurities, Clean Anhydrous Weed/CAW), materi pengayaan praktikum di UMKM LESTARI JAYA DAN UMKM RUMPUT LAUT MANDIRI di Kabupaten Gunung Kidul.

LRMPHP dan SMK N 1 Jepara juga telah mencapai kesepakatan berupa perjanjian kerjasama tentang pengembangan sekolah menengah kejuruan berbasis kompetensi yang link and match dengan industri dan diseminasi hasil riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan. Beberapa lingkup kerjasama diantaranya pembuatan/penyelarasan kurikulum, pelaksanaan magang baik guru dan siswa serta pemanfaatan hasil riset LRMPHP untuk pengembangan dunia pendidikan.







 


Dokumentasi Kegiatan PKL SMK N 1 Jepara di LRMPHP