PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Selasa, 24 Maret 2020

TERNYATA PINGSAN DAPAT MENGURANGI STRESS

Pemingsanan ikan Nila (Foto : docplayer.com)
Berbagai cara dilakukan untuk menjamin ikan tetap hidup sampai konsumen. Salah satu caranya dengan membuat ikan pinsan agar mengurangi metabolisme selama transportasi ikan serta dapat membawa ikan dalam jumlah banyak. Selain hal tersebut dengan pemingsanan dapat mengurangi stres pada ikan sehingga mengurangi jumlah ikan yang mati selama pengiriman. Pemingsanan dilakukan sebelum kegiatan pengepakan, setelah itu ikan dikondisikan dalam wadah yang telah disediakan dan selanjutnya ikan disadarkan kembali setelah sampai tujuan pengiriman. Metode pemingsanan menjadi kunci keberhasilan pada metode pengiriman ini. Salah satu cata pemingsanan ikan yang umum dilakukan adalah menggunakan bahan anestesi alami seperti minyak cengkeh atau dengan cara sederhana dengan pendinginan sampai suhu tertentu. Dosis minyak cengkeh, suhu pendinginan dan lamanya proses pemingsanan menjadi sangat krusial pada metode ini. Termasuk juga karakteristik ikan juga menentukan metode pemingsanan yang akan dipilih. 

Hendri Clifton pada tahun 2014 telah melakukan penelitian tentang pengaruh lama waktu waktu pembiusan menggunakan minyak cengkeh terhadap kelangsungan hidup benih ikan Jurung (Tor Sp) yang dilakukan dengan berbagai dosis. Metode yang di gunakan dalam penelitian tersebut adalah metode eksperimen. Penelitian tersebut mengunakan 4 perlakuan dosis minyak cengkeh masing-masing perlakuan A (0,005ml/l), B (0,010ml/l), C (0,015ml/l) dan D (0,025ml/l). Minyak cengkeh dipergunakan untuk memingsankan ikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dosis minyak cengkeh memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan jurung. Dari hasil uji beda perlakuan menunjukan bahwa kelangsungan hidup tertinggi berada pada perlakuan C dosis 0,015ml/l yang di dapatkan hasil sebesar 83,33% dengan waktu pingsan ke pulih sadar dengan waktu 5 jam, sedangkan pada perlakuan A dosis 0,005ml/l 70% dengan waktu 1 jam dan pada perlakuan B dosis 0,010 sebesar 66,66% dengan lama waktu pulih sadar 3 jam, sedangkan pada perlakuan D dosis 0,025ml/l sebesar 43,33% dengan waktu pingsan ke pulih sadar 5 jam. Hasil pengukuran kualitas air pada saat penelitian masih dalam layak untuk kehidupan benih ikan jurung, antara lain suhu berkisar 25- 27 0C, oksigen terlarut 4,42-5,42 ppm dan pH 6 – 6,5.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Nurdiyan dkk., dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak yang melakukan transportasi sistem kering untuk transportasi ikan Jelawat yang dilakukan pemingsanan dengan suhu rendah. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu pengangkutan terhadap kelangsungan hidup ikan pasca penyadaran dengan menggunakan ketebalan media busa 6 cm untuk mempertahankan suhu rendah. Perlakuan yang dilakukan adalah perlakuan A dengan lama waktu 2,5 jam, perlakuan B lama waktu 3,5 jam, perlakuan C lama waktu 4,5 jam dan perlakuan D lama waktu 5,5 jam. Hasil penelitian menunjukkan lama waktu transportasi ikan jelawat menggunakan sistem kering dengan ketebalan media busa 6 cm berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan jelawat. Selama penyadaran ikan, waktu yang terbaik yaitu 15 menit 58 detik dengan suhu wadah dalam kemasan sebesar 130C serta perubahan bobot tubuh ikan sebesar 0,10 gram dan tingkat kelangsungan hidupnya sebesar 83,33% terdapat pada perlakuan A dengan lama waktu 2,5 jam. 

Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP

Senin, 23 Maret 2020

Jaga Kelestarian Perairan, KKP Restocking 2,7 Juta Benih Ikan Lokal

Restocking ikan (Foto : KKP)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus berkomitmen untuk memproduksi benih ikan secara massal. Selain untuk memenuhi kebutuhan benih bagi pembudidaya, produksi benih juga dilakukan untuk menunjang kegiatan restocking ikan di danau, waduk maupun di perairan umum sebagai upaya menjaga kelestarian sumber daya ikan di alam.
Menurut data sementara, hingga pertengahan bulan Maret 2020 KKP telah melakukan restocking sebanyak 2,7 juta ekor benih ikan seperti nilem, tawes, papuyu, mas, kakap, bandeng, komoditas rajungan dan ikan lokal lainnya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto menyatakan bahwa perikanan budidaya memilik peran yang penting untuk menjaga stok ikan di alam, terutama untuk komoditas ikan endemik lokal atau ikan yang tergolong langka.
“Kegiatan restocking telah menjadi agenda rutin KKP dan merupakan salah satu kegiatan yang menjadi prioritas. Selain untuk menjaga ketahanan pangan bagi masyarakat sekitar perairan umum, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan peran perairan sebagai ekosistem yang seimbang di samping untuk meningkatkan pendapatan nelayan dari hasil tangkapan,” tambah Slamet.
Sebagai informasi, pada awal tahun 2020 ini kegiatan restocking benih ikan telah dilakukan di beberapa lokasi seperti di Kebumen, Pekalongan, Bandung Barat, Sukabumi, Cianjur, Pangandaran, Cirebon, Klaten, Maros, Solok, Minahasa, Takalar, Lamongan, dan Muara Enim.
Slamet menekankan “Kegiatan restocking yang dilakukan telah melalui kajian yang komprehensif agar ikan yang ditebar telah sesuai dengan habitat dan dengan ukuran yang sesuai. Selain itu tim teknis kami terus melakukan kegiatan perekayasaan untuk menguasai teknologi pembenihan, khususnya untuk ikan-ikan lokal.”
Slamet menilai, saat ini ikan lokal memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dikarenakan banyaknya komoditas ikan endemik yang langka, bahkan hampir punah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti penangkapan ikan secara berlebihan dan tidak terkontrol, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, serta pencemaran perairan akibat limbah rumah tangga.
KKP sebagai institusi teknis di sektor kelautan dan perikanan memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan dan ketersediaan sumberdaya yang ada di perairan.
“Oleh karena itu, kepedulian masyarakat di sekitar perairan umum menjadi hal yang esensial untuk kelestarian ekosistem perairan umum tersebut. Kami terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat, khususnya di daerah-daerah tempat kegiatan restocking dilakukan untuk dapat merancang regulasi daerah yang mengatur masyarakat untuk melakukan penangkapan ikan secara bertanggung jawab,” lanjut Slamet.
Dia mengaku, pihaknya akan terus mendorong upaya pelestarian ikan lokal di perairan umum seluruh Indonesia dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk pelaku usaha pembenihan untuk ikut melestarikan perairan umum dengan turut melakukan restocking benih ikan lokal yang tidak infasif.
“Dengan sinergitas yang baik dan upaya maksimal dari berbagai elemen, niscaya keberlanjutan perairan umum yang kaya akan plasma nutfah akan terbentuk dengan sendirinya,” pungkas Slamet.
Untuk diketahui, pada tahun 2019 KKP telah melakukan restocking benih ikan dan udang sebanyak 13,45 juta ekor baik untuk komoditas tawar, payau maupun laut. Total target produksi benih pada tahun 2020 sebesar 215,7 juta ekor benih untuk memenuhi kebutuhan bantuan ke pembudidaya dan restocking.
Sumber : KKPNews

SI CANTIK YANG TAK TERGANTIKAN

Tahun 2020 Indonesia terus mengenjot produksi perikanan budidaya, termasuk di dalamnya adalah ikan hias. Tiap tahun terus muncul berbagai jenis ikan hias baru, baik spesies baru maupun varietas baru. Pada 2 tahun terakhir ini para pecinta ikan hias disemarakkan dengan konsep “aquascape” dengan berbagai jenis ikan hias ukuran kecil seperti geppy, molly, ikan sumatra, neon dan ikan ukuran kecil lainya. Pun demikian dengan jenis ikan hias predator masih banyak peminatnya seperti arwana, louhan, maru dan ikan predator lainya. Beberapa jenis ikan hias selalu muncul tengelam seiring minat dan kegemaran masyarakat yang sangat dinamis. Sebagai contoh ikan Lauhan yang banyak diminati di era tahun 2000, saat ini cenderung kurang diminati, meskipun masih banyak juga yang terus membudidayakan. 

Salah satu ikan hias yang sampai saat ini masih relatif stabil, baik harga, jumlah dan peminatnya adalah ikan Koi. Ikan Koi banyak diminati karena mempunyai warna yang beranekaragam, mempunyai jenis yang beragam serta dapat mencapai ukuran yang besar. Selain itu keindahan ikan Koi dapat dinikmati di alam terbuka, kolam dalam rumah, kolam luar rumah maupun akuarium. Pengembangan budidaya koi saat ini pun semakin berkembang, tidak hanya daerah tertentu seperti Blitar, Tulungagung, Bogor dan Sukabumi yang menjadi pusat budidaya. Sekarang hampir semua daerah di Indonesia mengembangkan jenis ikan hias ini yang bisa dilakukan secara individu maupun per kelompok. Hal lain yang menjadikan ikan Koi masih menjadi primadona adalah bervariasinya harga dari harga ribuan sampai ratusan juta per ekor. Sehingga semua kalangan bisa menikmati ikan hias ini. Di Indonesia jenis ikan koi yang paling diminati adalah Kohaku, Showa dan Sanke seperti ditunjukkan pada Gambar 1. 
Sumber : Kusrini, E., dkk., 2015 (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias)
Gambar 1. Koi Kohaku (1, 5, 13), Showa (2, 6, 8, 14, 15) dan Sanke (4)

Beberapa penelitian tentang ikan Koi masih terus dikembangkan baik terkait dengan penelitian budidaya, pemijahan maupun penanganan dan transportasi ikan Koi. Metode pemijahan misalnya, penelitian Kusrini, dkk., yang disampaikan dalam Media Kultur tahun 2015 mengungkap bahwa pemijahan semi buatan lebih efektif dilakukan karena dapat meningkatkan produksi terutama derajat penetasan yang lebih tinggi. Keberhasilan pembenihan juga sangat dipengaruhi oleh pengelolaan induk yang baik, manajemen pemberian pakan yang optimal, serta pengelolaan lingkungan yang lebih terkontrol, sehingga akan memengaruhi kebugaran induk, kematangan gonad, dan kualitas telur yang akhirnya dapat meningkatkan produksi benih secara keseluruhan. 

Penelitian lain terkait dengan penanganan dan trasportasi benih Koi disampaikan oleh Sulmartiwi L, dkk., yang disampaikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan pada tahun 2014. Penelitian tersebut menambahkan minyak atsiri pada pengangkutan koi sistem tertutup. Pemberian minyak atsiri daun Bandotan (A. conyzoides) berpengaruh terhadap SR, kadar glukosa darah, dan tachiventilasi pada benih ikan koi yang ditransportasikan secara tertutup. Dosis optimal pemberian minyak atsiri daun bandotan dalam proses transportasi benih ikan koi secara tertutup adalah 5 ppm.


Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP

Jumat, 20 Maret 2020

Autofeeder, Memberi Pakan Ikan Tak Lagi Kerepotan

Memelihara ikan hias banyak manfaatnya. Mulai sekedar hobi, pelepas stress hingga yang sengaja serius digeluti untuk mendatangkan pundi-pundi. Beberapa hal yang mutlak diperhatikan saat memelihara ikan hias, yaitu kualitas air kolam atau akuarium dan pakan ikan. Selain kualitas pakan, hal lain yang harus diperhatikan adalah pemberian pakan. Metode pemberian pakan ada dua yaitu sekenyangnya (ad satiation) dan sesuai dengan perhitungan kebutuhan pakan berdasar berat tubuhnya (ad libitum). Berat pakan yang diberikan pada metode ad libitum adalah 3-5% berat tubuh per hari. Pakan diberikan 3-4 kali sehari, baik metode ad satiation maupun ad libitum. Pemberian pakan yang berkali-kali dalam sehari ini seringkali merepotkan. Belum lagi jika lupa, malas atau diharuskan untuk pergi ke luar kota selama beberapa hari dan tidak ada yang memberi pakan. Ikan yang kelaparan akan stress dan mudah terserang penyakit. Khusus pada ikan hias, dapat menyebabkan perubahan warna sehingga tidak menarik lagi. Autofeeder hadir untuk mengatasi permasalahan tersebut. 

Autofeeder adalah alat yang diletakkan diatas kolam atau akuarium, berguna untuk menampung pakan ikan dan melepaskannya pada waktu tertentu dan dalam jumlah tertentu. Secara umum, diagram autofeeder dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram autofeeder
Waktu pemberian pakan dan berapa banyak pakan yang diberikan dapat diatur melalui panel kontrol. Jumlah pakan yang diberikan dihitung berdasarkan berat tubuh ikan yang berarti metode yang digunakan adalah ad libitum. Beberapa alat autofeeder komersial ditunjukkan pada Gambar 2 (a) dan 2 (b). Perbedaan kedua alat tersebut terletak pada dimensi dan kapasitas penampung pakan. Gambar 2 (a) memiliki dimensi yang besar dikarenakan kapasitas penampung pakan yang lebih besar sehingga cocok digunakan untuk kolam, sedangkan pada Gambar 2 (b) memiliki dimensi kecil dan dilengkapi dengan penjepit yang cocok diaplikasikan untuk akuarium.
Gambar 2 (a). Autofeeder ukuran besar untuk kolam
Gambar 2 (b). Autofeeder ukuran kecil untuk akuarium


Penulis : Iwan M. Al Wazzan, Peneliti LRMPHP 

Presiden Minta KKP Terus Genjot Ekspor Perikanan

Presiden Jokowi saat sedang ratas dari Istana Negara (Foto: Setneg)

Presiden Joko Widodo memuji Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah bekerja maksimal menjaga laut dari illegal fishing yang berdampak peningkatan stok ikan nasional. Kendati demikian, Presiden tetap mewanti-agar agar KKP terus meningkatkan produksi perikanan tangkap, ekspor perikanan, dan kesejahteraan nelayan.

Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas melalui telekonferensi pada Kamis, (19/3) dari Istana Merdeka, Jakarta. Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo juga ikut dalam rapat tersebut dari kantor KKP, di Jalan Merdeka Timur, Jakarta.
“Dalam lima tahun yang lalu kita telah fokus bekerja untuk mengatasi aksi pencurian ikan dan menjaga laut kita dari IUU fishing dan hasilnya kita lihat sudah tampak. Selain kelestarian lingkungan yang terjaga, stok nasional ikan kita juga meningkat drastis dari 6,5 juta ton menjadi 12,5 juta ton,” ujar Presiden.
Presiden Jokowi mengharapkan agar stok nasional yang terus meningkat tersebut juga diikuti dengan meningkatnya produksi perikanan tangkap, ekspor perikanan, dan nilai tukar nelayan. “Artinya kesejahteraan nelayan kita juga semakin baik,” katanya.
Presiden meminta agar dibuat sejumlah lompatan besar dalam menata ekosistem industri perikanan dan kelautan nasional dan dilakukan secara terpadu dari hulu hingga hilir.
“Pertama, saya minta industri perkapalan terus diperkuat dan kapasitas daya saing industri perkapalan nasional terus ditingkatkan sehingga mampu mendukung pergerakan industri perikanan kita,” ucapnya.
Menteri Edhy mengikuti Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo melalui video conference (Foto: KKP)
Soal perizinan yang kini sudah semakin mudah, Presiden mengingatkan agar kemudahan perizinan disertai dengan pelestarian sumber daya perikanan, pengendalian, dan pengawasan yang baik. “Jangan sampai hanya diberikan izin namun tidak diawasi di lapangan sehingga dampaknya justru akan merugikan kepentingan nasional kita,” tutur Kepala Negara.
Tak hanya itu, akses permodalan bagi sumber daya manusia yang bergelut di sektor perikanan juga harus ditingkatkan. Industri perikanan juga sudah semestinya beradaptasi dengan perkembangan teknologi terkini yang di antaranya ialah pemanfaatan big data dan artificial intelligence serta mulai lebih banyak melakukan pembudidayaan ikan di lepas pantai (akuakultur lepas pantai).
“Kebijakan kelautan harus betul-betul bisa mengantisipasi dan mengadaptasi perkembangan teknologi baru sehingga bisa membuat industri perikanan kita makin produktif dan kompetitif,” tandasnya.
Seusai ratas, Menteri Edhy juga sempat menggelar video konferensi pers dengan wartawan istana. Dia menjelaskan beberapa langkah yang sedang dan akan dilalukan pihaknya untuk terus meningkatkan stok ikan nasional. Antara lain pemanfaatan sumber daya laut di zona ekonomi ekslusif (ZEE).
“Jadi yang selama ini tidak ada kapal nelayan Indonesia, sekarang kita akan penuhi. Termasuk di laut lepas. Nah di laut lepas ini sebenarnya Indonesia masih punya hak untuk menangkap ikan di laut lepas. Ini cukup besar dan sayang ini tidak termanfaatkan,” kata Menteri Edhy.
Terkait hal ini, Edhy mengaku akan membentuk tim untuk melakukan negosiasi ulang dengan otoritas yang mengatur penangkapan ikan di laut lepas seperti Regional fisheries management organisations (RFMO). Termasuk menghitung kapal-kapal yang akan menangkap ikan di laut lepas tersebut.
Selanjutnya, kata Menteri Edhy, adalah pengaturan jalur penangkapan dan penempatan alat penangkapan ikan. Saat ini, pihaknya tengah melakukan revisi peraturan tentang hal ini. Tujuannya agar tidak ada dualisme antara nelayan modern dan tradisional.
“Pada prinsipnya kita bisa memanfaatkan laut kita, tanpa harus merusak sumber daya laut kita,” tegasnya.
Sumber : KKPNews

Penambahan Zat Alami Pada Transportasi Ikan Hidup

Daun ubi jalar (Foto : Manfaatku.id)
Keberhasilan transpostasi ikan hidup menggunakan sistem tertutup dapat dilihat dari SR (sintasan) yang tinggi, yang salah satu faktor pengendali adalah kualitas air selama pengiriman. Berbagai cara dilakukan dalam rangka mengkondisikan air selama pengangkutan agar tercipta kondisi yang ideal. Agar terciptanya kondisi yang baik pada media pengangkutan ikan maka diperlukan perlakuan khusus yang tidak berbahaya dan tidak mengandung efek samping bagi ikan. Perlakuan khusus ini berupa penambahan zat-zat tertentu yang mudah didapat dan tentunya dapat meningkatkan angka kelulushidupan ikan selama pengangkutan. 

Salah satu zat yang biasa ditambahkan adalah perasan daun ubi jalar. Salah satunya adalah penelitian Angraini dkk., yang dimuat dalam Jurnal Bappeda tahun 2016. Pada daun ubi jalar terkandung zat kimia berupa saponin, flavonoid, dan polifenol. Kandungan kimia ini sangat bagus untuk pakan ikan karena menambah nafsu makan dan kekebalan terhadap penyakit, selain itu juga bermanfaat sebagai pencegah stres ikan selama proses pengangkutan. Mengenai penggunaan daun ubi jalar sebagai bahan herbal yang dapat mencegah stres ikan selama proses pengangkutan. Pada penelitian tersebut dilakukan penentuan dosis optimal yang dilakukan dengan 4 (empat) perlakuan yang terdiri dari : A. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 100 gram/kantong, B. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 120 gram/kantong, C. Pemberian perasan daun ubi jalar dengan berat 140 gram/kantong  dan D. Tanpa perasan daun ubi jalar (kontrol). Pengujian dilakukan menggunakan benih ikan mas ukuran 5-8 cm sebanyak 200 ekor yang dimasukkan dalam kantong plastik yang berisi air sebanyak 8 L kemudian ditambahkan oksigen murni sebanyak 2/3 volume plastik. Simulasi transportasi dilakukan selama 8 jam. Pemberian dosis daun ubi jalar yang berbeda pada pengangkutan ikan Mas (Cyprinus carpio L.) dalam waktu 8 jam memberikan pengaruh yang nyata terhadap kelulushidupan dan tingkah laku ikan mas. Tingkat kelulushidupan cenderung menurun seiring dengan meningkatnya dosis daun ubi jalar. Kelulushidupan terbaik terdapat pada perlakuan pemberian dosis 100 gram/kantong dengan nilai kelulushidupan (SR) 99%.

Penelitian lainya dilakukan oleh Perdi Afriansyah dkk., yang dimuat dalam Jurnal Mina Sains tahun 2016. Pada penelitian tersebut dilakukan penggunaan tepung gandum sebagai sumber karbon pada pengangkutan benih ikan Nila (Oreochromis niloticus). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui berapa kadar tepung terigu yang dipergunakan pada transportasi benih nila berukuran 3-5 cm dalam transportasi sistem tertutup sebanyak 400 ekor per wadah plastik, yang memberikan sintasan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan 6 g terigu pada transportasi ikan nila dengan kepadatan 400 ekor dalam 5 liter air selama 10 jam memiliki nilai SR tertinggi, yaitu sebesar 96,75 %. Hal ini didukung dengan mutu air DO, CO2, pH, suhu dan NH3 yang masih pada batas ikan untuk hidup.


Penulis : Tri Nugroho W., Peneliti LRMPHP

Kamis, 19 Maret 2020

Pompa Ikan untuk Memanen Udang dan Ikan dari Tambak

Hal pertama yang terlintas ketika mendengar pompa untuk memanen ikan atau udang adalah “Lhoh, kok bisa ya? Apa ikan/udangnya tidak mati kena impellers pompa ya? Bukannya malah jadi ikan/udang giling?... dst”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sepenuhnya salah karena pompa ikan untuk memanen ikan/udang belum lazim digunakan petambak di Indonesia. Teknologi yang mereka gunakan untuk pemanenan masih konvensional, yaitu mengeringkan tambak kemudian ikan/udang diambil dengan jaring. Pompa ikan yang dikhususkan untuk memanen ikan/udang memiliki desain impellers khusus yang bertujuan untuk meminimalisir kerusakan fisik ikan/udang saat pompa beroperasi. Pompa ikan menganut sistem sentrifugal, yaitu ikan/udang yang dipompa akan menjauhi pusat atau sumbu mesin. Mesin yang digunakan untuk memutar impellers tersebut bisa berupa motor penggerak tenaga listrik atau mesin pembakaran konvensional. Desain impellers pada pompa ikan pada tahap awal dikembangkan adalah seperti pada Gambar 1.



Gambar 1. Desain impellers pada pompa ikan pada awal pengembangan

Desain impeller seperti Gambar 1. kemudian dikembangkan lagi hingga seperti Gambar 2. karena masih menyebabkan kerusakan 2-5% pada ikan/udang hasil panenan. Desain seperti Gambar 2. masih digunakan hingga saat ini dan terus disempurnakan oleh perusahaan pembuat pompa.



Gambar 2. Desain impellers pada pompa ikan yang digunakan hingga kini

 Salah satu contoh pompa ikan yang ada di pasaran yaitu seperti Gambar 3. Pompa tersebut ditenagai oleh mesin Honda GX270 dengan kapasitas 2.400L/menit.



Gambar 3. Pompa Ikan Heathro

Penulis : Iwan M. Al Wazzan, Peneliti LRMPHP