Gambar 1. Metode yang digunakan untuk menghasilkan citra data latih (sumber : Allken et al. dalam ICES Journal of Marine Science, 2018) |
PELATIHAN
LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan
LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020
Tugas Pokok dan Fungsi
Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan
Kerjasama
Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru
Sumber Daya Manusia
LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.
Rabu, 22 April 2020
IDENTIFIKASI SPESIES IKAN DENGAN CEPAT DAN MUDAH (BERBASIS PENGOLAHAN CITRA)
Selasa, 21 April 2020
PERAN COMPATIBILIZER PADA PEMBUATAN BIOPLASTIK
Film bioplastik (Sumber : en.wikipedia.org) |
Gambar 1. Struktur molekul maleic anhydride (Sumber : https://study.com/academy/lesson/maleic-anhydride-density-uses.html) |
Menteri Edhy: #Dirumahaja Tapi Tetap Produktif
Menteri KP Edhy Prabowo (Foto : KKP) |
Senin, 20 April 2020
Mengatasi Ghost fishing dengan Radio Frequency Identification
Ilustrasi cara kerja RFID sebagai penanda alat tangkap ikan (Sumber : Global Ghost Gear Initiative) |
Penulis : Arif Rahman Hakim, Peneliti LRMPHP
Nilai Ekspor Perikanan Triwulan I 2020 Tembus USD1,24 Miliar
Dok. Ekspor perikanan ke Eropa dan Amerika (Foto: KKP) |
Rabu, 15 April 2020
Percepat Pemulihan Ekonomi Akibat Pandemi, KKP Realokasi Anggaran Rp. 483 Miliar
Menteri Edhy saat raker dengan Komisi IV DPR (Foto : KKP) |
Selasa, 14 April 2020
Penggunaan Suhu Dingin Dalam Transportasi Ikan Gurami
Ikan Gurami (Foto : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Osphronemus_goramy_2008_G1.jpg) |
Upaya untuk meningkatkan kapasitas angkut telah dilakukan dengan mengurangi jumlah air yang digunakan dan/ atau meningkatkan jumlah ikan yang diangkut. Namun, pengurangan jumlah air dan/atau peningkatan jumlah ikan beresiko meningkatkan aktivitas fisik ikan selama transportasi yang menyebabkan peningkatan kerusakan fisik akibat gesekan antar ikan atau antara ikan dengan wadahnya. Ikan yang mengalami kerusakan fisik rentan terhadap serangan bakteri dan jamur sehingga ketahanan hidup ikan pasca transportasi rendah.
Salah satu cara untuk menurunkan aktifitas fisik ikan selama transportasi adalah dengan perlakuan suhu dingin. Berdasarkan hasil penelitian Syamdidi dkk mengenai studi sifat fisiologi ikan gurami, suhu rendah mampu menurunkan aktifitas fisik ikan gurami sehingga dengan perlakuan suhu dingin pada transportasi ikan gurami memungkinkan untuk dilakukan transportasi dalam durasi yang lebih lama dan ikan gurami tetap hidup hingga tangan konsumen. Namun demikian, kisaran suhu yang optimal harus diperhatikan untuk menjaga agar ikan tetap bertahan hidup hingga tangan konsumen. Fase perubahan aktifitas ikan gurami pada kisaran suhu tertentu terlihat pada Tabel 1. dibawah ini.
Fase
|
Suhu ( °C)
|
Aktifitas
gurami
|
1
|
29.2
|
Ikan masih
bergerak aktif ke permukaan, masih responsif terhadap rangsang dari luar.
|
2
|
29.2 – 26.1
|
Ikan
mulai hilang keseimbangan tetapi masih aktif bergerak, respon terhadap
rangsang yang diberikan mulai berkurang, gerakan sirip dan operkulum mulai
melemah serta ikan selalu bergerak mencari akses ke permukaan
|
3
|
26.1 – 23.6
|
Respon
ikan terhadap rangsang masih baik meskipun sudah berkurang, gerakana
operkulum lemah, mulai rebah di dasar dengan pergerakan yang melemah dan
tidak teratur dan warna memucat.
|
4
|
23.6 – 21.1
|
Operkulum
bergerak lemah, ikan rebah didasar, memberikan respon berenang ke atas saat
diberi rangsang dari luar kemudian rebah lagi di dasar.
|
5
|
21.1 – 18.6
|
Ikan
hanya memberikan respon berenang ke atas saat diberi rangsang dari luar
kemudian rebah lagi di dasar dan warna punggun berwarna gelap. Upaya
mendapatkan akses ke permukaan sudah banyak berkurang.
|
6
|
18.6 – 16.1
|
Gerakan
ikan lemah, respon terhadap rangsang dari luar lemah, tubuh tidak dapat
bergerak, hilang keseimbangan, sesekali keluar gelembung dari tutup insangnya.
|
7
|
16.1 – 13.6
|
Ikan
rebah di dasar, tidak ada respon terhadap rangsang dari luar, keluar
gelembung dari tutup insang dan bergerak-gerak sebelum akhirnya diam tak
bergerak lagi.
|