![]() |
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo |
PELATIHAN
LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan
LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020
Tugas Pokok dan Fungsi
Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan
Kerjasama
Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru
Sumber Daya Manusia
LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.
Kamis, 25 Juni 2020
DPR Dukung Tambahan Pagu Anggaran KKP Tahun 2021
Kamis, 18 Juni 2020
Monitoring Kesegaran Ikan Mas Non destruktif dan Riil Time Berbasis Mesin Visi dan Pemodelan Cerdas
Penelitian yang dipublikasikan pada Jurnal Computers and Electronics in Agriculture 159 (2019) 16–27 telah mengkaji pengembangan metode baru berbasis jaringan syaraf tiruan untuk menguji kesegaran ikan mas (Cyprinus carpio) selama penyimpanan dengan es. Masyarakat mengkonsumsi ikan sebagai bahan makanan bernilai tinggi dan aman dalam diet hariannya. Kebiasaan konsumsi masyarakat tersebut didukung oleh fakta tingginya unsur gizi sekaligus kandungan lemak yang rendah pada ikan hasil budidaya perikanan. Karena ikan dapat mengalami kerusakan secara cepat maka penelitian untuk menguji kesegaran ikan menjadi hal yang layak dilakukan untuk menjawab isu-isu utama di sektor industri budidaya perikanan.
Sistem yang dikembangkan terdiri dari dua tahap utama yaitu menangkap citra sampel ikan dilanjutkan dengan proses pengolahan citra. Proses komputasi piksel dilakukan pada sembilan channel atau ruang warna yaitu : R, G, B, L, a, b, H, S,dan I. Pada masing-masing ruang warna tersebut dilakukan ekstraksi 6 tipe fitur tekstur citra. Selanjutnya, hibridasi algoritma machine learning Artificial Bee Colony dan Artificial Neural Network (ABC-ANN) diterapkan untuk memilih fitur tekstur citra terbaik. Sebagai langkah akhir digunakan sejumlah pengklasifikasi meliputi Support Vector Machine (SVM), k-Nearest Neighbor (kNN), dan Artificial Neural Network (ANN) untuk mengklasifikasikan citra sampel ikan mas.
Performa terbaik pengklasifikasi kNN ditunjukkan dengan tingkat akurasi mencapai 90,48% pada ukuran neighborhood (piksel bertetangga) sebanyak 8. Sementara untuk pengklasifikasi SVM melalui pengaturan parameter fungsi kernel polinomial dengan parameter C dan sigma masing-masing bernilai 1 dan 2 mampu menghasilkan performa akurasi sebesar 91,52%. Pada pengklasifikasi ANN digunakan algoritma Multi Layer Perceptron (MLP) dengan konfigurasi lapisan input (input layer) sebanyak 22 fitur tekstur citra, hidden layer (lapisan tersembunyi), dan sebagai lapisan output digunakan 4 jenis klasifikasi kesegaran ikan yang meliputi: Sangat Segar, Segar, Agak Busuk, dan Busuk. Dengan konfigurasi tersebut MLP mampu mencapai tingkat akurasi 93,01%. Hasil yang dicapai tersebut menunjukkan tingginya performa pengklasifikasi ANN sebagai salah satu metode pengujian kesegaran ikan mas yang non destruktif, riil time, cepat, akurat, dan otomatis.
Hal tersebut juga menegaskan potensi metode mesin visi yang digabungkan dengan syaraf tiruan (ANN) sebagai teknik cerdas untuk menilai kesegaran ikan. Adapun tahap penangkapan citra, pengolahan citra, seleksi fitur dan proses klasifikasi ditampilkan pada gambar berikut:
![]() |
Sumber A. Taheri-Garavand, et al. (2019) |
Selasa, 16 Juni 2020
Lantik 2 Pejabat Baru, Menteri Edhy Ingatkan Pentingnya Kekompakan
Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo melantik dua pejabat baru di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Keduanya ialah Komjen Pol Antam Novambar yang diangkat menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Dr. Pamuji Lestari sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Kelautan.
Pengangkatan kedua pejabat tersebut sesuai dengan surat Kepres Nomor 94/TPA Tahun 2020 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari, dan, dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Pejabat baru akan memberikan warna yang lebih baru lagi bagi sektor kelautan dan perikanan," kata Menteri Edhy usai pelantikan di Gedung Mina Bahari III, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (15/6/2020).
Menteri Edhy mengingatkan tugas memajukan sektor kelautan dan perikanan tidaklah ringan. Karenanya, dia meminta jajarannya untuk terus menjaga kekompakan untuk mengatasi segala persoalan dan menjaga komunikasi yang baik dengan berbagai pihak.
"Selamat bertugas, apa yang menjadi kendala bisa kita atasi bersama," sambungnya.
Selain itu, di hadapan para pejabat yang hadir pada pelantikan tersebut, Menteri Edhy menegaskan pembangunan sektor kelautan dan perikanan sebagai kunci keberhasilan. Sebagaimana pesan Presiden Joko Widodo agar sektor ini menjadi salah satu penguat ekonomi bangsa.
"Pembangunan kunci untuk berhasil. Sektor ini harus bisa menjadi sektor untuk menegakkan ekonomi," tegasnya.
Sementara Antam Novambar memastikan kesiapannya untuk mengabdikan diri dalam memajukan sektor kelautan dan perikanan. Menurutnya, jabatan adalah amanah yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab.
"Saya sudah siap mengabdikan diri untuk bangsa ini, terutama di sektor kelautan dan perikanan," kata Antam.
Sebagai informasi, pelantikan dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 seperti jaga jarak (physical distancing), penggunaan masker serta penyediaan hand sanitizer dan tanpa berjabat tangan. Turut hadir dalam pelantikan tersebut Ketua MPR, Bambang Soesatyo, Ketua Komisi IV, Sudin serta sejumlah pejabat KKP.
Sebelumnya, sejak 27 Februari 2020, Antam Novambar ditugaskan di KKP sebagai pelaksana tugas (Plt) Sekjen. Dia menggantikan Nilanto Prabowo yang kini didapuk sebagai Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.
Sejak Rabu 8 April 2020, Antam juga telah diangkat sebagai jenderal bintang tiga Polri. Pengangkatan ini sesuai dengan Surat Telegram NOMOR.-STR/ IbM /1V/KEP./2020.
Sumber : KKP
Senin, 08 Juni 2020
Teknik Non Destruktif Handal Untuk Menentukan Tingkat Kesegaran Ikan Mullet Merah
Penilaian kesegaran ikan dapat dilakukan menggunakan metode kimia, sensori, dan fisik. Selain metode sensori, sejumlah teknik instrumental telah dikembangkan untuk melengkapi penilaian secara sensori tersebut. Sebuah penelitian terkait teknik instrumental yang telah dipublikasikan di Eur Food ResTechnol DOIi10.1007/s00217-017-2924-0 bertujuan untuk membangun dan menguji penilaian kesegaran mullet merah selama penyimpanan pada suhu 0oC dan 4oC melalui penerapan metode uji fisik berbasis sistem komputer visi.
Untuk menguji efektivitas sistem pengujian secara fisik yang dibangun, 3 fitur terkait pengolahan citra yaitu penurunan kecerahan pigmen kulit, indeks kecekungan mata, indeks perluasan lendir serta 1 fitur terkait tekstur daging ikan yaitu tingkat firmness digunakan sebagai pembanding dengan hasil pengujian secara sensori berbasis skor (Quality Index Method – QIM) dan hasil uji senyawa trimetilamin secara kimia.
Sesuai
estimasi bahwa ikan lebih cepat mengalami penurunan mutu pada suhu lebih
tinggi. Pengujian tekstur ikan secara instrumental memungkinkan deteksi
terhadap perubahan firmness yang
spesifik karena dimulainya tahap rigor
mortis dan proses pelunakan daging secara kontinyu. Hasil uji tiga
parameter komputer visi mencakup penurunan kecerahan pigmen kulit dan indeks
kecekungan mata menunjukkan kemampuan yang tinggi untuk memprediksi penurunan
kualitas mullet merah yang berhubungan dengan dua kondisi temperatur
penyimpanan berbeda. Hasil uji kedua parameter tersebut juga sejalan dengan
hasil uji trimetilamin secara kimia dan hasil uji sensori berbasis skor
QIM. Proses pengujian parameter penurunan
kecerahan pigmen kulit ikan dan perubahan indeks kecekungan mata ikan ditunjukkan
pada gambar berikut :
Sumbert : Tappi et al. (2017)
Jumat, 05 Juni 2020
Normal Baru di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan
“New Normal” atau normal baru merupakan istilah yang akhir-akhir
ini selalu kita dengar, entah di media cetak, media sosial apalagi media
elektronik. Istilah “New Normal“ pertama kali digunakan oleh Roger McNamee,
yaitu seorang investor teknologi, dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Polly
LaBarre bertajuk “The New Normal” di majalah Fast Company pada tanggal 30 April
2003. Menurut Roger McNamee, “New Normal” atau Normal Baru adalah suatu waktu dimana kemungkinan besar anda bersedia
bermain dengan aturan baru untuk jangka panjang. Dalam kaitannya dengan pandemi
Covid-19 yang sedang melanda berbagai negara, istilah normal baru mengacu pada
perubahan perilaku manusia setelah pandemi ini, mengantisipasi bahwa pandemi
virus ini akan mengubah tatanan kehidupan sehari-hari bagi sebagian besar orang,
utamanya interaksi sesama manusia di tempat-tempat umum seperti pusat
perbelanjaan, pasar, rumah sakit, apotik, tempat wisata dan tempat-tempat
keramaian lainnya termasuk perkantoran.Pada 26 Mei 2020, Presiden Joko Widodo
telah menyampaikan bahwa pada bulan Juni 2020, merupakan awal dimulainya normal
baru di 4 Provinsi di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Gorontalo, Jawa Barat dan Sumatera
Barat serta 25 kabupaten/kota lainnya. Surat Edaran Kementerian PAN dan RB
Nomor 58 Tahun 2020 yang diterbitkan pada tanggal 29 Mei 2020 menyebutkan bahwa
kebijakan work from home (WFH) untuk
ASN akan berakhir pada 4 Juni 2020 dan selanjutnya seluruh ASN harus bersiap
untuk bekerja kembali seperti biasa dalam tatanan normal baru mulai tanggal 5
Juni 2020.
Menindaklanjuti Surat Edaran
tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan menerbitkan Surat Edaran Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor B-308/MEN-KP/VI/2020 mengenai Penyesuaian Sistem
Kerja Dalam Tatanan Normal Baru Bagi Pegawai Di Lingkungan Kementerian Kelautan
Dan Perikanan. Hanya diri kita sendirilah yang dapat menjaga diri kita. Hal ini
disampaikan oleh Sekretaris Jenderal KKP, Antam Novambar, dalam pembukaan
TalkShow Tatanan Normal Baru di Lingkungan Kementeriamn Kelautan dan Perikanan
pada 5 Juni 2020. Lebih lanjut disampaikan bahwa pandemi Covid-19 ini merupakan
ancaman serius yang tidak boleh menyurutkan produktifitas kerja dan berkarya
dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Menjaga jarak, menjaga kebersihan dan
selalu mematuhi setiap ketentuan yang telah ditetapkan merupakan suatu
kewajiban seluruh pegawai KKP. Pelayanan publik tidak kepada masyarakat boleh
berhenti, demikian pula pelaksanaan program dan anggaran. Khusus untuk pegawai yang hamil/memiliki bayi (anak
<3 tahun) tidak diperkenankan melaksanakan WFO dan harus tetap WFH.
Pada acara yang sama, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Tini Martini, menyampaikan akan ada penyesuaian sistem kerja di lingkungan KKP yaitu untuk unit kerja dengan tugas dan fungsi pelayanan publik, jumlah maksimal pegawai yang melaksanakan work from office (WFO) adalah 30% dari jumlah total pegawai sedangkan untuk unit kerja dengan tugas dan fungsi administratif, jumlah maksimal pegawai yang melaksanakan work from office (WFO) adalah 20% dari jumlah pegawai total. Pegawai yang melaksanakan WFO diatur secara bergilir dan ditetapkan melalui suatu keputusan oleh kepala unit/satker masing-masing. Penyelenggaraan pertemuan/rapat harus mengutamakan penggunaan media daring (online) dan jika sangat terpaksa melakukan secara luring (offline) maka harus dilaksanakn dengan memperhatikan protokol kesehatan yaitu jaga jarak, menggunakan masker, tidak berjabat tangan dan hanya mempergunakan 50% kapasitas ruangan. Pada masa normal baru, presensi wajib dilakukan, baik untuk pegawai WFO maupun WFH, secara non fingerprint dengan aplikasi yang telah ditentukan dan dengan membagikan lokasi (share location) via WhatsApp pada pagi hari (07.00-08.00) dan sore hari (15.00-16.00). bagi pegawai yang melaksanakan WFH dilarang bepergian dari kota/lokasi tempat dimana dia bekerja kecuali utnuk alasan kesehatan.
Menegaskan apa yang telah
disampaikan diatas, Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan Aparatur, Umi
Windriani, menyampaikan bahwa pegawai yang belum berada di lokasi tempat kerja (masik
pulang kampung dan tidak terkena peraturan PSBB) untuk segera kembali ke tempat.
Selanjutnya disampaikan juga bahwa aturan prosentase pegawai WFO dapat
disesuaikan sesuai dengan tugas dan fungsi unit kerja, seperti misal Stasiun
Karantina yang merupakan unit kerja BKIPM, memiliki tugas dan fungsi
administratif dan pelayanan publik sehingga jumlah pegawai yang dapat
melaksanakan WFO adalah 50% dan bagi pegawai yang melaksanakan WFH harus
menghindari waktu kerja yang terlalu lama/lembur terkait dengan aspek
kesehatan. Selain itu, karantina mandiri wajib dilakukan bagi pegawai yang
pulang melakukan perjalanan dinas baik dalam negeri maupun luar negeri.
Pada akhirnya, seperti yang
disampaikan Sekretaris Jenderal KKP pada
saat pembukaan, yang dapat menjaga diri kita hanyalah diri kita sendiri. Menjaga
kesehatan dengan makan makanan bergizi, yang sehat dengan pola seimbang, batasi
asupan lemak jenuh dari daging dan minyak-minyakan termasuk fastfood dan junkfood, batasi konsumsi gula (<12 gram/hari), garam (< 5
gram/hari atau 1 sdt/hari) dan berolahraga 30-60 menit setiap harinya serta selalu
melaksanakn protokol kesehatan dimanapun berada merupakan upaya kita untuk menjaga
kesehatan diri kita sendiri. Hal ini
disampaikan oleh dr. Cipuk Muhaswitri, dokter klinik pratama KKP, sebagai
narasumber terakhir dalam Talkshow ini.
Sumber : Talkshow dengan tema Penyesuaian
Sistem Kerja Dalam Tatanan Normal Baru Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Kelautan
Dan Perikanan.
Rabu, 03 Juni 2020
Cara Praktis Mengetahui Keaslian Fillet Ikan
Teknik image processing (Sumber : S. Grassi et al. 2018)
Sejumlah peneliti di Universitas degli Studi di Milano, Italia melakukan penelitian untuk mengembangkan suatu teknik pengujian berbasis analisis citra yang berguna untuk membedakan fillet dari ikan berekonomi tinggi Cod Atlantik (Gadus morhua) dengan fillet dari ikan haddock (Melanogrammus aeglefinus). Metode yang digunakan dimulai dengan mengumpulkan 90 citra fillet Gadus morhua dan 91 citra fillet Melanogrammus aeglefinus menggunakan scanner flatbed dan diproses pada berbagai level. Citra asli dan citra yang telah disegmentasi dengan algoritma Canny selanjutnya dilakukan ekstraksi fitur untuk tekstur citra pemukaan dengan analisis Gray Level Coocurence Matrix (GLCM). 12 fitur tekstur citra yang terpilih dengan teknik Principle Componen Analysis (PCA) maupun algoritma SELECT selanjutnya digunakan untuk membangun model Linier Discriminat Analysis (LDA).
Hasil riset menunjukkan rerata tingkat akurasi model klasifikasi berkisar antara 86,05% hingga 92, 31% baik menggunakan citra asli maupun citra segmentasi. Hasil kajian diharapkan akan menjadi jalan pembuka untuk penerapan metode mesin visi yang simpel pada rantai pasar ikan, sehingga para stakeholder memiliki sistem yang efektif secara biaya, simpel, dan cepat untuk memerangi tindak penipuan perdagangan ikan. Hasil penelitian tersebut pernah disampaikan pada Journal of Food Engineering 234 (2018) 16-23.
Penulis : I Made Susi Erawan
Selasa, 02 Juni 2020
Lidah Buatan Untuk Menilai Kesegaran Ikan
![]() |
Pada kenyataannya hingga saat ini sejumlah teknologi sensor
masif telah dikembangkan untk mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh metode
konvensional. Sebut saja beberapa teknologi tersebut diantaranya
spektrofotometer, analisa citra, colorimeter,
perangkat uji sifat elektrik permukaan, dan hidung elektronik. Seluruh metode
tersebut masih dalam tahap pengujian laboratorium dan memerlukan eksplorasi dan
penelitian lebih lanjut agar aplikatif untuk dunia nyata.Peningkatan konsumsi ikan terus terjadi selama beberapa
dekade terakhir. Isu utama yang menjadi fokus seluruh dunia adalah jaminan
menyeluruh terhadap konsumen terkait aspek keamanan dan mutu ikan. Metode
konvensional untuk uji kesegaran ikan biasanya sangat tergantung pada prinsip
fisik, kimia, mikrobiologi, dan sensori. Meskipun teknik konvensional tersebut
terbukti akurat dan dapat diandalkan, namun masih terdapat keterbatasan yaitu bersifat
destruktif, berulang, melibatkan penggunaan bahan kimia, dan masalah paling
krusial adalah membutuhkan personel yang sangat ahli.
Salah satu teknik nondestruktif yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan adalah lidah elektronik yang dikombinasikan dengan teknik machine learning. Kolaborasi peneliti di Jiangsu University dan University of Cape Coast dan dipublikasikan dalam Czech J. Food Sci. Vol. 32, 2014, No. 6: 532–537 telah berhasil mengembangkan teknik lidah elektronik yang digabungkan dengan algoritma multivariat linier dan persamaan linier sebagai salah satu metode alternatif uji kesegaran ikan non destruktif. Teknologi yang dikembangkan telah digunakan untuk menguji kesegaran ikan jenis Parabramis pekinensis melalui akuisisi data dengan α-Astree TM E-tongue (Alpha M.O.S., Toulouse, France). Sebagai validasi teknik yang dikembangkan dilakukan pengujian konvensional destruktif yaitu Total Volatil Base Nitrogen (TVBN) dan Total Viable Count (TVC). Untuk mengklasifikasikan kesegaran ikan berbasis hari penyimpanan digunakan algoritma Fisher Linear Discriminant Analysis (FLDA) dan Support Vector Machine (SVM).
Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa metode SVM memiliki performa lebih baik
dibandingkan dengan metode FLDA karena mampu mencapai akurasi hingga 97,22%.
Selain klasifikasi untuk memprediksi nilai TVBN dan TVC diterapkan metode Partial Least Square (PLS) dan Support Vector Regression (SVR). Hasil
uji menunjukkan untuk prediksi nilai TVBN dan TVC, SVR jauh lebih baik
dibandingkan PLS yang diindikasikan dengan tingkat error yang lebih kecil namun dengan koefisien korelasi lebih
tinggi. Secara kuantitatif untuk metode SVR pada prediksi TVBN memiliki RMSEP
5,65 mg/100g dan koefisien korelasi 0,9491 sementara untuk prediksi TVC
memiliki RMSEP 0,73 log CFU/g dan koefisien korelasi 0,904. Berdasarkan kajian
tersebut menunjukkan bahwa lidah elektronik dikombinasikan dengan SVM dan SVR
memiliki potensi yang menjanjikan dan bersifat nondestruktif sebagai metode non
konvesional dalam penilaian kesegaran ikan.
Penulis : I Made Susi Erawan