PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Rabu, 23 Desember 2020

Data Logger Sebagai Alternatif “Mudah” Pencatatan Data

Aplikasi data logger suhu dan RH pada penyimpanan rumput laut di LRMPHP

Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang sangat pesat, terutama pada hal-hal yang dapat membantu memudahkan pekerjaan manusia sehingga menjadi lebih mudah dan efisien. Salah satu permasalahan yang ada adalah pencatatan data, misalnya pada pencatatan suhu yang berubah setiap menit bahkan detik dengan cara manual tidak efisien karena memakan banyak waktu dan menyulitkan untuk mengumpulkan data-data, sehingga diperlukan sistem pencatatan data yang mudah (data logging) dengan alat data logger.

Data Logging merupakan proses pengumpulan dan perekaman data secara otomatis dari sensor pengukuran yang akan digunakan untuk analisis data (misalnya riset) dan  pengarsipan. Sensor berfungsi untuk mengubah besaran fisik (misalnya regangan) menjadi sinyal listrik sehingga dapat diukur. Hasil data ukur tersebut selanjutnya dapat disimpan (misalnya dalam SD card) atau dikirim ke komputer secara otomatis untuk keperluan analisis/olah data. Beberapa sensor yang ada antara lain sensor suhu, kelembaban relatif atau relative humidity (RH), arus dan tegangan listrik AC/DC, tekanan, lama waktu operasi alat, intesitas cahaya, pH, tingkat suara, sudut rotasi, posisi,  oksigen terlarut, pernafasan, detak jantung, kelembaban tanah, curah hujan, kecepatan dan arah angin dan gerak. Beberapa alat ukur / alat uji laboratorium yang mempunyai output listrik dapat juga dikoneksikan dengan data logger.

Data Logger adalah rangkaian alat elektronik yang digunakan untuk mencatat data pada interval waktu tertentu selama periode  waktu tertentu secara terus menerus yang terintegrasi dengan sensor dan instrumen. Data logger berfungsi sebagai alat untuk mencatat data atau data logging dari sensor. Data logger terdiri dari mikroprosesor internal, penyimpanan data (memori internal, termasuk SD card), dan satu atau lebih sensor. Terdapat beberapa jenis data logger dan biasanya menggunakan komputer sebagai koneksi dan software sebagai aktivasi dan program. Hasil perekaman data dapat disimpan dan di lihat dengan komputer dalam bentuk data spreadsheet maupun grafik. Data logger dapat menggunakan sumber tenaga listrik DC agtau AC dengan adaptor, misalnya berupa baterai dan aki. yang . Data logger dapat ditempatkan di dalam rumah, di luar rumah, dan di bawah air serta dapat merekam data hingga waktu lama berbulan-bulan tanpa pengawasan. Data logger dapat digunakan untuk penelitian dan pengetahuan.

Sistem logging data pada perkembangannya dapat juga berbasis web, memungkinkan akses berbasis internet jarak jauh yang bebas dari waktu ke waktu melalui komunikasi GSM seluler, WI-FI atau Ethernet. Sistem ini dapat dikonfigurasi dengan berbagai sensor plug-in eksternal dan mengirimkan data yang telah dikumpulkan ke server web yang aman untuk mengakses data. Node data nirkabel mentransmisikan data real-time dari banyak titik ke komputer pusat, sehingga tidak perlu mengambil dan melepaskan data dari data logger secara manual. 

Beberapa contoh penggunaan data logger antara lain :

1. Pengukuran suhu dan RH baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan, misalnya  tempat penyimpanan buah, sayuran, rumput laut dan barang.

2. Pemantauan/pengujian suhu dan RH ruangan penyimpanan daging (sapi, ikan dan lain-lain) untuk mendapatkan suhu dan RH sesuai dengan yang diharapkan.

3. Pengujian ruang penyimpanan makanan kalengan dan susu.

4. Pengujian pada wilayah perindustrian.

5. Pengukuran terhadap hutan gambut misalnya ketinggian air pada lahan gambut.

6. Pengukuran terhadap cuaca, suhu, gerak angin

Kelebihan dari data logger salah satunya adalah kemampuan mengumpulkan data secara otomatis secara terus menerus dengan setting waktu pengambilan data sampai milidetik. Data logger dapat digunakan untuk mengukur dan merekam data/informasi selama waktu pemantauan tanpa harus ditunggui. Kelebihan tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kondisi objek yang dipantau, misalnya kondisi suhu udara dan kelembaban relatif pada suatu lingkungan yang berubah cepat terhadap waktu. Pemantauan yang jika dilakukan secara manual akan sangat merepotkan dan bahkan sulit untuk dilakukan maka dapat dengan mudah dilakukan dengan data logger bahkan dengan hasil yang lebih komprehensif.

Aplikasi data logger antara lain di Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan Bantul untuk pengujian dan perekaman data riset. Data logger digunakan dalam pengukuran dan perekaman data suhu dan RH pada ruang penyimpanan (bunker) rumput laut. Data logger membaca data 10 sensor suhu dan RH untuk direkam dengan interval 8 detik selama berbulan-bulan dan juga sebagai sinyal untuk menghidupkan atau mematikan blower udara pendingin jika suhu atau RH mencapai nilai tertentu. Contoh yang lain adalah data logger untuk pengukuran dan perekaman data 20 sensor suhu dan 4 sensor arus listrik pada ruang penyimpanan ikan. Data suhu dan arus listrik direkam dengan interval 15 detik selama beberapa hari. Selanjutnya data disimpan di SD card dan dapat ditransfer ke komputer dengan mudah.

Aplikasi data logger suhu dan arus listrik pada penyimpanan ikan di LRMPHP

Penulis : Ahmat Fauzi - LRMPHP

Selasa, 22 Desember 2020

KKP Gaungkan Ekonomi Kelautan Berkelanjutan

Kepala BRSDM KKP Sjarief Widjaja.

Sustainable Ocean Economy (SOE) atau ekonomi kelautan berkelanjutan memiliki prinsip-prinsip antara lain keselarasan, inklusivitas, pengetahuan, legalitas, pencegahan dini, perlindungan, daya lenting/ketahanan, solidaritas, dan keberlanjutan.

Demikian disampaikan Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yang juga merupakan High Level Panel (HLP) Sous-Sherpa Sjarief Widjaja.

Hal itu disampaikan Sjarief pada seminar online “Transformasi Menuju Pembangunan Ekonomi Kelautan yang Berkelanjutan” dengan topik “Penerjemahan Prinsip-Prinsip SOE ke dalam Kebijakan Pengelolaan Kelautan dan Perikanan” yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI), Selasa (22/12).

“Perlindungan dan produksi laut harus sejalan dengan Konvensi PBB tentang perubahan iklim dan perjanjian Paris, keanekaragaman hayati, dan prinsip pencemar membayar sebagaimana ditetapkan dalam Deklarasi Rio. Tindakan harus diselaraskan pada seluruh aktivitas berbasis lautan dan daratan serta ekosistem,” ujar Sjarief terkait prinsip keselarasan mengutip dari HLP SOE.

Sementara itu, tentang prinsip inklusivitas, ia menyampaikan statement HLP SOE bahwa hak asasi manusia, kesetaraan gender, komunitas dan partisipasi penduduk asli harus dihormati dan dilindungi.

Menurut Sjarief, kebijakan pengarusutamaan pembangunan kelautan dan perikanan merupakan kebijakan pengarusutamaan yang bertujuan untuk memberikan akses pembangunan yang adil dan merata melalui pembangunan berkelanjutan, pegarusutamaan gender, modal sosial budaya, dan transformasi digital.

Ia juga memaparkan mengenai prinsip pencegahan dini, di mana ada ancaman yang serius atau tidak dapat diubah kerusakan, kurangnya kepastian ilmiah tidak boleh digunakan sebagai alasan menunda tindakan untuk mencegah degradasi lingkungan.

Berbagai inovasi terkait prinsip pencegahan dini antara lain Aksi Bersama Deteksi Awal Tsunami Secara Mandiri (Adat), Sistem Prediksi Kelautan (Sidik) Basis Data dan Informasi Kelautan, Aplikasi Sistem Informasi Kelautan, dan Model Alat Pemantau Cuaca-Iklim untuk Prediksi Produksi Garam.

Adapun mengenai prinsip perlindungan laut, disampaikan bahwa laut yang sehat menopang ekonomi laut yang berkelanjutan. Sebuah pendekatan keuntungan bersih harus diterapkan pada pemanfaatan laut untuk mendukung keberlanjutan atau pemulihan kesehatan laut.

Sjarief mengatakan, terkait hal ini telah diterbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/PERMEN-KP/2016 tentang Jaminan Perlindungan Atas Risiko Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam. Contoh produk asuransinya adalah Si Mantep (Asuransi Nelayan Mandiri Terpercaya).

Dengan diselenggarakannya seminar ini, Chief Executive Officer (CEO) IOJI Mas Achmad Santosa berharap dapat tercapainya tujuan yang diharapkan, yaitu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan publik mengenai konsep pembangunan ekonomi kelautan berkelanjutan (sustainable ocean economy); dan mengumpulkan ide dan masukan untuk penyusunan sustainable ocean plan yang akan diintegrasikan ke dalam rencana pembangunan nasional.

Turut hadir pada seminar ini narasumber lainnya, yaitu Co-chair HLP SOE Expert Group Marie Elka Pangestu; Deputi Koordinator Bidang Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendiarti; Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral, Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Febrian Alphyanto Ruddyard; Direktur Eksekutif SDGs Center Universitas Padjadjaran Suzy Anna; dan Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Kemlu Agustaviano Sofjan.


Sumber : KKPNews

Senin, 21 Desember 2020

LRMPHP Perkenalkan Teknologi Mini Chilling Storage untuk Kapal Perikanan

Mini Chilling Storage (MCS) di kapal nelayan Pekalongan

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan melalui Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan Bantul memperkenalkan dan mensosialisasikan teknologi Mini Chilling Storage (MCS) untuk Kapal Perikanan. Hal ini terungkap dalam diskusi grup terarah (Focus Group Discussion) yang dilaksanakan di Gedung Technopark Perikanan kota Pekalongan pada hari Senin tanggal 21 Desember 2020.

Dalam kegiatan FGD tersebut, Kepala Pusat Riset Perikanan (Ir. Yayan Hikmayani, M.Si) membuka acara, sekaligus menyampaikan bahwa teknologi penyimpanan ikan di atas kapal ini telah sampai pada tahapan uji kinerja skala terbatas di kapal nelayan kota Pekalongan (mewakili karakteristik pantai utara Jawa); setelah sebelumnya melalui tahapan desain, rancangbangun dan pengujian baik di laboratorium maupun kapal nelayan di Sadeng Gunungkidul (mewakili karakteristik pantai selatan Jawa).

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan kota Pekalongan (Ir. Agus Jati Waluyo) menyambut baik aplikasi teknologi MCS ini di kota Pekalongan. Hal ini sebagai bagian dari ungkapan syukur kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa bahwa kita menjaga agar kualitas atau mutu ikan hasil tangkapan tetap terjaga. Apresiasi dan ucapan terima kasih disampaikan kepada KKP karena aplikasi teknologi ini merupakan bagian dari pembangunan kelautan dan perikanan, khususnya di kota Pekalongan. Harapannya agar percontohan teknologi MCS ini dapat ditularkan/dikembangkan lebih luas lagi.

Imam Menu selaku pimpinan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) kota Pekalongan menyampaikan ucapan terima kasih, sekaligus menguatkan bahwa selama teknologi itu mudah dan pendinginannya efektif; teknologi ini pasti akan diterima oleh nelayan.

Keunggulan Mini Chilling Storage (MCS) rancang bangun LRMPHP diantaranya:

Suhu penanganan ikan lebih optimal (-1,5 oC)

Pendinginan lebih merata pada permukaan ikan

Tekanan fisik pada ikan berkurang

Muatan ikan pada palka lebih banyak karena tidak perlu tempat untuk es balok

Dari sisi beban muatan terhadap kapal, mengangkut teknologi MCS lebih ringan dibandingkan membawa es balok dari darat


Jumat, 18 Desember 2020

Es Masih Jadi Andalan Penanganan Ikan di Kapal

(Sumber : https://suarakarya.co.id/s

Ikan termasuk komoditas yang cepat rusak dan bahkan lebih cepat rusak bila dibandingkan dengan daging hewan Iainnya. Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan dan pemanenan sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi biologis ikan, serta teknik penanganan dan penyimpanan di atas kapal. Oleh karena itu, segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya disimpan dan diawetkan dengan pendinginan atau pembekuan. 

Metode pendinginan ini memiliki kelebihan antara lain ikan tidak mengalami perubahan yang berarti pada sifat tekstur, rasa, dan bau ikan. Tingkat efektivitas  pengawetan dengan pendinginan sangat ditentukan oleh tingkat kesegaran ikan sebelum didinginkan. Proses pendinginan akan efektif jika dilakukan sebelum fase rigor mortis lewat dan penanganan dengan teknik yang benar. Sebaliknya jika pendinginan dilakukan setelah proses autolisis terjadi, maka proses pendinginan tidak berarti. Pada kasus di atas kapal, maka sebaiknya ikan segera dilakukan pendinginan sesaat setelah ditangkap.

Pendinginan ikan di kapal nelayan dapat menggunakan antara lain refrigerasi (RSW atau freezer), es, slurry ice (es cair) dan air laut dingin (chilled sea water) atau kombinasi. Cara yang paling mudah untuk pendinginan adalah dengan menggunakan es. Kapal-kapal ikan kecil berukuran sampai dengan 30 GT di Indonesia sebagian besar menggunakan es balok sebagai media pengawetan/pendingin ikan. Tujuan dari penanganan dengan suhu rendah lebih dititikberatkan pada menjaga sifat kesegaran ikan. Pendinginan ikan dengan es pada suhu idealnya sekitar 0 - 5 °C merupakan suatu proses transfer/pemindahan panas dari ikan dan ruang penyimpan (palka) ke es sehingga suhu ikan dan ruang penyimpannya terjaga. Pendinginan ikan pada suhu sekitar 0-5 oC dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu sekitar 12-18 hari sejak ikan ditangkap. Namun kondisi tersebut juga sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, metode penanganan dan metode pendinginan yang dipakai. 

Es memiliki kapasitas pendinginan yang besar sehingga mampu mendinginkan dengan cepat tanpa terlalu banyak memengaruhi keadaan ikan. Bentuk es pendingin adalah sebagai berikut:

-    Es balok (block ice), adalah es berbentuk balok dengan ukuran 12 – 60 kg/balok. Es balok dipecah/diperkecil ukurannya sebelum digunakan.

-       Es tabung (tube ice), adalah es berbentuk tabung kecil, dapat langsung digunakan.

-    Es keping tebal (plate ice),adalah es berbentuk lempengan berukuran besar dan tebal antara 8 – 15 mm, dipecah potongan kecil diameter kurang dari 5 cm, agar lebih merata dan dapat mempercepat kontak dengan permukaan ikan.

-    Es Keping Tipis (flake ice), adalah es berbentuk lempengan es tipis dengan ukuran tebal 5 mm dan diameter 3 cm, es sudah cukup kecil dan tidak perlu dipecah lagi.

-      Es Halus (slush ice), adalahitu butiran es halus berdiameter 2 mm dan tekstur lunakdan sedikit berair, hanya untuk ikan di sekitar pabrik.

Es yang paling banyak digunakan untuk pendinginan ikan adalah es balok karena harga yang relatif murah dan mudah operasionalnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan es balok sebagai media pendingin adalah mutu, harga dan ketersediaan es di pasaran, di beberapa daerah es  balok masih sulit didapat.

Hal penting lainnya adalah menentukan jumlah es yang dibutukan untuk pendinginan ikan. Es memiliki kapasitas pendinginan yang besar. Es memiliki kalor lebur 336 kJ/kg pada suhu 0oC. Kalor sensibel pada kondisi es adalah 2,1 kJ/kg dan pada kondisi air 4,2 kJ/kg.

Es akan mendinginkan ikan dengan kalor sensibel dari suhu awal minus/di bawah 0°C sampai 0°C dan kalor lebur saat es melebur pada suhu 0oC. Rumus yang digunakan dalam perhitungan kapasitas kalor es adalah:

1. Kalor sensibel (suhu minus sampai 0°C), es dapat memiliki suhu awal sampai -5 °C (relatif kecil dibanding kalor laten es):

Qs = mes x Cp x Î”T  

2. Pada suhu peleburan 0°C:

QL = mes x QL      

dengan:

Qs    = kalor sensibel es (kJ)

mes    = massa es (kg)

Cp  = Panas jenis es (2,1 kJ/kg.oK)

ΔT   = selisih antara suhu awal es sampai sebelum melebur pada 0 oC

QL    = kalor laten es, 336 kJ/kg.

Sedangkan untuk menghitung kebutuhan es adalah dengan menghitung beban pendinginan meliputi pendinginan ikan, beban pendinginan udara dalam palka, panas transmisi dinding palka dari udara sekeliling, panas akibat buka tutup alat, panas dari palka, serta panas dari sumber lain.

 

Beban pendinginan terbesar adalah dari ikan yang dirumuskan sebagai berikut:

 

Qi = mi x Cp x Î”T  

dengan:         Qi    = kalor sensibel ikan (kJ)

mes  = massa es (kg)

Cp  = Panas jenis ikan (berkisar 0,6 – 0,8 kkal.kg/oC atau 2,51 - 3,35 kJ/kg.oK

sesuai dengan kandungan airnya)

ΔT   = selisih antara suhu awal ikan sampai  0 oC

 

Untuk beban lain relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan beban ikan. Beban transmisi pada prinsipnya dihitung dengan perpindahan panas konveksi dari luar palka ke dalam palka, di dalam palka dihdekati dengan konveksi bebas. Beban infiltrasi dihitung dengan perhitungan massa udara yang masuk ke dalam palka setiap kali palka dibuka. Panas udara dan palka dihitung dengan panas sensibel keduanya dari suhu lingkungan ke suhu 0 oC. 

Sebagai contoh apabila 1 ton ikan akan didinginkan dari suhu awal 27 °C sampai 0 °C maka dibutuhkan kapasitas kalor es sebesar (diasumsi beban ikan saja dengan Cp 3,35 kJ/kg.K):

 Qes = Qi = mi x Cp x Î”T

 = 1000 x 3,35 x (27-0)

 = 90.450 kJ. 

Es yang dibutuhkan (diasumsi kalor es hanya kalor lebur saja): 

Qes ~ QL = mes x QL 

mes  = Qes / QL

 = 90.450 / 336

 = 269,2 kg 

Jika es balok berukuran 60 kg/balok maka dibutuhkan sekitar 5 balok es untuk mendinginkan ikan dari suhu 27 °C ke 0 °C, (beban panas selain ikan tidak dihitung).

 

Penulis : Ahmat Fauzi-LRMPHP

 


Selasa, 15 Desember 2020

MONEV SEMESTER II T.A. 2020 LINGKUP LRMPHP

Monev Semester II T.A. 2020 di LRMPHP 

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) menyelenggarakan Monitong dan Evaluasi (Monev) Semester II T.A.  2020 pada 15 Desember 2020 di Aula LRMPHP secara daring melalui aplikasi zoom.  Monev II T.A. 2020 dibuka oleh Kepala Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) Yayan Hikmayani dan dihadiri oleh Kepala LRMPHP Luthfi Assadad, evaluator kegiatan baik internal maupun eksternal KKP serta seluruh pegawai LRMPHP.

Kepala LRMPHP dalam sambutannya menyampaikan monev ini untuk melengkapi pelaksanaan kegiatan di LRMPHP baik riset maupun manajerial. Disampaikan kegiatan riset T.A. 2020 ada 4 judul yaitu Riset Desain dan Rancangbangun Alat Transportasi Ikan Hidup (ALTIH) Sistem Basah, Rancangbangun Mesin Pengemas Penghasil Bioplastik Ramah Lingkungan, Riset Rancangbangun Alat Sortasi dan Grading Kualitas Rumput Laut, dan Riset Rancangbangun, Introduksi dan Uji terap Skala Terbatas Mini Chilling Storage Menggunakan Biodisel.

Sambutan Monev II 2020 oleh Ka. LRMPHP dan arahan dari Ka. Pusriskan

Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Pusriskan bahwa kegiatan monev sebagai bahan masukan untuk perbaikan pelaporan agar dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi teknologi. Kepala Pusriskan juga mengapresiasi berbagai prestasi yang telah diraih LRMPHP selama tahun 2020 diantaranya dibidang manajerial meraih juara 1 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara (IP ASN) 2019, juara 1 pengelolaan kepegawaian dan juara 2 pengelolaan kinerja lingkup BRSDM KP serta dibidang riset 2 peneliti LRMPHP (Putri Wullandari dan Bakti Berlyanto Sedayu) meraih best presenter pada seminar internasional. Selain itu, Kapuriskan juga mengapresiasi kinerja LRMPHP yang dapat merealisasikan target capaian IKU (Indikator Kinerja Utama) T.A. 2020. 

Paparan riset Monev II dan evaluasinya

Pembahasan Monev II kegiatan riset tahun 2020, diawali dengan pemaparan Riset Desain dan Rancangbangun Alat Transportasi Ikan Hidup (ALTIH) Sistem Basah  oleh Tri Nugroho Widianto dengan evaluator Jaka Trenggana, S.Pi dari  BBPBAT Sukabumi. Masukan yang diberikan evaluator terkait sumber kelistrikan ALTIH dan penempatan panel sensor kualitas air di mobil agar mudah dalam monitoring selama perjalanan. Pada pemaparan kegiatan Riset dan Rancangbangun Mesin Pengemas Penghasil Bioplastik Ramah Lingkungan oleh Putri Wullandari dengan evaluator Dr. Akbar Hanif Dawan A., MT dari LIPI Bandung. Evaluator mengapresiasi alat ini sebagai yang pertama di Indonesia dengan sistem operasional yang mudah dan smart, serta menyarankan agar kapasitas produksi ditingkatkan sesuai kebutuhan pengguna. Pada Riset Rancangbangun Alat Sortasi  dan Grading Kualitas Rumput Laut yang dipaparkan oleh I Made Susi Erawan dengan evaluator Muhammad Fakhurrifqi, M.Cs dari UGM, evaluator memberikan masukan terkait pengambilan gambar untuk data base melaui video. Selanjutnya pada pemaparan Riset Rancangbangun, Introduksi dan Uji terap Skala Terbatas Mini Chilling Storage Menggunakan Biodisel oleh Arif Rahman Hakim dengan evaluator Indro Pranoto, S.T., M.Eng., Ph.D. dari UGM, evaluator menyarankan untuk menghitung analisis keekonomian peralatan yang dibuat.

Sementara itu evaluator internal KKP (Pusriskan) secara umum menyampaikan apresiasinya atas capaian prestasi yang diraih LRMPHP baik dibidang riset maupun manajerial. Prestasi yang diraih tersebut diharapkan dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Evaluator juga menyarankan agar peralatan yang dibuat ini untuk segera diusulkan patennya.

Jumat, 11 Desember 2020

LRMPHP TUTUP AKHIR TAHUN DENGAN 2 PRESTASI

Apresiasi kepada pengelola kepegawaian terbaik 2020 lingkup BRSDM KP

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan, sebagai salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) mempunyai mandat utama melaksanakan riset di bidang mekanisasi pengolahan hasil perikanan.

Selain melaksanakan mandat tersebut, LRMPHP juga melaksanakan kegiatan manajerial untuk mendukung pelaksanakaan tugas fungsi utama riset. Secara berkala, baik kegiatan riset dan manajerial dilakukan pemantauan/monitoring, evaluasi dan penilaian secara berjenjang oleh unit organisasi internal maupun eksternal.

Setelah 3 prestasi di awal dan pertengahan tahun 2020 (http://www.mekanisasikp.web.id/p/prestasi.html), LRMPHP kembali menorehkan 2 (dua) prestasi di bidang manajerial lingkup BRSDM KP. Torehan prestasi ini sekaligus menutup akhir tahun, insya alloh, dengan baik dan gilang-gemilang. Prestasi yang diraih tersebut yaitu juara 1 pengelolaan kepegawaian lingkup BRSDM KP dan juara 3 pengelolaan kinerja lingkup BRSDM KP. Penghargaan atas dua prestasi ini diberikan oleh Kepala BRSDM KP, Prof. Sjarief Widjaja, Ph.D. FRINA dalam pembukaan Rapat Kerja Teknis BRSDM KP di Bogor pada tanggal 10 Desember 2020.

 Dua piagam penghargaan yang ditorehkan LRMPHP

Secara keseluruhan, berikut adalah daftar satuan kerja lingkup BRSDM KP yang mendapatkan penghargaan:

Pengelolaan Kepegawaian

1. Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

2. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

3. BPPP Tegal

Pengelolaan/Rekonsiliasi Kinerja

1. SUPM Bone

2. Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

3. Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan - Bantul

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

1. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

2. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

3. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Kehumasan

1. Top Tweets : Balai Riset dan Observasi Laut

2. Top Facebook : Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir

3. Top Instagram : Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir

4. Top Youtube : Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

5. Top Tweet Engagement : Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP

6. Unit Pelayanan Publik Terinovatif : BPPP Tegal


Rabu, 09 Desember 2020

Energi Pengolahan Bioplastik

Bioplastik (Sumber gambar: https://bioplasticsnews.com/)

Produksi bioplastik mengalami kenaikan setiap tahunnya meskipun jumlahnya masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan plastik konvensional yang merupakan turunan minyak bumi. Plastik ramah lingkungan masih didominasi oleh bahan polyethylene terephthalate (PET), polyethylene (PE), PLA, PHA, dan campuran pati lainnya. Untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi dan bersaing dengan plastik konvensional maka dibutuhkan metode yang efisien untuk pengolahan bioplastik. Konsumsi energi merupakan salah satu parameter yang perlu dipertimbangkan. Kajian yang dilakukan oleh peneliti Universitas Braunschweig, Jerman seperti disampaikan pada The 24th CIRP Conference on Life Cycle Engineering menganalisis secara empiris kebutuhan energi pada pengolahan beberapa jenis bioplastik antara lain PLA (polylactic acid), PHBV (Polyhydroxybutylvinyl), CA (Cellulose Acetate) dan PP (Poly-Propylene) sebagai pembanding.  Kajian ini menitik beratkan pada pengolahan bioplastik menggunakan teknik injection moulding.

Teknik injection moulding terdiri dari dua tahapan utama yaitu preprocessing dan processing. Tahap preprocessing pada pengolahan bioplastik antara lain adalah pengeringan. Proses pengeringan perlu dilakukan karena bioplastik memiliki sifat menyerap kelembapan udara. Terdapat tiga parameter utama dalam proses ini yaitu waktu pengeringan, kebutuhan energi oven, dan bahan bioplastik yang digunakan. Jenis bioplastik yang digunakan berpengaruh terhadap waktu pengeringan dan suhunya. Sementara kenaikan suhu dan waktu pengeringan menyebabkan kenaikan kebutuhan energinya. Oleh sebab itu karakteristik bahan bioplastik sangat berpengaruh terhadap kebutuhan energi pada proses pengeringan. Analisis kebutuhan energi pada tahap processing difokuskan pada dua proses utama yaitu pemanasan (warm up) dan injection moulding. Proses pemanasan mesin injection moulding membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini sangat bergantung pada jenis mesin dan karakteristik bahan yang digunakan.

Berdasarkan kajian secara empiris masing-masing bahan memiliki kebutuhan energi yang berbeda-beda pada tiap tahapan proses injection moulding. Namun untuk total kebutuhan energi pada proses injection moulding tidak jauh berbeda. Bahan bioplastik dengan kebutuhan energi paling tinggi adalah PLA. Hal ini karena waktu dan suhu pada setiap tahapan proses berngaruh terhadap  kebutuhan energi. PLA memiliki waktu pengeringan yang cukup tinggi yaitu 8 jam dan titik leleh 170oC. Akan tetapi kebutuhan energi PLA masih lebih rendah jika dibandingkan dengan PP.


Penulis : Toni Dwi Novianto - LRMPHP