Sumber :
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-reaksi-maillard
Tentu kita sudah bisa membayangkan lezatnya sepotong ikan bakar yang terhidang di meja makan dari bau aroma yang semerbak. Tanpa bumbu seperti kecap, ikan bakar akan terlihat warna karamel kecoklatan dan rasa gurih dan sedikit manis. Tapi tulisan ini bukan untuk membahas jenis ikan apa yang paling lezat atau restoran mana yang memiliki citarasa yang paling dahsyat. Kita akan sedikit belajar tentang sebuah reaksi kimia yang mengubah bau ikan yang amis menjadi sebuah makanan surgawi. Reaksi itu bernama Reaksi Maillard.
Dalam buku berjudul Reaksi Maillard, Pembentuk Citarasa dan Warna Produk Pangan yang di karang oleh Rini Hustiany (2016) terbitan LMU Press, secara umum dijelaskan bahwa Reaksi Maillard adalah reaksi antara gula pereduksi dengan asam amino saat bahan dipanaskan. Menurut catatan, reaksi ini pertama kali disadari oleh Louis-Camille Maillard pada tahun 1912 pada saat dia melakukan penelitian terhadap perubahan warna coklat pada pemanasan gula dan lisin. Seiring berkembangnya ilmu, pemahaman mengenai Reaksi Maillard semakin komplek. Dari berbagai variasi pemahaman Hodge (1953) berhasil menjelaskan urutannya dalam sebuah skema reaksi kimia sederhana. Tahap pertama adalah penambahan gugus karbonil dari gula tereduksi ke asam amino yang menghasilkan senyawa amadori. Tahap kedua dekomposisi senyawa amadori tersebut membentuk senyawa karbonil, senyawa volatile dan non volatile dengan berat molekul rendah. Tahap akhir adalah konversi senyawa karbonil menjadi produk berberat molekul tinggi.
Lalu senyawa apa sebenarnya yang sampai di indera kita dan membangkitkan rasa lapar tersebut? Senyawa tersebut dinamakan citarasa hasil Reaksi Maillard. Secara sederhana terdapat tiga kelompok senyawa yang dihasilkan dalam reaksi tersebut. Pertama adalah senyawa oksigen heterosiklik dimana senyawa ini dapat menimbulkan citarasa karamel dan sedikit rasa manis. Kedua adalah senyawa bersulfur, dimana senyawa ini akan membentuk aroma daging dan sangraian kopi. Sehingga senyawa ini dominan ditemui pada produk olahan daging dan biji kopi. Yang ketiga adalah nitrogen heterosiklik. Kelompok ketiga ini banyak didominasi oleh senyawa volatile dan sebagai senyawa dominan yan gmembentuk citarasa makanan. Kelompok ketiga ini akan menghasilkan aroma sangraian biji bijian (kopi, kacang-kacangan, kakao), aroma roti yang dipanggang, aroma daging yang dipanggang dan digoreng, rasa pahit pada sangraian kopi.
Penulis : Koko Kurniawan - LRMPHP