PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Rabu, 08 September 2021

Sharing Session : Peningkatan Imunitas Tubuh dengan Fukoidan dari Sargassum

Pemaparan materi sharing session oleh Iwan Malhani Al Wazzan, S.Pi, M.Sc

Peneliti LRMPHP Bantul, Iwan Malhani Al Wazzan, S.Pi, M.Sc menjadi narasumber pada kegiatan Sharing Session BRSDMTV yang ditayangkan secara live streaming dari studio LRMPHP melalui link https://www.youtube.com/c/BRSDMTV, 8 September 2021. Sharing session ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Sumber Daya Manusia, Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) sebagai salah satu ajang berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman.  Pada sharing session ini, Iwan Malhani Al Wazzan, S.Pi, M.Sc menyampaikan materi “Peningkatan Imunitas Tubuh dengan Fukoidan dari Sargassum”. 

Dalam paparannya, narasumber menjelaskan salah satu upaya untuk meningkatkan imunitas tubuh dimasa pandemi selain rajin berolahraga, makan makanan bergizi seimbang dan istirahat yang cukup juga diperlukan suplemen tambahan. Salah satu suplemen yang berfungsi sebagai immunomodulator, yaitu zat yang mempunyai kemampuan dalam mengatur sistem imun tubuh, baik yang berefek meningkatkan maupun menekan sistem imun, adalah fukoidan.

Fukoidan merupakan polisakarida yang sebagian besar tersusun oleh rantai fukosa dan gugus sulfat, oleh sebab itu sering disebut juga dengan polisakarida sulfat. Polisakarida ini adalah salah satu penyusun dinding sel pada alga coklat. Salah satu spesies alga coklat yang kelimpahannya cukup banyak di Indonesia dan pemanfaatannya sejauh ini belum optimal yaitu Sargassum sp. Fukoidan Sargassum sp. ini diperoleh dengan cara mengekstraknya. 

Hasil studi menyatakan bahwa fukoidan Sargassum sp. memiliki beberapa aktifitas biologis dan salah satunya adalah immunomodulator. Fukoidan Sargassum sp. mampu meningkatkan respon imun dengan cara mengaktivasi neutrofil, sel NK, mengupregulate produksi sitokin pro-inflamasi (IL-6, IL-8, dan TNF-α) dan menunda apoptosis spontan pada sel-sel tersebut. Fukoidan berinteraksi dengan toll-like receptors(TLRs), yaitu TLR-2 dan TLR-4, yang akan mengaktifasi signaling pathway NF-kB yang menyebabkan peningkatanproduksi sitokin, kemokin, dan ekspresi molekul MHC. NF-kB adalah faktor transkripsi utama yang mengatur gen yang bertanggung jawab untuk respon imun bawaan dan adaptif. 

Secara umum, fukoidan mempercepat proses penyingkiran patogen dengan mengaktivasi sel natural killer (NK), menstimulasi faktor-faktor antiviral inang, dan membantu produksi sel dendritik. Fukoidan juga mampu menunda apoptosis spontan pada sel-sel pertahanan tubuh sehingga mampu “memperpanjang umur” sel-sel tersebut sehingga tubuh selalu dalam keadaan siap ketika terjadi infeksi. Seperti inilah mekanisme immunomodulator yang dilakukan oleh fukoidan.  

Kemampuan fukoidan dalam mediasi sel yang kuat dan kemampuan meningkatkan respons imun yang baik sebenarnya sangat menjanjikan menjadikan fukoidan memiliki potensi digunakan sebagai adjuvan dalam pengembangan vaksin. Adjuvan merupakan sebuah substansi bioaktif, yang dapat membantu meningkatkan respons imun bersamaan dengan antigen yang terkandung dalam vaksin. Polisakarida sulfat memiliki efek yang menjanjikan dalam meningkatkan respons imun antigen-specific dan meningkatkan imunitas inang dengan sifatnya yang non-toksik, non-mutagenik, biodegradable, dan biocompatible. Fukoidan juga dapat dimanfaatkan untuk membantu terapi tukak lambung, ulcerative colitis dan infeksi H. pylori. Bioaktifitas fukoidan yang lain yaitu anti oksidan, antiinflamasi, antiviral, antitumor dan antikoagulan. 

Fukoidan telah tersedia di pasaran sebagai suplemen yang dijual bebas, akan tetapi bukan dari jenis Sargassum sp. melainkan dari spesies Laminaria japonica. Proses ekstraksi yang rumit lama dan mahal menyebabkan harga jual suplemen ini juga relatif mahal sehingga hanya digunakan oleh kelas masyarakat tertentu saja. Potensi fukoidan yang demikian besar, hanya bisa termanfaatkan secara luas jika didorong dengan studi mengenai ekstraksi yang mudah dan murah serta pemanfaatan bahan baku yang melimpah di Indonesia seperti Sargassum sp.


Minggu, 05 September 2021

Neptune TV KKP Kini Hadir di IndiHome TV

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperluas jangkauan penonton Neptune TV yang berisi video-video literasi dan sosialisasi kebijakan di bidang kelautan dan perikanan. Bila sebelumnya hadir di aplikasi video MAXStream, Neptune TV kini dapat disaksikan pada layanan IndiHome TV.

"Setelah beberapa bulan lalu hadir di aplikasi MAXStream, kami siap membawa konten yang ada di Neptune TV ke level berikutnya yakni layar kaca dengan jangkauan audiens lebih luas dan besar," ujar Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik, Doni Ismanto di Jakarta, Sabtu (4/9/2021).

Konten-konten Neptune TV dapat disaksikan dalam dua layanan, yaitu di channel in-house IndiHome (channel utama penayangan di Ruang Trampil dan terdapat pula di UseePhoto dan UseePrime), dan Video on Demand (VOD). Keduanya dapat disaksikan di IPTV IndiHome TV ataupun melalui Over The Top (OTT) IndiHome TV yaitu Website useetv.com dan aplikasi UseeTVGo. 

Konten Neptune TV tayang perdana di Channel Ruang Trampil pada Sabtu 4 September 2021 pukul 19.30 WIB. Webseries Intuisi episode 1 dan dokumenter Recirculating Aquaculture System (RAS) Menuju Perikanan Budidaya Berkelanjutan menjadi pembuka konten-konten Neptune TV selanjutnya. Sesuai jadwal, konten Neptune TV akan tayang setiap Senin - Jumat pukul 12.30 WIB dan setiap Sabtu - Minggu pukul 19.30 WIB. 

Doni menambahkan, kehadiran Neptune TV di kanal layanan IndiHome tentunya sangat dinantikan sebab penyebaran informasi mengenai sektor kelautan dan perikanan dapat lebih masif tersampaikan ke masyarakat. Dengan demikian, dia berharap literasi dan kecintaan masyarakat pada sektor kelautan dan perikanan semakin tinggi. 

Selain itu, hadirnya Neptune TV di layanan IndiHome akan memudahkan masyarakat dalam mengawasi program dan kebijakan yang dijalankan kementerian yang dinakhodai oleh Sakti Wahyu Trenggono tersebut. 

"IndiHome memiliki 8,3 juta pengguna dengan dominasi rumah tangga yang akses konten melalui TV atau tablet dan smartphone tentu merupakan audiens yang layak menikmati Neptune TV dengan materi seputar kelautan dan perikanan," pungkas Doni. 

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar pada saat merilis kolaborasi tayangan konten edukasi sektor kelautan dan perikanan di MAXStream pada akhir April 2021 silam mengatakan bahwa upaya kehumasan KKP berkolaborasi memperluas jangkauan audiens adalah bentuk konkret stratejik dalam rangka menyosialisasikan kebijakan, menyebarluaskan pesan atau informasi serta mengedukasi masyarakat mengenai kebijakan hingga program-program kerja KKP kepada masyarakat. 

Sebagai informasi, konten video literasi dan sosialisasi kebijakan Neptune TV juga dapat dinikmati di layanan streaming video OTT MAXStream. Sejak April 2021 hingga saat ini, sudah ada 56 video tentang kelautan dan perikanan yang dapat disaksikan di layanan tersebut.


Sumber : kkp


Kamis, 02 September 2021

Isu Lingkungan dan Keamanan Amonia sebagai Refrigerasi Produk Kelautan dan Perikanan

Refrigeran ramah lingkungan (Sumber: https://www.green-cooling-initiative.org/green-cooling/technology)
Beberapa bulan terakhir kita dibanjiri berita kebakaran hutan, banjir bandang, pelelehan es di kutub dan masih banyak lagi kejadian yang jarang atau bahkan belum pernah terjadi sebelumnya. Apakah ini kebetulan ataukah ini sudah diprediksi? Iya, hal ini sudah diprediksi, kejadian-kejadian tersebut adalah akibat perubahan iklim global. Banyak platform berita Internasional diantaranya Science BBC News (19/08/2021) menurunkan berita “CFC ban bought us time to fight climate change, say scientists”. Theguardian.com/environment/ (19/08/2021) dengan judul “Saving Ozone layer has given humans a chance in climate crisis study”, yang secara jelas mengungkapkan salah satu penyebab perubahan iklim global ialah penggunaan bahan refrigeran salah satunya CFC. Chlorofluorocarbons (CFC) meski sudah dilarang penggunaannya, namun bahan penggantinya berupa Hydrochlorofluorocarbons (HCFC) dan Hydrofluorocarbons (HFC) tetap memberikan dampak buruk pada lingkungan karena nilai ODP (Ozone Depletion Potential) maupun GWP (Global Warming Potential) yang tinggi. Material-material tersebut secara umum digunakan sebagai bahan utama refrigeran dalam sistem pendinginan. 

Di bidang perikanan terutama teknologi pasca-panen, penggunaan refrigeran menjadi bagian tidak terpisahkan dari teknologi pendinginan. Refrigeran adalah fluida yang digunakan dalam sistem refrigerasi kompresi uap dan berfungsi membawa panas dari suatu bahan atau ruang agar menjadi dingin lalu dilepaskan ke atmosfir. Selama proses perpindahan panas, refrigeran berulang kali diubah menjadi uap ketika menyerap panas dan menjadi cair ketika melepaskan panas ke atmosfir.    

Semua bahan refrigeran sintesis berkontribusi terhadap perubahan iklim, sebagian dengan GWP ribuan kali lebih tinggi dibandingkan CO2. Para ilmuwan menawarkan solusi yang bisa digunakan diantaranya mengganti refrigeran sintesis dengan bahan yang lebih alami (natural refrigerant) yaitu bahan-bahan yang secara alami baik siklus kimia maupun biologis terproses di alam. Saat ini, menurut Abas et al. dalam reviewnya berjudul “Natural and synthetic refrigerants, global warming: A review” yang dimuat pada Jurnal Renewable and Sustainable Energy Reviews tahun 2018, natural refrigerant yang secara luas sudah diaplikasikan pada sistem pendingin kompresi uap saat ini antara lain adalah amonia. 

Amonia (simbol kimia NH3, nama komersial R717) adalah material berbentuk gas pada tekanan atmosfir dan merupakan bahan yang ideal sebagai refrigeran dengan sifat ramah lingkungan karena memiliki nilai 0 untuk ozone depletion potential (ODP) dan global warming potential (GWP). Amonia cukup terkenal dimasyarakat sebagai bahan pembersih rumah tangga, pupuk dan produk lain. Amonia juga dikenal memiliki karakter khas yaitu bau yang menyengat. Dalam klasifikasi keamanan, amonia termsuk golongan B2 yang diartikan memiliki toksisitas yang tinggi dan resiko kebakaran tingkat sedang. Amonia kompatibel dengan beberapa zat pelumas lain dalam sistem pendingin, tetapi tidak semua. Terutama, amonia tidak cocok untuk digunakan bersama dengan pelumas polyolester (POE) dan polyvinyl ether (PVE), dan hanya memiliki aplikasi terbatas dengan pelumas polyalkylene glycol (PAG). Hal ini diungkap oleh Lommers, tahun 2003 pada artikel “Air Conditioning and Refrigeration Industry Refrigerant Selection Guide; AIRAH”.

Menurut Lindborg dalam paparan presentasi berjudul “Evaluating progress towards developing safe, cost-effective ammonia cooling systems” pada seminar Alternative Cooling Technologies conference presentation, London, 1 February, 2005, menjelaskan amonia adalah satu-satunya refrigeran yang memiliki bau khas yang kuat. Ketika disebutkan amonia, seringkali ada reaksi negatif dengan pendapat yang menyatakan bahwa itu berbahaya, beracun dan mudah meledak serta memiliki bau yang tidak sedap, padahal bau dari amonia justru bisa menjadi sebuah keunggulan karena kebocoran kecilpun akan segera ditemukan dan kemudian bisa diperbaiki. Sedangkan sifat lain amonia sebagai refrigeran dibandingkan bahan lainnya terangkum pada Tabel 1. Dimana secara termodinamika dan lingkungan amonia lebih unggul. 

Lebih lanjut Linborg, mengatakan bahwa disebutkan amonia merupakan senyawa toksik, sebenarnya dalam jumlah kecil amonia juga akan ditemui pada hal-hal umum sehari hari. Segelas air minum mengandung 1 mg amonia, 200 g daging sapi panggang mengandung 13 mg amonia dan beberapa bahan tambahan makanan yang mengadung kurang lebih 18 mg amonia. Bahkan asap rokok dan uadara yang kita hirup pun terdapat kandungan amonia. Hal ini menggambarkan, sesungguhnya tubuh manusia bisa mengatasi paparan amonia dalam jumlah kecil. Pada data sheet keamanan amonia-anhydrous terbitan A-Gas Australia, tahun 2005, secara umum kandungan 20 ppm dalam atmosphere dan tidak membahayakan, lebih dari 50 ppm akan menghasilkan bau yang tajam, terpapar amonia 700 ppm menyebabkan kulit terbakar dan kerusakan mata, bila terkena dalam jumlah 5000 ppm atau lebih menyebabkan kematian hanya dalam waktu 5 menit. Jadi amonia hanya akan sangat membahayakan bisa terkena ke tubuh dalam jumlah yang sangat besar. 

Selama bertahun-tahun amonia menjadi pilihan utama oleh industri besar sebagai refrigeran baik proses pendinginan maupun penyimpanan beku. Dalam beberapa tahun terakhir, fokus penggunaan amonia semakin luas yaitu aplikasi untuk sistem pendingin skala kecil. Alasan utama dari hambatan penerapaan amonia untuk sistem pendingin skala kecil adalah biaya awal instalasi yang diperkirakan hampir mencapai 250% dibandingkan refrigeran fluorocarbon umumnya. Namun demikian, sistem pendingin berbasis amonia lebih efisien yang menghasilkan penghematan dalam biaya operasional. Hal ini diungkapkan oleh Mundie dalam presentasi di Alternative Cooling Technologies conference presentation, London, February 1, 2005. Dengan judul “Exploring the extent to which ammonia is viable as a widespread commercial alternative to HFCs”. 

Amonia merupakan alternative yang sangat efisien dibandingkan dengan refrigeran jenis fluorocarbon terutama untuk bidang aplikasi industri pendinginan. Selain itu sifat lingkungannya juga sangat menguntungkan. Kekhawatiran memang ada, terkait penggunaan amonia yang aman karena sifat toksisitas dan sifat mudah terbakarnya. Namun, menurut Claire, H et al. Department of Environment and Water Resources. Dalam artikelnya berjudul “Natural Refrigerant Case Studies. Australian Institute of Refrigeration, Air Conditioning and Heating” tahun 2005, banyak kemajuan telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir untuk meminimalkan risiko tersebut, termasuk menggunakan amonia bersama dengan pendingin lain untuk mengurangi dan mengisolasi muatan amonia, dan penggunaan peralatan yang semakin canggih untuk mengatasi sisi negatif dari amonia.

Teknologi pasca-panen perikanan yang berkelanjutan harus memperhatikan aspek lingkungan disamping aspek ekonomi. Kedepan saat regulasi pemerintah terhadap HFC akan semakin ketat dan ini akan memacu teknologi-teknologi baru dalam penggunaan amonia sebagai refrigeran alami. Jika digunakan dengan benar, amonia tidak hanya memiliki tingkat keamanan yang baik tetapi juga memberikan keuntungan yang tinggi. Oleh karena itu bidang perikanan juga harus berkontribusi dalam menghambat laju perubahan iklim dan itu bisa dimulai dengan menggunakan refrigeran amonia dalam sistem pendinginan pada semua skala.


Penulis : Arif Rahman Hakim - LRMPHP


Senin, 30 Agustus 2021

Wisata MINAPADI, Destinasi Wisata Baru Indonesia

 Apa itu minapadi ?

Minapadi terdiri dari dua kata yaitu mina dan padi. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa mina diambil dari arti kata ikan dan padi merupakan tumbuhan yang menghasilkan beras. Secara sederhana minapadi merupakan teknologi penggabungan budidaya padi dan ikan. Di Indonesia teknologi ini berawal ketika sawah para petani telah dipanen, waktu menunggu penanaman padi berikutnya digunakan untuk memelihara ikan di lahan sawah mereka. Seiring dengan perkembangan ilmu pentgetahuan para petani, proses pemeliharaan ikan dari yang pertama terpisah dengan penanaman padi, mulai berkembang menjadi proses pemeliharaan ikan seiring dengan penanaman padi.

Dalam buku Dari Lereng Merapi Menyentuh Dunia tahun 2020, Frans Hero Making menyebutkan bahwa teknologi minapadi yang sering digunakan petani pada saat ini adalah teknologi minapadi kolam dalam (MinKoDal), dan minapadi jajar lego dowo (minapadi jajar legowo). Kedua teknologi ini melakukan kegiatan budidaya ikan dan padi secara bersamaan. Keduanya memiliki kolam di lahan sawah yang digunakan sebagai tempat budidaya ikan. Hal yang membedakan adalah posisi dan jarak penanaman padi di lahan seperti terlihat pada Gambar 1. Pada MinKoDal padi ditanam dengan jarak yang biasanya dilakukan, sedangkan pada jajar legowo tanaman padi dirapatkan untuk menambah kuantitas padi yang ditanam dan jalan untuk ikan bergerak. 

Gambar 1. Perbandingan jarak padi MinKodal (a) dengan Jajar Legowo(b) 

Apa minapadi sustainability ?

Pada tahun 2020 Siregar dkk dalam tulisan yang diterbitkan di E3S Web of Conferences menuturkan terdapat sebuah kontradiksi mengenai minapadi. Hal tersebut ialah teknologi yang menguntungkan petani secara ekonomi, lingkungan yang akan terjaga dari pencemaran pupuk dan pestisida tetapi penggunaan teknologi ini masih rendah khususnya di Indonesia. Selain kurangnya informasi yang didapatkan mengenai teknologi minapadi ini terdapat kendala yang menyebabkan petani belum mengadopsi teknologi ini. Adapula studi yang membahas petani yang berhenti menggunakan teknologi ini karena kendala yang dihadapi seperti faktor alam, dan faktor ekonomi. Faktor alam yang dihadapi berupa rubuhnya kolam yang dibuat, dan juga hama. Faktor ekonomi yang dihadapi lebih pada modal yang diperlukan untuk membeli bibit dan pangan ikan.

Pada pertemuan dunia tahun 1980-an, telah disepakati keberlanjutan merupakan merupakan kesinambungan antara sektor ekonomi, sosial dan lingkungan. Terlihat pada kasus minapadi di atas terdapat ketidaksinambungan pada faktor ekonomi dan faktor lingkungan. Selain itu juga terdapat potensi ketidaksinambungan pada faktor sosial, hal ini dapat terpicu dari pembagian air di sawah. Dari pelbagai permasalahan minapadi tersebut, minapadi tetap memiliki potensi untuk menghasilkan pangan disaat lahan pertanian berkurang. Untuk itu diperlukan inovasi yang terus dilakukan agar teknologi ini menjadi teknologi keberlanjutan. Inovasi yang telah dilakukan antara lain memperluas core bisnis yang dilakukan oleh petani. Seperti yang dilakukan pengelola minapadi yang ada di Sawah Lega, Sukabumi, Jawa Barat dan Samberembe, Sleman, Yogyakarta. Bila pada minapadi petani menambah budidaya ikan sebagai core bisnis-nya, kedua tempat tersebut menambah wisata sebagai salah satu core bisnis. Wisata dianggap menjadi core bisnis yang ideal, karena penggunaan modal dan tenaga yang efisien sedangkan revenue yang didapat tinggi.


Penulis : Zaenal Arifin Siregar - LRMPHP


Kamis, 26 Agustus 2021

KKP Luncurkan Aplikasi PILAR, Menteri Trenggono: Transformasi Digital untuk Tingkatkan Kualitas Layanan

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meluncurkan aplikasi Pintu Layanan Terpadu atau PILAR sebagai wujud transformasi digital dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat. Peluncuran berlangsung secara luring dan daring di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, pada Rabu (25/8/2021) sore. 

"Digitalisasi untuk meningkatkan layanan publik adalah langkah yang harus dipilih setiap kementerian dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan kepada masyarakat," ujar Menteri Trenggono dalam sambutannya. 

Transformasi digital yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan menerapkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik dan mendukung Satu Data Indonesia. 

Menteri Trenggono menjelaskan, pelayanan publik yang prima harus didukung oleh data yang lengkap agar kebijakan yang dirumuskan dan diambil lebih terarah dan tepat sasaran. Data yang dimaksud di antaranya data masyarakat kelautan dan perikanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, serta sarana dan prasarana yang ada. 

“Pengetahuan sebaran dan profil masyarakat perikanan menjadi penting dalam merumuskan kebijakan. Solusi digital berperan dalam percepatan pendataan dan penguatan kualitas data. Oleh karena itu, salah satu instruksi pertama saya di KKP adalah segera mendata para pelaku usaha beserta sarana usaha yang dimiliki,” ujarnya. 

Peluncuran aplikasi berbasis mobile tersebut menjadi salah satu jawaban kemudahan percepatan dan perluasan jangkauan pendataan yang dimaksud. Masyarakat kelautan dan perikanan dapat melakukan registrasi mandiri dan data terkonfirmasi secara online dengan data DUKCAPIL. 

Data dari aplikasi tersebut memudahkan masyarakat kelautan dan perikanan untuk memiliki Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA). Kartu ini menjadi acuan KKP dalam proses perizinan, penyaluran program bantuan dan pemberdayaan masyarakat, salah satunya dalam penyaluran BBM bersubsidi untuk nelayan. 

Langkah transformasi digital sekaligus untuk mendukung rencana kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara terukur guna mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekologi dan ekonomi serta keberlanjutan sumber daya perikanan nasional. Kebijakan ini merupakan implementasi model Ekonomi Biru yang ditargetkan menciptakan distribusi pertumbuhan wilayah dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara nasional, serta menjaga kesehatan lingkungan kelautan dan perikanan.

Menteri Trenggono turut memaparkan bahwa sistem kerja administrasi dalam Kementerian Kelautan dan Perikanan juga harus dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, tidak hanya aplikasi PILAR, KKP juga meluncurkan aplikasi dokumen digital untuk kinerja internal yang efisien, transparan dan akuntabel.

“Salah satu faktor penting dalam transformasi digital adalah adanya pengelolaan dokumen, proses pengadaan barang dan jasa, sistem barang persediaan yang terencana secara baik dan transparan, serta pemantauan dan pengawasan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu,”pungkasnya. 

Sebagai informasi, aplikasi dokumen digital yang diluncurkan antara lain e-layar untuk persuratan. Kemudian e-report untuk pengelolaan pengadaan barang/jasa , e-gudang untuk dalam pengelolaan barang persediaan, dan e-dalwas untuk mengelola pelaporan kegiatan. 

Turut hadir dalam acara Ketua Komisi Informasi Pusat, jajaran pejabat tinggi Kementerian PANRB, Badan Pemeriksa Keuangan, KSP dan KKP secara daring dan luring.

 


Sumber : KKP


Selasa, 24 Agustus 2021

Peneliti LRMPHP Ikuti Semnas Himpenindo DIY 2021

Peneliti LRMPHP menikuti Semnas Himpenindo DIY 2021 secara virtual

Peneliti LRMPHP mengikuti seminar nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) D.I Yogyakarta, 24 Agustus 2021. Keikutsertaan dalam seminar ini untuk berbagi ilmu pengetahuan dan teknologi serta melakukan diskusi dan penyebarluasan  hasil kegiatan penelitian. 

Seminar Nasional Himpenindo dengan tema “Inovasi dan Teknologi pada Masa Pandemi Covid-19” dilaksanakan secara virtual (online) menghadirkan pembicara utama, pembicara undangan dan pemakalah yang berasal dari berbagai institusi di Indonesia. Pembicara utama dalam seminar ini adalah Bapak Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana (Guru Besar FMIPA UGM) sebagai Inventor GeNose Covid-19 dan Bapak Dr. Mego Pinandito, M.Eng: Sekretaris Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Makalah yang dipresentasikan dalam seminar ini meliputi tema yang berkaitan dengan penerapan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan jaminan social, budaya dan ekonomi masyarakat dimasa pandemi Covid-19, penerapan inovasi dan teknologi untuk mendorong kemandirian bangsa dimasa pandemic Covid-19, dampak lingkungan dimasa pandemi Covid-19, serta politik dan kebijakan dalam penanganan pandemik Covid-19. 

Peserta seminar Himpenindo ini diharapkan memperoleh manfaat yang besar dari kegiatan ini, sehingga mampu mewujudkan atmosfer riset yang baik dan budaya riset yang kokoh, berkelanjutan dan berkualitas sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masa-masa sulit pandemi Covid-19.


Senin, 23 Agustus 2021

MENGUPAS JANTUNG PENDINGIN TEC PADA ALTIS-2

Alat transportasi ikan segar (ALTIS-2) adalah sarana untuk membawa dan mendistribusikan ikan segar untuk pedagang ikan keliling. Alat ini telah dikembangkan oleh Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan pada beberapa tahun sebelumnya. Alat ini dilengkapi dengan pendingin sehingga mampu mempertahankan mutu ikan segar. Pendingin ALTIS menggunakan sistem pendingin termoelektrik (TEC) dengan komponen utama elemen peltier (Gambar 1.)  dengan sumber arus DC. 

Gambar 1. Elemen peltier (Sumber : lairdthermal.com)

Menurut Mansur yang telah melakukan penelitian skripsi pada tahun 2010, pendingin termoelektrik memiliki beberapa kelebihan antara lain ketahanan alat yang baik, tidak menimbulkan suara, tidak adanya bagian mekanikal yang bergerak sehingga tidak menimbulkan getaran. Selain itu pendingin termoelektrik memiliki ukuran yang kecil, ringan, perawatan yang mudah dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan refrigerant yang dapat merusak ozon. Termoelektrik juga dapat digunakan pada lingkungan yang sensitif, tidak adanya ketergantungan terhadap posisi peletakan dan ketelitian temperatur kontrol ± 0.1oC dapat dicapai. Sedangkan kelemahan termoelektrik adalah efisiensi yang rendah dan adanya kondensasi pada suhu tertentu. Sehingga sampai saat ini pendingin termoelektrik hanya efektif pada aplikasi untuk objek pendinginan dengan daya yang kecil. 

Prinsip kerja pendingin termoelektrik salah satunya disampaikan oleh Sugiyanto yang disampaikan dalam tulisan skripsinya pada tahun 2008 di Universitas Indonesia. Disampaikan bahwa prinsip kerja pendingin peltier berdasarkan efek peltier yaitu ketika arus DC dialirkan ke elemen peltier yang terdiri dari beberapa pasang sel semikonduktor tipe p (semikonduktor yang mempunyai tingkat energi lebih rendah) dan tipe n (semikonduktor yang mempunyai tingkat energi lebih tinggi), akan mengakibatkan salah satu sisi elemen peltier menjadi dingin (kalor diserap). Sedangkan sisi yang lain akan menjadi panas (kalor dilepas). Sisi elemen peltier yang menjadi panas dan dingin tergantung dari arah aliran listrik yang melaluinya.  Hal yang menyebabkan sisi elemen peltier menjadi dingin adalah mengalirnya elektron dari tingkat energi yang lebih rendah pada semikonduktor tipe p menuju tingkat energi yang lebih tinggi pada semikonduktor tipe n. Supaya elektron tipe p yang mempunyai tingkat energi yang lebih rendah dapat mengalir, maka elektron tersebut menyerap kalor yang  mengakibatkan sisi tersebut menjadi dingin. Sedangkan pelepasan panas ke lingkungan terjadi pada sambungan sisi panas, dimana elektron mengalir dari tingkat energi yang lebih tinggi (semikonduktor tipe n) ke tingkat energi yang lebih rendah (semikonduktor tipe p). Untuk dapat mengalir ke semikonduktor tipe p, kelebihan energi pada tipe n dibuang ke lingkungan sehingga sisi tersebut menjadi panas. Skema aliran panas pada elemen peltier disajikan dalam Gambar 2. 

Gambar 2. Skema aliran panas elemen peltier (Sumber : melcore.com)

Serangkaian pengujian jumlah peltier dan cara penyusunan dalam ALTIS-2 telah dilakukan LRMPHP. Susunan jumlah dan cara penyusunan sangat tergantung dari luasan kabin pembawa ikan, lama transportasi maupun ketersedian sumber energy pada sepeda motor. Pada penggunaan jumlah sistem pendingin yang sama, penyusunan elemen peltier tunggal didapatkan capaian suhu yang lebih rendah, namun membutuhkan energi yang lebih besar. Capaian suhu ruang peti insulasi pada penggunaan dua buah elemen ganda, dua buah elemen tunggal dan empat buah elemen tunggal berturut-turut 18,8, 13,5 dan 8,5 oC. Sedangkan kebutuhan energi masing masing perlakuan sebesar 45, 83 dan 166 Watt. 


Penulis : Tri Nugroho Widianto - LRMPHP