Minapadi Samberembe, Sleman D.I. Yogyakarta
Dalam buku Dari Lereng Merapi Menyentuh Dunia tahun 2020, Frans Hero Making menyebutkan sebuah foto minapadi yang berasal dari Sleman tersebar di Facebook pada tahun 2015 menjadi inspirasi bagi petani tersebut untuk berinovasi. Setelah foto tersebut beredar luas di masyarakat, banyak kunjungan berdatangan untuk mempelajari teknologi minapadi. Tidak hanya masyarakat biasa, orang dalam negeri, bahkan pejabat dan orang dari mancanegara perwakilan dari organisasi pangan dunia Food and Agriculture Organization (FAO) berkunjung ke Sleman. Petani tersebut berinisiatif mengumpulkan kelompok-kelompok yang ada seperti kelompok petani, kelompok perikanan, dan tokoh masyarakat untuk membuat sebuah kampong wisata yang disebut Kampung Minapadi Samberembe.
Bertambahnya core bisnis petani tersebut mengakibatkan perubahan pada pendapatan yang diterima petani. Hal lain yang berubah adanya manajemen yang lebih teratur untuk membagi pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan-pekerjaan baru yang muncul antara lain penyediaan parkir tamu pengunjung, pengedukasi tamu mengenai minapadi, dan penyediaan kebutuhan konsumsi bagi pengunjung. Pembagian juga terjadi pada kelompok yang mengelola padi dan ikan, mereka membagi keuntungan dan kewajiban di daerah wisata tersebut. Keuntungan yang didapatkan dari daerah wisata ini dapat memotong jalur distribusi penjualan ikan dan padi. Hasil panen ikan dan padi dapat langsung dijual pada konsumen tanpa melalui pihak lain. Untuk memenuhi tenaga penjualan tersebut para wanita dari istri petani diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pengunjung, sehingga keluarga petani mendapatkan penghasilan tambahan juga. Dengan adanya pengunjung dari luar daerah menumbuhkan kesadaran kelompok petani untuk menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan daerah Samberembe. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan penataan sawah yang terlihat berubah sejak menjadi tempat wisata. Perubahan ini tidak terlepas dari peran organisasi di luar petani yang melihat potensi daerah wisata ini. Potensi kota Yogyakarta sebagai kunjungan wisata menjadi dasar ketertarikan pihak swasta memberikan penanaman modal pada daerah wisata Kampung Minapadi tersebut. Pemerintah ikut mendukung keberadaan Kampung Minapadi ini dengan memberikan bantuan daerah.
Terdapat banyak hal positif yang dapat dipelajari dari Minapadi Samberembe. Keberanian petani untuk berubah dari cara petani konvensional, menjadi petani dengan teknologi minapadi lalu mengembangkan menjadi daerah wisata minapadi. Perubahan terjadi karena ada pertambahan core bisnis yang dilakukan petani. Petani konvensional yang memiliki core bisnis menghasilkan padi berubah menjadi minapadi yang memilki core bisnis penghasil padi dan ikan lalu berubah menjadi daerah wisata yang memilki tambahan wisata sebagai core bisnisnya. Perubahan tersebut memiliki konsekuensi terhadap modal yang dikeluarkan serta penghasilan yang didapatkan. Modal seringkali menjadi penghambat untuk memulai perubahan. Hal tesebut pun menjadi kendala yang telah dilalui oleh petani Samberembe. Mereka dapat melalu halangan tersebut dengan bekerja sama antara kelompok yang ada, dan juga dapat meyakinkan pihak swasta daerah kampung minapadi memiliki potensi ekonomi.
Keberlanjutan minapadi dapat tejadi ketika para petani hanya bergantung pada kekuatan sendiri. Kampung minapadi dapat meningkatkan faktor ekonomi masyarakat dengan penambahan penghasilan dari penjualan ikan, padi dan wisata. Penguatan sosial terjadi saat semua kelompok saling bekerjasama, sehingga benturan akibat penggunaan air dapat terhindari. Lingkungan dapat terjaga karena masyarakat akan sadar jika lingkungan rusak mengurangi kunjungan wisata.
Penulis : Zaenal Arifin Siregar - LRMPHP