PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kamis, 23 September 2021

Penjajakan Kerjasama LRMPHP dan UGM dalam Kegiatan Penelitian dan Magang

Kepala LRMPHP paparkan peluang kegiatan penelitian dan magang

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan, LRMPHP Bantul mengikuti Workshop Penjajakan Mitra Penelitian dan Magang, 22 September 2021 yang diselenggarakan oleh Departemen Perikanan Fakultas Pertanian UGM secara daring melalui aplikasi zoom. Selain LRMPHP, kegiatan ini diikuti oleh Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Yogyakarta, dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL) Gondol. 

Kegiatan workshop dibuka oleh Ketua Departemen Perikanan Dr. Alim Isnansetyo, M.Sc, sekaligus memberikan sambutan pengantarnya. Dalam sambutannya, Ketua Departemen Perikanan menyampaikan bahwa kegiatan ini untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan penelitian dan magang mahasiswa di instansi mitra, sekaligus sebagai penjajakan awal kemungkinan kerjasama pelaksanaan kegiatan tersebut untuk mendukung Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka/MBKM bagi mahasiswa. Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini, Kepala LRMPHP Bantul, BKIPM Yogyakarta, dan BBPPBL Gondol untuk mempresentasikan peluang kegiatan penelitian dan magang bagi mahasiswa di unit kerjanya.

Kepala LRMPHP Luthfi Assadad dalam paparannya menyampaikan  bahwa LRMPHP merupakan salah satu mitra potensial untuk menjadi tempat penelitian dan magang para mahasiswa. Hal ini terlihat dari data mahasiswa penelitian/magang di LRMPHP setiap tahunnya. Pada kesempatan ini, juga disampaikan prosedur layanan pengajuan pelaksanaan kegiatan penelitian/magang di LRMPHP. Pengajuan kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengirmkan surat permohonan penelitian/magang dari universitas/instansi asal yang ditujukan kepada Kepala LRMPHP  atau dapat juga disampaikan secara daring dengan mengisi link formulir pendaftaran pelayanan kegiatan penelitian/magang di http://bit.ly/MekanisasiKP-Maset dan http://bit.ly/MekanisasiKP-MaKlik .


Rabu, 22 September 2021

Identifikasi Benturan Kepentingan LRMPHP 2021

Berikut disampaikan kepada seluruh pegawai LRMPHP, masyarakat publik dan pemangku kepentingan, matriks identifikasi benturan kepentingan Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan tahun 2021.

1. Pejabat di lingkungan LRMPHP: Kepala Loka, koordinator manajerial

2. Pejabat Pengelola Keuangan: KPA, PPSPM, Bendahara Pengeluaran, Pejabat Pengadaan





Senin, 20 September 2021

Samberembe, Ikonik Mina Padi Indonesia

Minapadi Samberembe, Sleman D.I. Yogyakarta 

Hasil penggalian informasi oleh peneliti Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan menerangkan proses terbentuknya kampung minapadi di Samberembe, Sleman, Yogyakarta. Kampung Samberembe terbentuk oleh seorang petani di daerah Samberembe, Sleman Yogyakarta yang telah menjadi petani karena turunan dari leluhurnya. Selama sekitar 10 tahun terus menggeluti dunia pertanian secara konvensional. Tergerak ingin adanya perubahan, pada tahun 2012an mecoba teknologi yang ditawarkan yaitu teknologi minapadi jajar legowo oleh seorang penyuluh perikanan. Setelah 8 tahun lamanya kini petani tersebut terus berkembang didampingi penyuluh perikanan yang telah pensiun. Perubahan yang dirasakan oleh petani tersebut adalah meningkatnya pendapatan dari hasil penjualan panen padi dan ikan. Pendapatan dari minapadi yang didapatkan bisa mencapai 3 (tiga) kali lipat lebih banyak dari padi konvensional, tetapi modal yang diperlukan mengalami kenaikan juga sebesar 3 (tiga) kali saat modal operasional pertama. Dengan modal yang berlipat petani tersebut masih bertahan dengan minapadi karena ada harapan jika padi gagal panen masih tersedia ikan yang dapat dipanen. Peningkatan pendapatan yang diasampaikan oleh petani tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syaukat dan Juliatia pada tahun 2019 yang diterbitkan oleh Journal of the International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences

Dalam buku Dari Lereng Merapi Menyentuh Dunia tahun 2020, Frans Hero Making menyebutkan sebuah foto minapadi yang berasal dari Sleman tersebar di Facebook pada tahun 2015 menjadi inspirasi bagi petani tersebut untuk berinovasi. Setelah foto tersebut beredar luas di masyarakat, banyak kunjungan berdatangan untuk mempelajari teknologi minapadi. Tidak hanya masyarakat biasa, orang dalam negeri, bahkan pejabat dan orang dari mancanegara perwakilan dari organisasi pangan dunia Food and Agriculture Organization (FAO) berkunjung ke Sleman.  Petani tersebut berinisiatif mengumpulkan kelompok-kelompok yang ada seperti kelompok petani, kelompok perikanan, dan tokoh masyarakat untuk membuat sebuah kampong wisata yang disebut Kampung Minapadi Samberembe.

Bertambahnya core bisnis petani tersebut mengakibatkan perubahan pada pendapatan yang diterima petani. Hal lain yang berubah adanya manajemen yang lebih teratur untuk membagi pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan-pekerjaan baru yang muncul antara lain penyediaan parkir tamu pengunjung, pengedukasi tamu mengenai minapadi, dan penyediaan kebutuhan konsumsi bagi pengunjung. Pembagian juga terjadi pada kelompok yang mengelola padi dan ikan, mereka membagi keuntungan dan kewajiban di daerah wisata tersebut. Keuntungan yang didapatkan dari daerah wisata ini dapat memotong jalur distribusi penjualan ikan dan padi. Hasil panen ikan dan padi dapat langsung dijual pada konsumen tanpa melalui pihak lain. Untuk memenuhi tenaga penjualan tersebut para wanita dari istri petani diberdayakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pengunjung, sehingga keluarga petani mendapatkan penghasilan tambahan juga. Dengan adanya pengunjung dari luar daerah menumbuhkan kesadaran kelompok petani untuk menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan daerah Samberembe. Hal ini terlihat dengan adanya perubahan penataan sawah yang terlihat berubah sejak menjadi tempat wisata. Perubahan ini tidak terlepas dari peran organisasi di luar petani yang melihat potensi daerah wisata ini. Potensi kota Yogyakarta sebagai kunjungan wisata menjadi dasar ketertarikan pihak swasta memberikan penanaman modal pada daerah wisata Kampung Minapadi tersebut. Pemerintah ikut mendukung keberadaan Kampung Minapadi ini dengan memberikan bantuan daerah.

Terdapat banyak hal positif yang dapat dipelajari dari Minapadi Samberembe. Keberanian petani untuk berubah dari cara petani konvensional, menjadi petani dengan teknologi minapadi lalu mengembangkan menjadi daerah wisata minapadi. Perubahan terjadi karena ada pertambahan core bisnis yang dilakukan petani. Petani konvensional yang memiliki core bisnis menghasilkan padi berubah menjadi minapadi yang memilki core bisnis penghasil padi dan ikan lalu berubah menjadi daerah wisata yang memilki tambahan wisata sebagai core bisnisnya. Perubahan tersebut memiliki konsekuensi terhadap modal yang dikeluarkan serta penghasilan yang didapatkan. Modal seringkali menjadi penghambat untuk memulai perubahan. Hal tesebut pun menjadi kendala yang telah dilalui oleh petani Samberembe. Mereka dapat melalu halangan tersebut dengan bekerja sama antara kelompok yang ada, dan juga dapat meyakinkan pihak swasta daerah kampung minapadi memiliki potensi ekonomi. 

Keberlanjutan minapadi dapat tejadi ketika para petani hanya bergantung pada kekuatan sendiri. Kampung minapadi dapat meningkatkan faktor ekonomi masyarakat dengan penambahan penghasilan dari penjualan ikan, padi dan wisata. Penguatan sosial terjadi saat semua kelompok saling bekerjasama, sehingga benturan akibat penggunaan air dapat terhindari. Lingkungan dapat terjaga karena masyarakat akan sadar jika lingkungan rusak mengurangi kunjungan wisata.



Penulis : Zaenal Arifin Siregar - LRMPHP


Jumat, 17 September 2021

KKP Resmi Punya Logo Baru

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meluncurkan logo baru kementerian sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 36 Tahun 2021 tentang Logo Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Penggunaannya. Peluncuran logo baru berlangsung di Gedung Mina Bahari III, Jakarta Pusat pada Jumat (17/9/2021).

"Alhamdulillah, setelah melalui proses panjang dan segala macam sensitivitasnya semua sudah dilalui dan akhirnya hari ini diresmikan logo baru. KKP harus bangkit, KKP harus hebat. Mari bekerja dengan semangat baru dengan logo baru untuk NKRI maju," ujar Menteri Trenggono dalam sambutannya.

Logo baru terdiri dari enam elemen, terdiri dari lambang Garuda Pancasila, matahari terbit, jangkar, trisula, ombak laut, dan infiniti. Filosofi logo baru tersebut sejalan dengan tiga program terobosan KKP periode 2021 - 2024 yang bermuara pada keseimbangan ekologi dan ekonomi.

Meliputi peningkatan PNBP dari sumber daya alam perikanan tangkap untuk peningkatan kesejahteraan neyalan melalui kebijakan penangkapan terukur di setiap Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Kemudian pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset kelautan dan perikanan. Serta pembangunan kempung-kampung perikanan budidaya tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal.

Proses perubahan logo menurut Menteri Trenggono mencerminkan inklusivitas sebab melibatkan seluruh tingkatan, dari jajaran pimpinan hingga petugas lapangan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Sebelum pergantian logo, Menteri Trenggono lebih dulu menggagas tagline KKP Rebound yang berarti menciptakan semangat kebangkitan, pembenahan tata kelola, dan peningkatan kinerja secara berkesinambungan.

"Logo baru KKP dibuat dengan semangat mewujudkan masyarakat kelautan dan perikanan yang sejahtera dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan yang berdaulat, mandiri, berkepribadian, serta berlandaskan gotong royong sesuai dengan prinsip ekonomi biru," terangnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar memaparkan penetapan logo baru melalui berbagai tahapan sejak beberapa bulan lalu. Mulai dari beauty contest yang diikuti seluruh perwakilan eselon I lingkup KKP yang berhasil memperoleh 39 usulan logo.

Selanjutnya dilakukan seleksi oleh tim ahli dan survei yang melibatkan seluruh pegawai KKP baik ASN maupun Non ASN. Sampai akhirnya terpilih satu logo untuk mewakili perubahan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Kita telah melewati sejumlah proses dalam mempersiapkan perubahan logo KKP. Puncaknya adalah pengundangan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 36 Tahun 2021 tentang Logo Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Penggunaannya," terang Antam.

Logo KKP tidak pernah mengalami perubahan besar sejak kementerian ini berdiri pada tahun 1999. Sehingga dengan adanya logo baru, Antam, berharap memberikan identitas baru yang menjadikan KKP sebagai kementerian yang terus bergerak ke arah lebih baik.

"Harapannya juga KKP terus berkembang, mampu mendorong sektor kelautan dan perikanan sebagai prime mover ekonomi bangsa, serta menjadi salah satu pilar dalam mewujudkan kedaulatan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan demi Indonesia yang kuat dan berwibawa," pungkasnya.

Peluncuran logo baru KKP diselenggarakan secara luring dan daring. Diikuti oleh jajaran KKP di kantor Pusat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di penjuru Indonesia. Dengan resminya peluncuran logo baru, sejumlah logo yang ada di kantor pusat KKP juga sudah berganti. Begitu pun logo-logo yang ada di website maupun aplikasi resmi KKP.


Sumber : kkp


Pengaduan Masyarakat dan Whistleblowing System

 


Senin, 13 September 2021

Minapadi : Teknologi masa lalu untuk masa depan

Minapadi Samberembe, Sleman D.I. Yogyakarta 

Penggabungan metode penanaman padi dan ikan bukanlah suatu hal yang baru. Tahun 1957, menurut Ardiwinata pada Prosiding Indo-Pacific Fish keberadaan teknologi penggabungan budidaya padi dan ikan di Indonesia terjadi diawal pertengahan abad ke-19. Diduga awal mula teknik ini dikembangkan di daerah Jawa Barat, daerah pesantren yang memililki santri-santri dari luar daerah. Setelah lulus dari pesantren, selain menjadi guru mereka menjadi pelopor penyebaran teknologi ini di Indonesia. Secara global teknologi ini disematkan menjadi warisan budaya yang penting oleh organisasi pangan dunia (FAO) dan organisasi pendidikan, budaya dunia (UNESCO) pada tahun 2005, karena menurut studi Cai dkk pada tahun 1995 di buku berjudul Rice-Fish Culture in China teknologi ini sudah ada sejak kerajaan Han di Tiongkok.

Selama hampir lima abad teknologi ini telah tercipta, seharusnya telah banyak digunakan oleh petani. Fakta di lapangan di Indonesia pada tahun 2018, sekitar kurang dari 3% petani di Indonesia menggunakan teknologi ini. Pada tahun 2015, dengan berkembangnya teknologi informasi dan dunia memasuki dunia digital, di jagad maya teknologi ini terekspos di Indonesia. Diawali dengan postingan foto di media sosial Facebook, sampai sekarang telah banyak informasi mengenai teknologi minapadi di Youtube.

Hal ini menarik karena ketidaktahuan informasi, keterbatasan penyebaran data mengakibatkan sebuah teknologi yang telah berumur ribuan tahun dapat menjadi viral. Tidak hanya viral karena foto yang bagus dan indah, teknologi ini menjadi sebuah harapan untuk pemenuhan kebutuhan pangan di dunia. Produksi pangan dianggap akan meningkat dengan penggunaan lahan yang efisien karena menggabungkan kegiatan produksi karbohidrat dan produksi protein. Ini menjadi penting karena terjadinya penurunan lahan produksi untuk pangan. Teknologi minapadi juga dianggap ramah lingkungan karena saat budidaya padi penggunaan pupuk dan pestisida dapat berkurang, dan untuk budidaya ikan penggunaan pakan ikan akan hemat. Motivasi terbesar bagi para petani adalah adanya penambahan pendapatan, selain mendapat penghasilan dari penjualan padi juga dari penjualan ikan.


Penulis : Zaenal Arifin Siregar - LRMPHP


Jumat, 10 September 2021