Apa itu HAB dan bagaimana dampak bahayanya?
Fenomena Harmful Algal Blooms (HAB) saat ini sudah menjadi fenomena umum di dunia. Beberapa kondisi umum HAB yang dikutip dari halaman Freshwater Harmful Algal Blooms 101 https://www.nrdc.org/stories/freshwater-harmful-algal-blooms-101 antara lain air menjadi jelek/kotor, berbau busuk dan terkadang beracun. Selain itu ganggang menjadi tampak lebih umum di ekosistem air tawar seperti sungai, danau, kolam, dan waduk serta dapat berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia. Sementara dikutip dari dari halaman Wikipedia dan "Harmful Algal Blooms: Red Tide: Home"www.cdc.gov.,Harmful Algal Blooms (HAB) atau secara harfiah ledakan populasi alga adalah suatu kondisi di mana populasi alga (umumnya alga mikroskopis) di dalam ekosistem perairan mengalami peningkatan populasi dikarenakan perubahan kondisi lingkungan. HAB dapat menyebabkan perubahan warna pada ekosistem perairan dengan warna sesuai dengan jenis alga. Misalnya warna hijau muda dapat disebabkan oleh cyanobacteria dan warna merah disebabkan oleh dinoflagellata. Konsentrasi alga dapat mencapai ribuan sel per mililiter air yang sudah terlihat jelas perbedaannya dengan ekosistem perairan normal. Pada kondisi yang parah, konsentrasi dapat mencapai jutaan sel per mililiter. Ledakan populasi alga dapat memberian dampak negatif bagi organisme lainnya dengan memproduksi toksin atau akibat dekomposisi alga. Ledakan populasi alga sering kali terkait dengan kematian organisme skala besar (misal kematian massal ikan) dan keracunan kerang.
Terbaru, HAB dibahas dalam General Lecture dan Training Workshop 2021 yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Harmful Algal Blooms (HAB) disebut juga red tide yang umum disebut sebagai pasang merah saat ini telah menjadi fenomena umum termasuk di Indonesia. Kejadian HAB baik yang bersifat anoxious, toxic dan perusakan pernapasan mengakibatkan kerugian ekonomi di banyak kawasan pesisir/perairan. Pada sistem budidaya laut, kematian masal akibat HAB terjadi karena ikan-ikan budidaya berada pada lingkungan terisolasi dalam sistem karamba jaring apung (KJA). Sebagai contoh, Teluk Lampung telah menjadi salah satu lokasi di Indonesia di mana frekuensi rutin kejadian HAB menjadi permasalahan utama pengembangan budidaya laut berbasis KJA untuk ikan-ikan ekonomis penting seperti kerapu, kakap putih, dan cobia. Meskipun fenomena HABs di Teluk Lampung mendapat perhatian rutin dari media, institusi riset, dan lembaga teknis pemerintah, sampai saat ini solusi pencegahan HABs ataupun mitigasi cepat dan efisien untuk menghindari atau mengurangi kerugian pembudidaya ikan KJA di Teluk Lampung ataupun kematian massal ikan-ikan liar belum tersedia.
Dalam sesi materi yang disampaikan “Fenomena Harmful Algal Blooms di Perairan Indonesia”, HAB merupakan pertambahan populasi mikroalga yang dapat menimbulkan kerugian baik pada manusia, biota laut, maupun ekosistem sekitar. Dampak bahaya HAB pada manusia, biota laut, maupun ekosistem sekitar dijelaskan pada Tabel 1.
Jenis-jenis/penyebab HAB
Jenis-jenis/penyebab HAB yang ada saat ini terdiri dari 2 jenis yaitu sebagai red tide maker dan produsen toksin (racun).
1. Produsen biomassa tinggi (pembuat red tide / red tide maker).
Pada jenis ini, kematian massal biota laut disebabkan oleh kondisi anoksia dan kerusakan biokimia atau mekanis. Warna red tide dapat diklasifikasikan ke dalam:
- kemerahan (termasuk merah tua, merah, merah muda, merah kuning), dan
- kecoklatan (termasuk coklat kemerahan, coklat kuning, coklat keabu-abuan),
- Kekuningan (termasuk kuning kemerahan, kuning kecoklatan), Kehijauan (termasuk kuning hijau), dan lain-lain (putih dan abu-abu).
Beberapa contoh bahaya red tide maker pada kematian massal ikan antara lain kasus Margalefidinium (Korea) , Karenia (Hong Kong), Chattonella (Jepang) serta Heterocapsa pada kerang di Jepang.
2. Produsen toksin (racun).
Produsen toksin berupa kontaminasi toksin pada kerang dan ikan yang mengakibatkan keracunan. Keracunan tersebut terdiri dari beberapa jenis sindrom yaitu PSP, DSP, ASP, NSP, dan CFP. Jenis-jenis sindrom, nama toksin yang dihasilkan, efek target, gejala umum dan batas aman dijelaskan pada Tabel 2.
Bagaimana mengenali HAB?
HAB dapat dikenali dengan memperhatikan tahapan-tahapan HAB yang meliputi tahapan pre blooms, Blooms dan Post blooms. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengenali HAB pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
1. Pre blooms
- Mengetahui dan mempelajari riwayat kejadian HAB di suatu wilayah.
- Menginventaris dan memonitor spesies-spesies penyebab (planktonik, bentik, kista).
- Memonitor tingkat toksisitas biota di wilayah perairan tersebut (ikan, kerang).
- Mendeteksi terjadinya perubahan parameter lingkungan, seperti halnya peningkatan kandungan nutrien (setelah hujan deras/ pengadukan air).
2. Blooms
- Mendeteksi adanya peningkatan kelimpahan populasi spesies penyebab.
- Mendeteksi terjadinya perubahan parameter lingkungan, seperti halnya klorofil, DO, kecerahan perairan.
- Melihat secara visual terjadinya perubahan warna air laut.
3. Post bloms
- Terjadinya kematian massal ikan dan biota laut lainnya (dapat dilihat secara visual).
- Terdapatnya kandungan toksin di dalam tubuh beberapa biota perairan, yang disertai kasus keracunan dari masyarakat setempat.
Penulis : Ahmat Fauzi - LRMPHP