PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Rabu, 24 November 2021

Fenomena Harmful Algal Blooms (HAB) di Perairan

Apa itu HAB dan bagaimana dampak bahayanya?

Fenomena Harmful Algal Blooms (HAB) saat ini sudah menjadi fenomena umum di dunia. Beberapa kondisi umum HAB yang dikutip dari halaman  Freshwater Harmful Algal Blooms 101 https://www.nrdc.org/stories/freshwater-harmful-algal-blooms-101 antara lain air menjadi jelek/kotor, berbau busuk dan terkadang beracun. Selain itu ganggang menjadi tampak lebih umum di ekosistem air tawar seperti sungai, danau, kolam, dan waduk serta dapat berdampak pada lingkungan dan kesehatan manusia. Sementara dikutip dari dari halaman Wikipedia dan "Harmful Algal Blooms: Red Tide: Home"www.cdc.gov.,Harmful Algal Blooms (HAB) atau secara harfiah ledakan populasi alga adalah suatu kondisi di mana populasi alga (umumnya alga mikroskopis) di dalam ekosistem perairan mengalami peningkatan populasi dikarenakan perubahan kondisi lingkungan. HAB dapat menyebabkan perubahan warna pada ekosistem perairan dengan warna sesuai dengan jenis alga. Misalnya warna hijau muda dapat disebabkan oleh cyanobacteria dan warna merah disebabkan oleh dinoflagellata. Konsentrasi alga dapat mencapai ribuan sel per mililiter air yang sudah terlihat jelas perbedaannya dengan ekosistem perairan normal. Pada kondisi yang parah, konsentrasi dapat mencapai jutaan sel per mililiter. Ledakan populasi alga dapat memberian dampak negatif bagi organisme lainnya dengan memproduksi toksin atau akibat dekomposisi alga. Ledakan populasi alga sering kali terkait dengan kematian organisme skala besar (misal kematian massal ikan) dan keracunan kerang.

Gambar 1. Kiri: Ikan mati terdampar ke pantai selama HAB 2008 di Texas. Kanan: Berang-berang sungai berenang di Danau Capitol yang dipenuhi ganggang di Olympia, Washington. Sumber: https://www.nrdc.org/stories/freshwater-harmful-algal-blooms-10

Terbaru, HAB dibahas dalam General Lecture dan Training Workshop 2021 yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Harmful Algal Blooms (HAB) disebut juga red tide yang umum disebut sebagai pasang merah saat ini telah menjadi fenomena umum termasuk di Indonesia. Kejadian HAB baik yang bersifat anoxious, toxic dan perusakan pernapasan mengakibatkan kerugian ekonomi di banyak kawasan pesisir/perairan. Pada sistem budidaya laut, kematian masal akibat HAB terjadi karena ikan-ikan budidaya berada pada lingkungan terisolasi dalam sistem karamba jaring apung (KJA). Sebagai contoh, Teluk Lampung telah menjadi salah satu lokasi di Indonesia di mana frekuensi rutin kejadian HAB menjadi permasalahan utama pengembangan budidaya laut berbasis KJA untuk ikan-ikan ekonomis penting seperti kerapu, kakap putih, dan cobia. Meskipun fenomena HABs di Teluk Lampung mendapat perhatian rutin dari media, institusi riset, dan lembaga teknis pemerintah, sampai saat ini solusi pencegahan HABs ataupun mitigasi cepat dan efisien untuk menghindari atau mengurangi kerugian pembudidaya ikan KJA di Teluk Lampung ataupun kematian massal ikan-ikan liar belum tersedia.

Dalam sesi materi yang disampaikan “Fenomena Harmful Algal Blooms di Perairan Indonesia”, HAB merupakan pertambahan populasi mikroalga yang dapat menimbulkan kerugian baik pada manusia, biota laut, maupun ekosistem sekitar. Dampak bahaya HAB pada manusia, biota laut, maupun ekosistem sekitar dijelaskan pada Tabel 1. 


Jenis-jenis/penyebab HAB


Jenis-jenis/penyebab HAB yang ada saat ini terdiri dari 2 jenis yaitu sebagai red tide maker dan produsen toksin (racun). 

1. Produsen biomassa tinggi (pembuat red tide / red tide maker). 

Pada jenis ini, kematian massal biota laut disebabkan oleh kondisi anoksia dan kerusakan biokimia atau mekanis. Warna red tide dapat diklasifikasikan ke dalam:

  • kemerahan (termasuk merah tua, merah, merah muda, merah kuning), dan
  • kecoklatan (termasuk coklat kemerahan, coklat kuning, coklat keabu-abuan), 
  • Kekuningan (termasuk kuning kemerahan, kuning kecoklatan), Kehijauan (termasuk kuning hijau), dan lain-lain (putih dan abu-abu).

Beberapa contoh bahaya red tide maker pada kematian massal ikan antara lain kasus Margalefidinium (Korea) , Karenia (Hong Kong), Chattonella (Jepang) serta Heterocapsa  pada kerang di Jepang.

2. Produsen toksin (racun).

Produsen toksin berupa kontaminasi toksin pada kerang dan ikan yang mengakibatkan keracunan. Keracunan tersebut terdiri dari beberapa jenis sindrom yaitu PSP, DSP, ASP, NSP, dan CFP. Jenis-jenis sindrom, nama toksin yang dihasilkan, efek target, gejala umum dan batas aman dijelaskan pada Tabel 2.


Bagaimana mengenali HAB?

HAB dapat dikenali  dengan memperhatikan tahapan-tahapan HAB yang meliputi tahapan pre blooms, Blooms dan Post blooms. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengenali HAB pada masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:

1. Pre blooms

  • Mengetahui dan mempelajari riwayat kejadian HAB di suatu wilayah.
  • Menginventaris dan memonitor spesies-spesies penyebab (planktonik, bentik, kista).
  • Memonitor tingkat toksisitas biota di wilayah perairan tersebut (ikan, kerang).
  • Mendeteksi terjadinya perubahan parameter lingkungan, seperti halnya peningkatan kandungan nutrien (setelah hujan deras/ pengadukan air).

2. Blooms

  • Mendeteksi adanya peningkatan kelimpahan populasi spesies penyebab.
  • Mendeteksi terjadinya perubahan parameter lingkungan, seperti halnya klorofil, DO, kecerahan perairan.
  • Melihat secara visual terjadinya perubahan warna air laut.

3. Post bloms

  • Terjadinya kematian massal ikan dan biota laut lainnya (dapat dilihat secara visual).
  • Terdapatnya kandungan toksin di dalam tubuh beberapa biota perairan, yang disertai kasus keracunan dari masyarakat setempat.


Penulis : Ahmat Fauzi - LRMPHP


Selasa, 23 November 2021

Karakteristik Teknis Pengeringan Nori Dari Campuran Ulva lactuca dan Gracilaria

Nori (Sumber : https://www.tribunnewswiki.com/2021/07/07/nori-rumput-laut-kering)

Sepertinya kita akan mengenal jenis makanan berbentuk lembaran, terbuat dari rumput laut dan memiliki citarasa sedikit asin dan gurih. Nori adalah jawabannya, jenis makanan ini sebenarnya berasal dari pesisir Asia Timur dan terbuat dari jenis rumput laut Pophyra sp, yang merupakan jenis rumput laut endemik di wilayah tersebut. Karena terbuat dari jenis rumput laut endemik, maka negara yang mampu memproduksi nori menjadi produsen utama. Sehingga nori menjadi sebuah komoditas makanan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi atau bahasa sehari hari bisa dikatakan cukup mahal.

Berbagai usaha untuk meniru nori yang ada dipasaran telah dilakukan salah satunya dengan mengganti bahan rumput laut Porphyradengan Ulva lactuca dan Gracilaria seperti yang dilaporkan dalam sebuah artikel yang berjudul  Engineering analysis in manufacturing process on nori made from mixture of Ulva lactuca and Gracillaria yang telah diterbitkan dalam IOP Conference Series, 3rd International Symposium on Agricultural and Biosystem Engineering. Paper tersebut menitik beratkan pada pembahasan cirikhas yang terjadi selama pengeringan nori seperti bagaimana pola pengeringannya dan penerapan model pengeriangan. Mungkin sedikit pertanyaan bahwa, apa menariknya kita mengetahui pola pengeringan? Bahwa dengan mengetahui pola pengeringan suatu produk maka kita akan bisa tahu perubahan yang terjadi selama proses pengeringan. Sehingga akan dapat dibuat sebuah produk yang sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk membuat sebuah nori imitasi diperlukan campuran rumput laut lokal dengan perbandingan komposisi 97% Ulva lactuca dengan 3% Gracilaria yang diproses melalui tiga tahapan. Pertama adalah persiapan, dilakukan dengan membersihkan rumput laut dari kotoran yang menempel dan merendam Gracilaria dengan cuka selama 6 jam. Kedua adalah pencampuran, dilakukan dengan blender dengan menambahkan 8x bagian air bersih. Dan ketiga adalah pemasakan yang dilakukan menggunakan kompor hingga air menguap setengahnya dan menghasilkan bubur rumput laut. Bubur dikeringakan menggunakan oven dengan tiga suhu yang berbeda, yaitu 50 C, 60 C dan 70 C. Empat model pengeringan digunakan untuk mengevaluasi ketiga suhu pengeringan tersebut yaitu Henderson dan Pabis, Lewis, Page dan Page modifikasi. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka kadar air nori akan semakin rendah. Kadar air ini berhubungan langsung dengan tingkat kerenyahan produk, bahwa produk dengan kadar air lebih yang lebih tinggi akan lebih liat atau alotdalam bahasa daerahnya. Sehingga nori yang dikeringkan dengan suhu yang lebih tinggi maka terasa lebih renyah. Laju pengeringan tertinggi diperoleh pada suhu pengeringan 70 C, sehingga semakin tinggi suhu pengeringan yang digunakan maka semakin cepat pula nori masak. 

Dari semua suhu pengeringan yang dipakai menunjukkan bahwa laju pengeringan tetap lebih mendominasi selama proses pengeringan. Hal ini disebabkan karena kandungan air bebas yang banyak pada bubur rumput laut. Laju pengeringan menurun hanya teramati pada akhir pengeringan dimana ketika kadar air bebas pada bubur rumput laut telah habis. Dari keempat model pengeringan yang dipakai, menujukkan bahwa model pengeringan Page paling mendekati dengan data observasi selama proses pengeringan pada semua suhu pengeringan. Hal ini dikuatan pula dengan nilai  R2 dan RMSE Model Page yang lebih baik dibandingkan model lainnya. Nilai R2 dan RMSE dapat dilihat pada Tabel 1 dan secara visual grafik perbandingan antara model yang dipakai dan data observasi dapat dilihat pada Gambar 1.


                           Gambar 1. Grafik kadar air dari model pengeringan yang dipakai dan observasi selama pengeringan

(Sumber: Kurniawan K, Bintoro N. 2019. Engineeringanalysis in manufacturing process of norimade from mixture of Ulva lactuca andGracillaria sp. IOP Conf. Series: Earth andEnvironmental Science 355 (2019) 012036.The 3rd International Symposium onAgricultural and Biosystem Engineering6–8 August 2019, South Sulawesi,Indonesia)


Penulis : Koko Kurniawan - LRMPHP

Kamis, 18 November 2021

DWP LRMPHP Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan

DWP LRMPHP  Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan Amanah Trimulyo

Dharma Wanita Persatuan Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (DWP LRMPHP) melaksanakan kegiatan bakti sosial pada Rabu (17/11/2021). Kegiatan ini dalam dalam rangka menyambut hari ulang tahun (HUT) Dharma Wanita Persatuan Kementerian Kelautan dan Perikanan ke-22 yang mengambil tema "Tebarkan Kepedulian, Ciptakan Kebersamaan".

Kegiatan bakti sosial berupa pemberian paket sembako di tiga panti asuhan yang ada di sekitar kantor LRMPHP yaitu Pantai Asuhan Amanah Trimulyo, Ar-Rasyid dan Al-Dzikro. Kepala LRMPHP Luthfi Assadad mengapresiasi partisipasi rekan-rekan pegawai, khususnya ibu-ibu DPW LRMPHP  sehingga kegiatan bakti sosial di panti asuhan ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Pelaksanaan kegiatan bakti sosial DWP KKP ini dilaksanakan secara serentak seluruh Indonesia oleh 109 UPT lingkup KKP dengan berbagai jenis kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing DWP setiap daerah.


DWP LRMPHP  Gelar Bakti Sosial di Panti Asuhan Ar-Rasyid dan Al-Dzikro


Rabu, 17 November 2021

Sistem Mesin Visi Untuk Penjaminan Kualitas Tuna Kaleng secara Real Time

Jalur produksi tuna kaleng umumnya sudah diotomatisasi secara lengkap kecuali untuk inspeksi mutu pada divisi Quality Assurance (penjaminan mutu atau QA). Tugas penting ini biasanya diserahkan pada 1 orang yang tetap mengawasi jalur produksi dengan laju aliran kaleng 300 kaleng per menit dengan tugas utama mengawasi tuna kaleng yang cacat dan di saat bersamaan harus menyusun atau mengisi ulang sejumlah tuna kaleng yang ditolak dari jalur produksi. Untuk mengatasi masalah sistem penjaminan mutu yang usang dan sangat subjektif diperlukan otomatisasi sehingga ketangguhan dan konsistensi dari kendali mutu dapat ditingkatkan sekaligus mencapai kinerja produksi keseluruhan lebih tinggi. 

Dua faktor pembatas untuk mengembangkan sistem inspeksi otomatis adalah lingkungan operasi yang penuh peralatan elektronik dan secara bersamaan harus mampu beroperasi pada kecepatan tinggi. Sistem inspeksi mutu kaleng yang dikembangkan oleh Martín-Herrero & Alba-Castro dari University of Vigo Hasil dan telah dipublikasikan pada Mechatronics and Machine Vision 200: Future Trends, tersusun dari Personal Computer (PC) dengan media penyimpan hasil rekaman foto atau video, kamera CCD scan line untuk citra grayscale (keabuan), sistem pencahayaan halogen terhubung serat optik, dan sistem udara terkompresi untuk memisahkan kaleng yang ditolak sistem, dan semua terprogram dengan bahasa C++.

Sistem inspeksi mutu kaleng yang dikembangkan memiliki algoritma untuk (1) Deteksi cacat pada tepi kaleng sehingga dapat diketahui penyimpangan dari standar bentuk kaleng oval atau bulat. Analisis keberadaan cacat tepi kaleng menggunakan parameter Goresan, Lubang, kekurangan lapisan pelindung, kegagalan pengelasan sambungan, keberadaan material asing. Parameter uji lainnya yaitu lebar tepi kaleng yang diukur pada sekeliling kaleng untuk menentukan bahwa tepi kaleng memiliki lebar yang cukup untuk proses seaming; (2) Inspeksi mutu daging. Pada algoritma ini lebih fokus pada deteksi daging dalam kaleng sebagai Region of Interest (ROI). Dua parameter tekstur citra digunakan sebagai penentu mutu daging yaitu korelasi spasial dan karakterisasi Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM). 

Dalam analisis tekstur citra alan diperoleh informasi tentang keberadaan fragmen daging tuna dan kenampakan umum; (3) Segmentasi. Metode ini digunakan untuk menentukan kualitas daging tuna dalam kaleng berdasarkan proporsi relatif daging merah dan daging putih serta cacat fisik seperti jumlah lubang dan memar. (4) Analisis profil. Pada analisis fragmen dan retakan pada daging tunda dalam kaleng digunakan citra grayscale dari area daging yang dicurigai memiliki fragmen. Area tersebut dibatasi oleh bounding box dan memilki luas total tertentu. Dari area target tersebut dapat ditentukan profil garis untuk menentukan keberadaan fragmen. Tiap objek dalam area target memiliki karakteristik profil berbeda yang dapat digunakan untuk menentukan apakah termasuk lubang, retakan, atau perubahan karakteristik objek karena pencahayaan yang berubah.

Dari hasil uji sistem pada kaleng tuna diameter 7 cm menunjukkan diperlukan waktu kurang dari 60 milidetik per kaleng untuk melakukan proses inspeksi mutu tuna kaleng secara menyeluruh: deteksi tepi, transfer data, Pengolahan citra (ekstraksi tepi kaleng dan penghitungan parameter, segmentasi dan analisis daging dalam kaleng), keputusan penerimaan atau penolakan, dan jika diperlukan aktivasi sistem penolakan. 

Contoh Analisis profil dari citra daging tuna dalam kaleng untuk deteksi keberadaan lubang, retakan, dan memar. Sumber Gambar: Martín-Herrero & Alba-Castro. (2003)



Penulis : I Made Susi Erawan - LRMPHP

Senin, 15 November 2021

MOTOR BLDC VS MOTOR AC PADA PADDLE WHEEL AERATOR

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia khususnya udang. Akuakultur telah menjadi salah satu sistem budidaya makanan yang tumbuh paling cepat dengan potensi tinggi untuk pengembangan udang. Salah satu budidaya di Indonesia adalah budidaya udang vaname. Setelah masuk ke Indonesia pada tahun 2001, udang vaname (Litopenaeus vannamei) menjadi salah satu komoditas unggulan di sektor perikanan budidaya nasional. Produksi vaname di Indonesia meningkat pesat dari tahun 2014 hingga 2019 (254  ,297 ton pada tahun 2014 dan 664,825 ton dalam data sementara 2019) dengan kenaikan 35.62%. 

Kualitas air secara keseluruhan di lingkungan budidaya atau faktor fisik-kimiawi merupakan indikator penting bagi kenyamanan organisme akuatik untuk hidup selama siklus budidaya. Kualitas air tambak dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia antara lain oksigen terlarut, suhu, salinitas, kekeruhan, pH, nitrogen, amonia, nitrit, nitrat, fosfat, dan silika; dan parameter biologi yaitu klorofil-a, fekal coliform, Vibrio, dan jumlah bakteri. Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter terpenting dalam tambak. Penurunan kualitas air tambak karena kadar oksigen yang rendah dapat menyebabkan wabah penyakit pada tambak udang. Untuk tambak intensif vaname di Indonesia, kadar oksigen yang direkomendasikan untuk pembudidaya udang adalah >4 mg/L. 

Selama ini masyarakat Indonesia telah menggunakan aerator untuk meningkatkan kualitas air tambak udang. Sistem aerasi merupakan salah satu konsumsi energi tertinggi di tambak udang. Salah satu penelitian untuk mengurangi energi listrik kincir aerator dengan penggerak motor BLDC telah dilakukan oleh LRMPHP tahun 2021 yang dimuat dalam IOP Conference Series: Earth and Environmental Science tahun 2021. Penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari BLDC dan motor AC sebagai penggerak kincir aerator termasuk konsumsi energi yang dapat dikurangi dan kehandalannya. Untuk mengamati kinerja, konsumsi energi dan kehandalan motor AC dan motor BLDC, dilakukan serangkaian pengujian terhadap kedua motor dengan beban statis. Setiap rakitan kincir yang digerakkan oleh motor AC dan motor BLDC disisipkan dengan besi berongga beban statis untuk mendekati beban sebenarnya di kolam.  Komponen dari masing-masing unit pengujian adalah satu unit rakitan kincir, motor listrik (motor AC dan BLDC), gearbox, beban statis (besi hollow), dan alat ukur. Pada motor AC  spesifikasi adalah 1 HP / 3 fase, 380 V, 1440 rpm, 0.8 Gear box arus dan 1:14. Motor BLDC memiliki spesifikasi Intelligent Aeromotor Motor 1 HP power, 3 phase/380 V, 60-105 rpm, efisiensi motor > 80% dan sistem kontrol BLDC. Gambar skematis  kondisi pengujian ditunjukkan seperti pada Gambar 1.  Performa motor dibandingkan dalam hal pengoperasian kincir pada berbagai beban statis selama 8 jam atau 480 menit. Beban statis digunakan beban statis 10, 20 dan 30 kg. 
Gambar 1. Skema pengujian paddle wheel aerator (kincir aerator)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus motor BLDC lebih rendah dibanding arus motor AC (Tabel 1.), terlihat arus motor berkurang secara signifikan oleh motor BLDC dengan rata-rata 51%. Parameter lainnya, putaran roda relatif tidak berfluktuasi. Tegangan motor BLDC dan AC berada pada rentang yang masih baik dan relatif stabil. Daya listrik motor BLDC rata-rata 121,1 W lebih rendah daripada rata-rata 301,9 W pada motor AC. Efisiensi motor BLDC juga lebih baik pada range  79,91 - 89,99% daripada motor AC pada range 55,38 - 73,16%.

Sementara itu, keandalan diuji dengan arus listrik dan suhu motor yang dilakukan On/Off setiap 5 menit selama 180 menit. BLDC memiliki arus listrik rata-rata sekitar 0,12-0,13 A pada kondisi “on” dan sekitar 0,03-0,07 A pada kondisi “off”. Sedangkan motor AC memiliki arus sekitar 0,35-0,37 A pada kondisi “on” dan sekitar 0,04-0,07 A pada kondisi “off”. Selama 180 menit dengan 5 menit perlakuan “on/off” arus relatif stabil pada nilai on/off. Sedangkan suhu, pada motor BLDC meningkat dari sekitar 28 menjadi 32 setelah perawatan, tidak naik signifikan. Di sisi lain,  suhu motor AC meningkat dari sekitar 29 menjadi 36,3℃. 

Hasil pengujian menunjukkan motor BLDC memiliki arus yang lebih rendah dan mencapai efisiensi maksimum 89,99% sedangkan efisiensi motor AC mencapai 73,16% dan konsumsi energi motor BLDC 51% lebih rendah dari motor AC pada studi pendahuluan ini. Namun, performa motor BLDC dan AC (roda putar dan torsi) keduanya serupa. Perlakuan On/Off menyebabkan naiknya temperatur motor AC tetapi tidak mempengaruhi temperatur motor BLDC. Dengan demikian, penerapan motor BLDC sebagai penggerak aerator roda dayung dapat menjadi alternatif cara untuk mengurangi konsumsi energi tanpa mengurangi kinerjanya.



Penulis : Ahmat Fauzi - LRMPHP

Jumat, 12 November 2021

KKP Raih Top GPR Awards 2021

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali meraih penghargaan di bidang kehumasan. KKP menjadi salah satu Kementerian yang dinilai berhasil membangun digital public relations, sehingga berhak mendapat Top Government Public Relations (GPR) Awards 2021 yang diberikan oleh GPR Institute dan Suarapemerintah.id. 

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengapresiasi kinerja tim komunikasi KKP dalam menyampaikan informasi sektor kelautan dan perikanan kepada masyarakat. Menurutnya, informasi mengenai kebijakan dan program kerja sektor kelautan dan perikanan harus disampaikan secara masif ke tengah masyarakat demi menjaga kelestarian ekosistem perikanan dan mendorong produktivitas sektor ini. 

"Penghargaan ini patut untuk disyukuri, dan menjadi penyemangat serta mendorong KKP untuk terus berinovasi dalam menyampaikan informasi terkait program, kebijakan dan capaian dengan memanfaatkan teknologi agar terwujud program yang efektif dan efisien, dan bermanfaat bagi masyarakat," jelas Menteri Trenggono dalam keterangan resmi KKP, Jumat (12/11/2021). 

Menteri Trenggono menilai, perkembangan teknologi dan digitalisasi pada setiap pelayanan sektor kelautan dan perikanan di seluruh unit kerja di KKP sangat penting dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Termasuk dalam hal menyebarkan dan menerima informasi dari masyarakat kelautan dan perikanan melalui saluran komunikasi yang telah disiapkan KKP. 

"Adopsi teknologi itu penting, digitalisasi itu perlu," tegas Trenggono. 

Penghargaan TOP GPR Award 2021 ini diberikan sebagai apresiasi terhadap keberhasilan Pemerintah dalam menjalankan program public relations yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi digital yang semakin berkembang. Penyerahan penghargaan berlangsung secara virtual pada Kamis, 11 November 2021, mengangkat tema 'Sinergi Pranata Humas (GPR) untuk Indonesia Maju'. 

Berdasarkan hasil penilaian TOP GPR Index 2021, ada lebih dari 77 ribu ulasan Kementerian Kelautan dan Perikanan di internet dan dicari oleh rata-rata 36 ribu pengguna internet setiap bulannya. 

Kemudian di berbagai media online, KKP telah diberitakan lebih dari 10 ribu kali dalam kurun waktu 1 tahun ke belakang. KKP juga memiliki media website yang aktif dan dikunjungi oleh rata-rata lebih dari 900 ribu visitor setiap bulan. 

Asisten Khusus Bidang Media dan Komunikasi Publik Menteri Kelautan dan Perikanan, Doni Ismanto, menambahkan, penghargaan yang diterima sebagai wujud kerja keras dari tim komunikasi membangun citra dan reputasi positif KKP di era digital. 

Hal ini terlihat dari penilaian tiga aspek yang diberikan oleh dewan juri, yakni digital awareness aspect, digital media dan media sentiment aspect, serta website aspect dengan total skor 94,28 poin. 

“Ini membuktikan tim komunikasi KKP berhasil menjalankan program kehumasan yang efektif dan efesien dengan memanfaatkan teknologi digital yang makin berkembang. Di era digitalisasi telah membuat arus informasi semakin terbuka dan mudah diakses, KKP membangun tim komunikasi yang agile dan adaptif guna menghadapi dinamika perubahan ini,” katanya. 

Selain membangun tim komunikasi yang tangguh, lanjut Doni, KKP juga berinovasi dengan sejumlah konten sesuai kebutuhan era digital. Terbaru, membangun channel video dokumentasi NeptuneTV di platform streaming MaxStream, IndiHome, dan Youtube. 

“NeptuneTV mulai mendapatkan traksi yang positif, terutama dari kalangan milenial untuk menjadi sumber literasi sektor kelautan dan perikanan. Kami akan terus kembangkan platform NeptuneTV sehingga menjadi acuan utama nantinya di era digital untuk informasi sektor kelautan dan perikanan,” tutupnya. 

Sementara itu, Founder GPR Institute, Prof. Dr. Widodo Muktiyo, mengatakan penghargaan TOP GPR Award 2021 bisa menjadi alat penilaian untuk mengukur kinerja humas pemerintah. Penilaian dilakukan sejak bulan Juli hingga September 2021, dan pengumpulan data dilakukan melalui engine pihak ketiga yang bersifat independen dan kredibel. 

“Apresiasi semacam ini perlu dilakukan untuk menjadi alat penilaian terhadap perkembangan public relations, khususnya di ranah pemerintahan. Penghargaan ini juga tentunya bisa menjadi evaluasi sehingga muncul motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas public relations di Indonesia,” kata Widodo. 

Dalam setahun terakhir, KKP meraih banyak prestasi termasuk di bidang kehumasan, di antaranya Anugerah Parahita Ekapraya Tahun 2020 Kategori Mentor oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Anugerah Keterbukaan Informasi Publik Tahun 2021 sebagai Badan Publik "Informatif" oleh Komisi Informasi Pusat, hingga penghargaan Kementerian dan Menteri Terpopuler di Media Digital 2021 Kategori Kementerian oleh PR Indonesia Group.

 

Sumber : kkp

Kamis, 11 November 2021

Penggunaan Plasticizer untuk Meningkatkan Sifat Mekanik Bioplastik Rumput Laut

Seperti umumnya sifat bioplastik yang terbuat dari bahan alam terbarukan lainnya, misalkan dari pati, singkong, kentang, dan lainnya, bioplastik dari rumput laut memiliki sifat mekanis yang relatif rendah. Khususnya memiliki sifat elastisitas yang jauh lebih rendah jika dibandingkan plastik konvensional yang berasal dari minyak bumi. Rendahnya sifat mekanis bioplastik dari bahan alam ini menyebabkan sulitnya bioplastik rumput laut digunakan untuk berbagai macam aplikasi. Ditambah lagi sifatnya yang mudah hancur oleh air karena sifatnya yang degradable, oleh sebab itu dibutuhkan bahan aditif plasticizer dalam formulasi pembuatan bioplastik rumput laut untuk meningkatkan sifat mekanisnya.

Sesuai dengan namanya, plasticizer memiliki peran untuk membuat bioplastik menjadi lebih plastis atau lebih fleksibel. Ada berbagai macam jenis plasticizer yang dapat digunakan, namun yang paling cocok untuk ditambahkan ke formulasi bioplastik rumput laut adalah yang bersifat larut dalam air, ramah lingkungan, serta dapat bercampur dengan baik dengan polimer utamanya, misalnya gliserol, sorbitol, propilenglikol, dan lainnya. Jenis plasticizer yang disebutkan merupakan senyawa organik dengan bobot molekul yang rendah, sehingga dapat mengurangi tingkat kekakuan polimer utamanya serta meningkatkan ekstensibilitas atau daya mulurnya.

Kemasan bioplastik dari rumput laut (sumber: Biopac)

Selain meningkatkan fleksibilitas bioplastik rumput laut, penambahan plasticizer juga membantu meningkatkan kemampuan mengalir (flowability) bahan bioplastik terutama saat diproses menggunakan sistem ekstrusi. Kemampuan mengalir ini sangat penting dalam sebuah sistem produksi untuk mencegah kemacetan atau kerusakan mesin ekstrusi selama proses pembuatan bioplastik. Dalam laporannya, Sedayu dkk (2018) mendapatkan bahwa tanpa penambahan plasticizer, maka film bioplastik yang dihasilkan dari bahan ekstrak rumput laut karaginan memiliki sifat mekanik yang sangat kaku dan sangat mudah putus jika ditarik. Namun setelah ditambahkan gliserol, plastik film karaginan menjadi lebih elastis dan tidak mudah putus yang terlihat dari peningkatan kuat tarik sebesar lebih dari dua kali lipat dan daya kemuluran sebesar lebih dari sebelas kali lipat dibandingkan bioplastik tanpa plasticizer.

Bahkan, selain memperbaiki sifat mekanik bioplastik rumput laut, Sedayu dkk. (2018) juga mendapati bahwa plasticizer gliserol mampu meningkatkan stabilitas termal dan penampakan fisik menjadi lebih transparan dari plastik film karaginan yang dihasilkan. Demikian pentingnya plasticizer dalam pembuatan bioplastik, dengan penambahan jumlah yang sedikit namun memiliki peran yang sangat besar.


Penulis : Bakti Berlyanto Sedayu - LRMPHP