Salah satu usaha untuk mempertahankan mutu ikan setelah penangkapan dan transportasi di atas kapal nelayan adalah metode pendinginan. Es masih banyak dipakai sebagai media pendingin karena mudah digunakan dan memiliki kapasitas pendinginan yang besar. Namun penggunaan es balok memiliki kekurangan di antaranya ikan di bagian bawah palka rusak karena tertekan oleh ikan di bagian atasnya. Bongkahan es yang tajam dapat merobek kulit/perut ikan ditambah adanya guncangan di kapal.
Untuk memperbaiki kelemahan penggunaan es, antara lain dengan perbaikan metode pendinginan sistem refrigerated sea water (RSW) atau sistem ALREF (air laut yang direfrigerasi) pada pendinginan dengan suhu sekitar 0 ºC. Sistem RSW memiliki beberapa kelebihan seperti potensi kerusakan fisik yang relatif kecil, penurunan suhu yang cepat, serta suhu yang lebih stabil dan merata. Salah satu sistem RSW / ALREF untuk penyimpanan ikan pada kapal 10-15 GT telah dibuat oleh Widianto tahun 2018 yang dimuat dalam Jurnal Pasca Panen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Tahun 2018.
Sistem ALREF (Gambar 1) terdiri dari komponen utama berupa palka dengan volume sekitar 2,03 m3, evaporator, kondensor, kompresor, palka, refrigerant dan katup ekspansi. Sistem ALREF memiliki kapasitas penyimpanan optimal 1,3 ton ikan dan dapat mempertahankan suhu ikan di bawah 5 °C.. Salah satu komponen utama sistem ALREF adalah evaporator yang berbentuk pipa mengelilingi palka dengan diameter 5/8 inch dan panjang 84 meter. Evaporator berfungsi menyerap panas media pendingin oleh refrigeran di dalam evaporator. Komponen ini sangat menentukan performansi pendinginan dan daya listrik yang dibutuhkan. Gambar 1. Ikan dengan es balok (kiri) dan sistem ALREF beserta palka dengan pipa evaporator (kanan) dari Widianto (2018)
Media pendingin di dalam palka dapat berupa air laut untuk jenis ikan misalnya tuna dan cakalang. Namun beberapa jenis ikan lain misalnya ikan pelagis kecil kurang cocok dengan media pendingin air laut dan lebih tepat dengan sistem penyimpanan dengan media udara dingin (sistem cold storage) di mana suhu dijaga agar di bawah -18 °C. Sehingga perlu dilakukan kajian pada sistem yang sudah ada apakah dapat diterapkan sistem cold storage di samping yang sudah ada yaitu ALREF dengan media pendinginan air laut. Sehingga sistem ALREF akan menjadi multi fungsi dan lebih efektif.
Senada dengan hal tersebut, salah satu penelitian penggunaan sistem ALREF sebagai cold storage telah dilakukan oleh LRMPHP tahun 2021 yang dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tahun 2021 yang menargetkan suhu udara palka mencapai sekitar -18 °C. Penelitian mereka menggunakan sistem ALREF dengan pendinginan ruang palka sistem cold storage atau dengan pendinginan udara palka tanpa air laut sampai suhu di bawah -18 °C. Pengujian dilakukan pada kondisi palka tanpa beban selama 250 menit dengan parameter yang diukur berupa suhu udara yang didinginkan di dalam palkah serta daya listrik yang dibutuhkan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem ALREF dapat mendinginkan ruang palka sampai -18 °C dalam waktu 250 menit seperti pada Gambar 2. Kecepatan pendinginan udara pada rata-rata berkisar 10,92 - 11,37 °C/jam dengan rata-rata 11,23 oC/jam. Daya listrik aktual sebesar 2,42 kW dan daya kompresor 1,83 kW. Gambar 2. Penurunan suhu udara dalam palka pada titik tengah dan pinggir terhadap waktu
Pada pengujian ini, beban pendinginan palka cold storage lebih ringan yaitu sebesar 0,44 kW bila dibandingkan dengan ALREF air laut sebesar 2,14 kW dan air tawar 3,47 kW. Dengan beban pendinginan yang lebih kecil maka kecepatan pendinginan menjadi lebih besar, sehingga dapat mencapai suhu di bawah -18 ℃ dengan lebih cepat. Pada pengujian ini suhu tersebut dapat dicapai dalam waktu 250 menit. Dengan demikian maka sistem cold storage ini dapat dipertimbangkan sebagai alternatif aplikasi pendinginan untuk ikan yang kurang cocok dengan media pendingin air laut. Sistem ALREF dapat menjadi multifungsi dan lebih efektif jika digunakan.
Penulis : Ahmat Fauzi - LRMPHP