Tepung ikan memiliki potensi pasar yang
cukup luas di Indonesia dengan permintaan mencapai 0,25 - 0,75 juta ton per tahunnya. Tetapi
menurut Anam & Indarto (2018) yang dimuat dalam Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat menyampaikan bahwa sekitar 70% kebutuhan tersebut dipenuhi dari
impor, yang artinya hanya sekitar 30% dipenuhi dari dalam negeri. Kondisi tersebut
salah satunya disebabkan karena kurangnya volume produksi tepung ikan lokal dan
juga kualitasnya masih rendah.
Telah banyak dilakukan usaha untuk meningkatkan
produksi tepung ikan lokal supaya dapat mengurangi ketergantungan dari impor.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah memanfaatkan ikan dari hasil tangkap
samping yang tidak memilki nilai ekonomis tinggi dan belum termanfaatkan. Selain
itu, pengembangan peralatan produksi yang memadai perlu dilakukan sehingga
dapat meningkatkan volume dan kualitas tepung ikan lokal. Pengolah tepung ikan
lokal sebagian besar masih menggunakan peralatan yang sederhana dan tradisional.
Selain itu proses yang dilakukan juga bervariasi. Seperti disampaikan oleh
Erlania (2012) dalam Media Akuakultur,
bahwa proses pembuatan tepung ikan di kota Tegal, proses pemasakan bahan baku masih
dilakukan dalam wadah perebusan diatas tungku dengan bahan bakar kayu bakar. Kemudian
setelah selesai direbus dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari. Setelah
kering maka dilakukan penggilingan untuk membuat menjadi butiran halus yang
siap dipasarkan.
Proses penggilingan merupakan tahapan
yang penting dalam pembuatan tepung ikan. Penggilingan yang dilakukan oleh
pengolah lokal biasanya menggunakan alat penggiling daging yang beredar di
pasaran. Sebelum dilakukan proses penggilingan, bahan baku dipanaskan melalui
proses perebusan atau pemasakan. Kendala yang sering dihadapi biasanya adalah
kapasitas wadah / drum perebusan bahan baku yang terbatas, dan sering terjadi
macet saat proses penggilingan.
Pada peralatan pengolah tepung ikan hasil rancangbangun Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) seperti disajikan pada gambar 1, proses pemasakan dan penggilingan dilakukan dalam satu alat yaitu menggunakan alat penggiling tepung ikan sistem bertingkat. Fungsi kerja alat ini adalah menggabungkan proses pemasakan dan penggilingan dalam satu alat. Alat terdiri dari dua ekstruder, ekstruder pertama untuk pemasakan, dan ekstruder kedua untuk penggilingan. Pada tahap pertama dilakukan pemanasan bahan baku di dalam ekstruder pertama. Sumber panas diperoleh dari uap boiler yang disalurkan ke barrel ekstruder tersebut. Pada tahap kedua adalah proses penggilingan bahan baku yang masih dalam kondisi panas. Di dalam ekstruder kedua dilengkapi dengan ulir yang berfungsi untuk mendorong ikan ke bagian ujung ekstruder. Bagian ujung ekstruder terdapat pisau yang berfungsi untuk memotong ikan yang akan dikeluarkan dari ekstruder dan die.
Gambar 1. Mesin Penggiling Bertingkat |