Daerah Istimewa Yogyakarta memang tidak ada habisnya jika dibahas sektor pariwisatanya. Namun ternyata, sektor pariwisata bisa digabungkan dengan sektor kelautan dan perikanan. Berbeda dengan wisata di Malioboro yang mainstream, pernahkah mendengar mina wisata? Di Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta, terdapat Kampung Samberembe yang bukanlah kampung biasa. Udaranya segar serta alamnya indah, asri, dan hijau, jauh dari polusi dan hiruk-pikuk perkotaan. Sejauh mata memandang terlihat hamparan sawah. Uniknya di sawah tersebut terdapat banyak ikan yang cantik-cantik, membuat mata betah menatapnya sebagai hiburan untuk melepas penat. Terdapat juga kolam, tambak, kebun, pasar ikan, hingga sungai yang airnya jernih.
Kampung Samberembe dulunya hanya mengandalkan sektor pertanian secara turun-menurun. Kemudian dilakukan pengembangan kawasan budidaya ikan terintegrasi dengan pariwisata, yang sering disebut Kampung Mina Padi atau Kampung Mina Wisata Technopark. Produksinya mencapai 17,92 ton ikan konsumsi per tahun. Kelompok masyarakat yang terlibat antara lain Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda, Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Mina Laras Mandiri, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Mina Padi Mino Mudo.
Pelopor kegiatan perikanan dan wisata di kampung ini adalah Pokdakan Mina Muda yang dibentuk pada 2010. Pada 2012 diadakan percontohan budidaya mina padi dengan pola tanam jajar legowo, namun belum dapat berkembang dengan baik. Pada tahun 2016 mina padi jajar legowo dikembangkan dibarengi uji coba budidaya Udang Galah bersama Padi (Ugadi), hasil kerja sama dengan Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi, salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Pada 2018, Kepala BRSDM melakukan kunjungan kerja ke Samberembe. Memperhatikan potensi yang ada, BRSDM merekomendasikan agar di Samberembe dikembangkan semacam embrio mina wisata secara bertahap, sambil tetap melanjutkan usaha perikanan.
Dengan arahan dari pimpinan BRSDM, Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal, di bawah supervisi Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), menginisiasi agar Penyuluh Perikanan Sleman dapat menyusun proposal dan mendorong adanya percontohan penyuluhan mina wisata berbasis mina padi dan Ugadi di Samberembe. Sambil berjalan, secara bertahap dilengkapi sarana dan prasarana serta spot atraksi layaknya sebagai tempat wisata.
Pada Juli 2019, Samberembe digunakan sebagai lokasi display Pekan Daerah Pembangunan Pertanian Perikanan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA). Percontohan penyuluhan Mina Wisata antara lain Mina Padi dan Ugadi sebagai salah satu display teknologinya. Melalui momentum tersebut, kegiatan lapangan dan percontohan mina wisata mulai digaungkan. Rintisan mina wisata terus dikembangkan sebagai pusat wisata dan usaha kelompok perikanan. Kunjungan wisatawan terus mengalir hingga saat ini, meskipun dibatasi karena pandemi Covid-19.
Terkait pengembangan kampung ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah menetapkan program prioritas KKP, salah satunya pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal. Menurutnya, terdapat tiga kategori, yaitu kampung perikanan budidaya pedalaman untuk komoditas air tawar; kampung perikanan budidaya pesisir untuk komoditas payau; serta kampung perikanan budidaya laut. Pada rapat kerja dengan Komite II Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, 18 Januari lalu, Menteri Trenggono mengatakan, pembangunan kampung perikanan merupakan salah satu program yang akan diakselerasi pada tahun 2022. Menurutnya, pembangunan tersebut bertujuan untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat dan mendorong pembangunan di berbagai daerah.
Sementara itu, menurut Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro, Samberembe menjadi contoh kampung perikanan yang menarik. Kegiatan perikanan dari hulu sampai ke hilir mulai dari budidaya, pengolahan, pemasaran, kuliner, pariwisata, pelatihan, dan penyuluhan berjalan dengan baik. Kegiatan ekonomi ini menjadi sebuah model yang baik untuk diterapkan di daerah-daerah lain. Tak hanya meningkatkan perekonomian masyarakat, kampung ini juga meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia.
"Dalam dua setengah tahun setelah di-launching perkembangan Kampung Samberembe ini cukup signifikan. Ini suatu inisiasi yang lahir dari masyarakat, dan tumbuh secara kelembagaan dengan baik, diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk yang lain, bisa dimanfaatkan dengan baik," ujar Kusdiantoro pada kunjungannya ke Samberembe, akhir Januari lalu.
Ia menyampaikan, semua program pada hakikatnya tidak bisa berjalan dengan baik jika tidak ada yang mendampingi, meskipun secara fisik telah dilakukan pembangunan. Hal tersebut menjadi kesempatan sekaligus tantangan bagi penyuluh perikanan untuk mendampingi kelompok pelaku utama perikanan dalam mendukung program prioritas nasional maupun program daerah.
Senada, Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, Penyuluh Perikanan sebagai wakil KKP di lapangan dan garda terdepan pembangunan kelautan dan perikanan memiliki peran penting, khususnya melalui dukungan kegiatan penyuluhan dan pendampingan pelaku utama dan usaha kelautan dan perikanan. Penyuluh perikanan dalam pendampingan nelayan, pembudidaya, pengolah, dan pemasar ikan serta petambak garam di lapangan diharapkan dapat mencerahkan (enlightening), memperkaya (enrichment) dengan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, akses permodalan, akses pemasaran dan akses sumber daya lainnya, dan memberdayakan (empowerment) pelaku utama dan pelaku usaha kelautan dan perikanan.
Tak hanya BPPP Tegal dan BRPI Sukamandi, UPT BRSDM lainnya dlibatkan di Samberembe, seperti Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) Bantul, Yogyakarta, sebagai UPT terdekat. Peneliti LRMPHP Zaenal Arifin Siregar mengatakan, berdasarkan hasil penggalian informasi pada 2021, terdapat banyak hal positif yang dapat dipelajari dari Mina Padi Samberembe. Menurutnya, terdapat keberanian para petani untuk berubah dari cara petani konvensional menjadi petani dengan teknologi mina padi yang dikembangkan menjadi daerah wisata.
"Perubahan terjadi karena adanya pertambahan core bisnis yang dilakukan para petani. Petani konvensional yang memiliki core bisnis menghasilkan padi berubah menjadi minapadi yang memilki core bisnis penghasil padi dan ikan, lalu berubah menjadi daerah wisata yang memilki tambahan wisata sebagai core bisnisnya," ujarnya
Bagi masyarakat yang sedang berwisata di Yogyakarta, patut dicoba untuk mengunjungi Kampung Mina Wisata Samberembe. Lokasinya berada di Kelurahan Candibinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I. Yogyakarta.
Sumber : kkp