PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Senin, 12 November 2018

KKP Yakin Produksi Pakan Mandiri Dapat Ditingkatkan

Dok.Humas DJPB

KKPNews, Jakarta – Salah satu tantangan perikanan budidaya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pakan ikan yang efisien dan berkualitas, namun dengan harga yang tetap terjangkau. Isu ini menjadi penting, karena pakan merupakan penyusun terbesar dalam struktur biaya produksi usaha budidaya ikan yang mencapai lebih dari 70%.

Di sisi lain, harga pakan pabrikan cenderung menunjukkan tren kenaikan, sehingga akan menyebabkan turunnya efisiensi usaha budidaya. Kondisi ini dipicu karena keterbatasan industri pakan dalam memanfaatkan bahan baku lokal untuk dijadikan pakan ikan, sehingga industri masih sangat tergantung pada bahan baku pakan impor, terutama tepung ikan.

Merespon kondisi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) sejak tahun 2015 telah menggalakkan gerakan pakan mandiri atau Gerpari.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam Forum Pakan Mandiri Nasional 2018 di Jakarta, Rabu (11/7), menyampaikan bahwa Gerpari merupakan langkah konkrit pihaknya dalam menjamin ketersediaan pakan yang terjangkau oleh para pembudidaya skala kecil, yang saat ini masih dihadapkan pada kendala inefisiensi produksi. Di samping itu, dengan program pakan mandiri diharapkan akan memicu multiplier effect antara lain munculnya kelompok penyedia alat bahan baku dan juga kelompok pemasaran pakan ikan mandiri.

“Menurut data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), produksi pakan ikan pabrikan tahun 2017 hanya 1.555.939 ton, sedangkan kebutuhan pakan ikan di tahun yang sama mencapai 8.650.260 ton. Untuk tahun 2018 kebutuhan pakan naik menjadi sekitar 9.667.620 ton dan tahun 2019 diperkirakan mencapai 10.800.960 ton. Baik untuk jenis ikan air tawar seperti nila, lele, gurami, mas, dan patin, serta jenis ikan laut seperti kakap putih, bawal bintang, kerapu, dan udang,” terang Slamet.

“Sedangkan total produksi pakan mandiri tahun 2018 yang tersebar di 24 provinsi baru mencapai 26.546 ton. Di sinilah urgensi peningkatan produksi pakan mandiri,” lanjutnya.

Untuk itu, Salmet menyampaikan bahwa KKP telah menyiapkan beberapa strategi agar produksi pakan mandiri dapat berhasil dan meningkat. Di antaranya, pengembangan pakan mandiri dipusatkan di sentra-sentra budidaya air tawar atau kawasan minapolitan; kemudian prioritas kepada kelompok usaha budidaya ikan air tawar; memanfaatkan potensi bahan baku lokal; memproduksi pakan murah berkualitas, berkuantitas, dan secara kontinu; penguatan kelembagaan dan permodalan; serta pengembangan jejaring pakan ikan nasional.

Selain itu, KKP juga telah mengembangkan pembuatan pakan dengan pabrik skala medium di 9 Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar di Aceh, Jambi, Lampung, Karawang, Sukabumi, Jepara, Situbondo, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara. UPT ini akan menjadi motor untuk mengembangkan kawasan pakan mandiri.

Di level pembudidaya, Slamet juga menyampaikan bahwa KKP terus memberikan dukungan berupa mesin-mesin pembuat pakan mandiri skala kecil.

“Kita berikan bantuan berupa mesin pembuat pakan ikan dan bahan baku pakan ikan, serta pengembangan berbagai jenis bahan baku pakan mandiri. Selain itu, kita juga meningkatkan kerja sama antara DJPB dengan Smart Fish/UNIDO terkait dengan teknik formulasi pakan dengan harga murah berkualitas least cost formulation karena dapat menurunkan biaya produksi terutama dari pakan yang murah tetapi tetap berkualitas,” jelasnya.

Slamet menambahkan, untuk mengembangkan pakan mandiri, DJPB juga berkerja sama dengan FAO dengan mengadakan kegiatan supporting local feed efficiency for inland aquaculture in Indonesia yang dilakukan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Selain itu, DJPB juga akan bekerja sama dengan PT Pupuk Indonesia terkait dengan pengelolaan bahan baku pakan ikan khususnya Palm Kernel Meal (PKM) serta kerja sama dengan FAFI Belanda dalam pengembangan bahan baku pakan dari limbah bir dan bacteria protein.

“Kerja sama ini tujuan utamanya adalah meningkatkan produksi pakan ikan khususnya pakan ikan air tawar yang berkualitas tinggi dan biaya hemat oleh produsen pakan ikan skala kecil di Indonesia,” tutup Slamet.

Pada kesempatan yang sama Ketua Asosiasi Pakan Mandiri Nasional (APMN), Syafruddin menyampaikan bahwa APMN akan berkomitmen mendukung peningkatkan pakan mandiri melalui: (1) pendampingan teknis dan formulasi pakan ikan kepada kelompok gerakan pakan ikan mandiri, khususnya penerima bantuan mesin pemerintah di daerah anggota asosiasi; (2) pengembangan bahan baku lokal pakan ikan untuk mengurangi ketergantungan impor bahan baku khususnya tepung ikan; (3) pengembangan dan inovasi mesin pakan aplikatif; (4) pendataan produksi pakan mandiri secara reguler, dan; (5) menjaga konsistensi mutu pakan mandiri. (Humas DJPB/AFN)

Sumber : KKPNews

Senin, 05 November 2018

Peneliti LRMPHP Mengikuti Seminar Internasional ICTCRED

Pelaksanaan Seminar Internasional ICTCRED (dok. LRMPHP)
Seminar Internasional The 4th International Conference on Tropical and Coastal Region Eco-Development (ICTCRED) 2018merupakan agenda seminar tahunan yang diselenggarakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Seminar ini bertujuan untuk mewadahi pertemuan para peneliti bidang perikanan dan kelautan, pelaku usaha perikanan, pemerintah (pengambil kebijakan) dan seluruh stakeholder bidang perikanan dan kelautan untuk membahas capaian hasil penelitian yang telah dilakukan. Pertemuan seminar tersebut merupakan wahana untuk saling bertukar informasi terkait hasil penelitian perikanan dan kelautan terkini, dari seluruh pelosok tanah air atau bahkan dari luar negeri, sebagai upaya dalam mendukung pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia dengan memberikan masukan kepada pemerintah dalam bentuk diseminasi dan atau penerapan hasil-hasil penelitian dalam masyarakat. Seminar didukung oleh para ilmuwan dan cendekiawan terkemuka yang berfungsi sebagai komite ilmiah dan peninjau yang membantu mempertahankan standar publikasi teknis.

Seminar “The 4th International Conference on Tropical and Coastal Region Eco-Development (ICTCRED) 2018 dilaksanakan pada tanggal 30 – 31 Oktober 2018 di Patra Hotel & Convention Semarang. Peserta seminar sekitar 150 makalah dari peserta internasional yang disajikan. Kegiatan seminar meliputi Laporan Ketua Panitia Penyelenggara, Pembukaan oleh Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, dilanjutkan Plenary Session dan Parallel Session. Ruang lingkup makalah penelitian dikategorikan menjadi dua diantaranya Coastal Region Eco-Development dan Tropical Life Sciences.
Pembukaan Seminar ICTCRED (dok LRMPHP)
Coastal Region Eco-Development terdiri dari bidang Aquaculture, Fisheries, Coastal Management and Social Economics, Marine Product Processing, Biotechnology, Coastal Engineering, Climate Change dan Disaster Mitigation and Rehabilitation. Sedangkan untuk ruang lingkup Tropical Life Sciences terdiri dari Coastal Public Health and Policy, Epidemiology, Food Nutrition and Health, Medical Microbiology, Molecular Biology, Pharmacological Aspect and Treatment dan Tropical Diseases.
Penyampaian materi oleh salah satu pembicara kunci (dok LRMPHP)
Plenary Session berupa pemberian materi oleh lima keynote speaker dan dilanjutkan sesi diskusi. Keynote speaker pada seminar ICTCRED yaitu Prof. Dr. Ocky Karna Rajasa dari Ministry of Research Technology and Higher education Indonesia yang menyampaikan materi tentang Biotechnology. Dr. Eleonor A. Tendecia dari Southeast Asian Fisheries Development Center – Filipina yang menyampaikan materi tentang Ecosystem approach toward sustainable aquaculture. Prof. Dr. Kazuo Nadaoka dari Tokyo Institute of Technology – Japan dengan materi Integrated Coastal Ecosystem Dynamics Modelling For Coral Triangle Areas Under Changing Environmental Conditions. Prof. Dr. Yasuhiro Igarashi dari Toyama Prefectuarai University – Japan dengan materi Natural Product. Dan Prof. Dr. Irwandi Jaswir dari Internatioanl Islami University – Malaysia yang memaparkan materi tentang Food Process Engineering.

Setelah itu, dilanjutkan dengan parallel session melalui panel schedule yang dibagi menjadi 6 grup yaitu Aquaculture, Climate Change, Coastal Engineering, Coastal Management and Social Economics, Coastal Management and Social Economics, Coastal Management and Social Economics, Disaster Management, Marine Products Processing, Fisheries, Biotechnology, Medical Microbiology, Molecular Biology, Coastal Public Health and Policy, Epidemiology, Food Nutrition and Health, Pharmacological Aspects and Treatment, Tropical Diseases.

Kamis, 25 Oktober 2018

Diseminasi Hasil Riset Tentang Optimasi Mesin Pakan Ikan Sistem Dry Extruder di LRMPHP

Diseminasi hasil riset optimasi mesin pakan ikan (dok.LRMPHP)
Dalam rangka penyebarluasan dan pemanfaatan hasil riset Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), telah diselenggarakan kegiatan “Diseminasi Hasil Riset Tentang Optimasi Mesin Pakan Ikan Sistem Dry Extruder” pada (24/10) di LRMPHP. Kegiatan diseminasi dihadiri tamu undangan dari Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (DPPKP Bantul), Penyuluh Perikanan Bantul, Kelompok Pembudidaya (Pokdakan) Ikan Minasari Boyolali, Pokdakan Mino Mulyo Bantul, Pusat Riset Perikanan (Puriskan) Jakarta dan seluruh pegawai LRMPHP.

Kegiatan diseminasi dibuka olah Kepala LRMPHP, Luthfi Assadad, M.Sc dan dilanjutkan pengarahan oleh Budi Nugraha,  MSi selaku Kabid Riset Pemulihan SD dan Teknologi Alsinkan Puriskan. Dalam arahannya, Budi Nugraha,  MSi menjelaskan tentang mesin pakan ikan yang diperbantukan kepada masyarakat umumnya belum dikaji mendalam secara ilmiah sehingga pemanfaatanya kurang optimal. Bantuan pemerintah tersebut diberikan kepada pembudidaya ikan berupa mesin pembuat pakan ikan dan bahan baku pakan ikan melalui Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari). Harapannya peralatan yang bermasalah dan kurang optimal dapat dilakukan perbaikan seperti yang dilakukan oleh LRMPHP sehingga dapat dimanfaatkan lagi. 

Pembukaan dan arahan kegiatan diseminasi (dok.LRMPHP)
Pelaksanaan diseminasi hasil riset “Optimasi Mesin Pakan Ikan Sistem Dry Extruder” dipaparkan oleh peneliti LRMPHP,  Arif Rahman Hakim, M.Eng. Dalam paparannya dijelaskan bahwa seiring peningkatan produksi perikanan nasional maka kebutuhan akan pakan ikan juga meningkat. Oleh karena itu mesin pembuat pakan ikan dengan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai menjadi sangat penting. Untuk mendukung hal tersebut, LRMPHP melakukan Penelitian Mesin Pembuat Pakan Ikan Skala UKM.

Pemaparan hasil riset tentang optimasi mesin pakan ikan membuat para tamu undangan  antusias untuk mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya terkait kadar protein pakan ikan yang dihasilkan, harga mesin pakan ikan bila dikomersialisasi dan kemungkinan LRMPHP sebagai konsultan dan pendamping terhadap peralatan bantuan pemerintah di pokdakan yang mengalami kendala.

Paparan optimasi mesin pakan ikan oleh peneliti LRMPHP (dok.LRMPHP) 
Sesi tanya jawab dan diskusi yang dipandu moderator (dok.LRMPHP)
Selain pemaparan dan diskusi juga dilakukan demo/peragaan mesin pakan ikan pinjaman pokdakan Boyolali yang sudah dioptimasi oleh LRMPHP. Optimasi dilakukan dengan memodifikasi sistem pendingin dan screw hopper agar mesin dapat optimal lagi digunakan oleh masyarakat. Setelah peragaan, para tamu undangan berkunjung ke workshop LRMPHP untuk melihat hasil riset mesin double screw untuk pembuatan mesin pakan ikan yang sedang diuji coba di LRMPHP.



Dokumentasi selama diseminasi di LRMPHP (dok.LRMPHP)


Senin, 22 Oktober 2018

Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama LRMPHP dengan UKM Bu Hirto, Gunung Kidul

Gambar 1. Evaluasi kerjasama LRMPHP dengan UKM Bu Hirto
Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) tentang pelaksanaan kerjasama LRMPHP dengan UKM Bu Hirto telah dilaksanakan di Gunung Kidul pada tanggal 20 Oktober 2018. Kegiatan monev ini bertujuan untuk mengevaluasi kembali pelaksanaan kerjasama antara LRMPHP dengan UKM Bu Hirto dalam rangka pemanfaatan dan pengujian alat. Terdapat alat pengadon, penggiling dan pengukus di UKM Bu Hirto sesuai ruang lingkup kegiatan kerjasama.

Kegiatan monev dilakukan dengan wawancara langsung dengan pengolah dan pengamatan peralatan di lokasi. Hasil wawancara dengan pengolah dijelaskan bahwa peralatan yang ada hingga saat ini masih digunakan, baik alat pengadon, penggiling maupun pengukus. Oleh karena itu pengolah meminta kepada LRMPHP untuk mempertimbangkan perpanjangan pelaksanaan kegiatan kerjasama. Selain kapasitas produksinya yang sesuai, peralatan yang dikerjasamakan dapat meningkatkan efisiensi hingga 50%. Saat ini UKM Bu Hirto dapat memproduksi tahu tuna sebanyak 2000 buah/hari dan olahan tuna lainnya.

Selama menggunakan peralatan rancang bangun LRMPHP, beberapa kendala pernah dihadapi oleh pengolah, diantaranya pada alat pengadon terjadi gesekan antara bagian tutup pengadon dengan bagian wajan yang berpotensi adanya geram pada produk olahan. Selain itu, pada alat penggiling ada asesorisnya yang perlu diganti. Menanggapi hal tersebut, team monev dari LRMPHP berusaha untuk memberikan solusi dan mencoba untuk memperbaiki langsung di lokasi. Perbaikan yang dilakukan oleh team monev tersebut didokumentasikan pada Gambar 2.


Gambar 2. Pengamatan dan perbaikan alat di UKM Bu Hirto
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengolah dan pengamatan langsung di UKM Bu Hirto tersebut maka dapat disimpulkan bahwa alat pengadon, penggiling maupun pengukus rancang bangun LRMPHP masih digunakan dengan baik. Oleh karena itu masih diharapkan perpanjangan kerjasama antara kedua belah pihak sehingga payung hukumnya menjadi jelas dan terdokumentasikan dengan baik.


Peneliti LRMPHP Raih Pemakalah Terbaik di Semnas BBRP2BKP


Peneliti LRMPHP paparkan KTI di Semnas BBRP2BKP (dok.LRMPHP)
Peneliti LRMPHP ikut berpartisipasi dalam Seminar Nasional (Semnas) Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP), Jakarta pada (16-17/10). Keikutsertaan peneliti dalam kegiatan tersebut selain untuk meningkatkan kompetensi dan wawasan, juga untuk mempublikasikan hasil karya tulis ilmiah (KTI). Pada kesempatan tersebut, KTI dengan judul Rancang Bangun dan Uji Kinerja Mesin Pencacah Tulang Ikan yang disampaikan oleh Luthfi Assadat terpilih sebagai pemakalah terbaik bidang mekanisasi proses kelautan dan perikanan.


Piagam pemakalah terbaik di Semnas BBRP2BKP
Semnas BBRP2BKP tahun ini mengusung tema “Peran Iptekin dan Sumber Daya Manusia dalam Penyediaan Produk Perikanan yang SAH (Sehat, Aman dan Halal)”. Seminar dibuka oleh Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (Ka.BRSDM), Prof. Ir. R. Sjarief Widjaja, Ph.D, FRINA, yang dilanjutkan dengan laporan kegiatan Semnas oleh Ka.BBRP2BKP, Prof. Dr. Hari Eko Irianto. 

Dalam sambutannya, Ka.BRSDM menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara maritim yang kaya akan kekayaan laut sehingga perlu identifikasi produk-produk derivasi bioteknologi yang ditemukan serta pendokumentasian spesies dan tracebility produk tersebut. Saat ini tracebility untuk bahan baku sudah ada namun untuk produk derivasi belum ada. Oleh karena itu, perlunya memperkenalkan konsep-konsep nama produk hasil temuan/inovasi/riset produk derivasi, jangan sampai justru produk kita diteliti dan diakui oleh negara lain.
Pembukaan Semnas BBRP2BKPP oleh Ka.BRSDM (dok.LRMPHP)

Laporan kegiatan Semnas oleh Ka.BBRP2BKP (dok.LRMPHP)
Pada kegiatan seminar juga dipaparkan makalah oleh 4 pembicara kunci yaitu Ir. Rifky Effendi Hardijanto (Direktur Jendral Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, KKP) dengan tema “Peluang dan Tantangan Implementasi Jaminan Produk Sehat, Aman dan Halal yang disampaikan, Prof. Dr. Bambang Prasetya (Kepala Badan Standarisasi Nasional) dengan tema “Peran BSN dalam Standarisasi Produk Perikanan yang Sehat, Aman dan Halal”, Dr. Suradi Wijaya S., MS selaku Wakil Ketua Forum Perguruan Tinggi Perikanan Indonesia dengan tema “Peran Perguruan Tinggi dalam Penyediaan SDM mendukung Industri Perikanan Halal” dan Prof. Ir. Sukoso, M.Sc., Ph.D. selaku Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Kementerian Agama RI dengan tema Menuju Idonesia Wajib Halal 2019.

Pemaparan makalah oleh salah satu pembicara kunci, Prof. Ir. Sukoso, M.Sc., Ph.D (dok.LRMPHP)
Setelah acara pembukaan dan paparan pembicara kunci, kegiatan semnaskan dilanjutkan dengan sesi panel penyampaian KTI oleh para peserta. Pada seminar ini LRMPHP menyampaikan 7 KTI yang dipresentasikan secara oral. Berikut daftar KTI yang dipresentasikan oleh LRMPHP tersebut.


Kamis, 18 Oktober 2018

Kunjungan Kepala BRSDM di Stand Pameran LRMPHP

Kunjungan Ka.BRSDM di stand pameran LRMPHP
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) turut berpartisipasi dalam kegiatan pameran di Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) Jakarta pada (16-17/10). Keikutsertaan LRMPHP dalam pameran tersebut sebagai tindak lanjut atas surat undangan permintaan partisipasi pameran BBRP2BKP No. 3048/BRSDM-BBRPPBKP/TU.210/X/2018 tanggal 9 Oktober 2018. Kegiatan pameran diselenggarakan dalam rangka Seminar Nasional Hasil Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan tahun 2018 di BBRP2BKP. Selain diikuti oleh LRMPHP, pameran juga diikuti oleh UKM dan swasta diantaranya PT. Sariayu, PT. Elo Karsa Utama, PT. Rumah Rumput Laut serta internal BBRP2BKP yang menampilkan produk-produk hasil riset  bidang bioteknologi, keamanan pangan dan pengolahan produk.

Pada pameran ini, LRMPHP menampilkan peralatan uji kesegaran ikan berbasis android (alat UKI). Prinsip kerja alat ini adalah pendeteksian bau ikan menggunakan sensor ammonia dan citra mata ikan menggunakan kamera. Keunggulan alat uji ini selain bersifat non-destruktif (tidak merusak bahan), pengujiannya juga cepat dan dapat mengetahui kesegaran ikan secara real time. Selain alat uji kesegaran ikan, hasil-hasil riset LRMPHP dalam bentuk leaflet, brosur, infografis dan banner juga ditampilkan dalam pameran ini.

Stand pameran LRMPHP
Selama mengikuti pameran, stand LRMPHP banyak menerima kunjungan baik dari akademisi maupun praktisi yang menanyakan beberapa hal terkait prinsip kerja alat, kegunaan, harga dan spesifikasinya. Salah satu pengunjung yang memberikan apresiasinya terhadap alat uji kesegaran ikan yang ditampilkan LRMPHP adalah Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (Ka.BRSDM), Prof. Sjarief Widjaja. Pada kesempatan tersebut, Ka.BRSDM memberikan arahan dan motivasi kepada LRMPHP agar peralatan yang ditampilkan segera dapat dihilirisasi sehingga bermanfaat bagi masyarakat. 

Stand LRMPHP merupakan salah satu stand yang menarik untuk dikunjungi karena saat pameran dilakukan demo peralatan uji kesegaran ikan menggunakan ikan tuna. Beberapa pengunjung memberikan masukan dan saran untuk perbaikan alat tersebut diantaranya untuk memperbanyak data latih pengujian, menambah parameter pengujian seperti mirobiologi dan TVB sebagai data referensi. Selain itu, interferensi data hasil uji kesegaran ikan juga harus diperhatikan mengingat kondisi sampel dan lingkungan yang berbeda akan mempengaruhi akurasi pembacaan. Penggantian sampel dengan ikan jenis lain seperti ikan nila perlu dipertimbangkan mengingat cukup sulit untuk mendapatkan ikan tuna dalam kondisi segar.


Demo alat uji kesegaran ikan dan diskusi dengan pengunjung



Senin, 15 Oktober 2018

Performansi Pendingin Termoelektrik Alat Transportasi Ikan Segar pada Berbagai Tegangan

Penanganan ikan pada suhu rendah merupakan teknik penanganan yang paling banyak digunakan untuk mempertahankan mutu ikan. Penanganan ikan selama kegiatan transportasi sampai pengolahan mensyaratkan dilakukan pada suhu rendah. Suhu merupakan faktor eksternal yang berperan penting pada proses kemunduran mutu ikan, karena bakteri-bakteri pembusuk berkembang lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Proses pembusukan ikan dapat ditunda dengan menerapkan sistem rantai dingin yaitu mengkondisikan ikan pada suhu rendah. Pada suhu rendah aktivitas pembusukan secara kimiawi dan enzimatis dapat diperlambat.

Salah satu alat transportasi ikan yang biasa digunakan oleh pedagang ikan keliling adalah sepeda motor. Pada umumnya alat transportasi tersebut menggunakan kotak stirofom yang diletakkan di atas sepeda motor. Sistem rantai dingin dapat diterapkan dengan menambahkan es di dalam peti penyimpanan ikan atau menggunakan peti ikan berpendingin. Penggunaan es sebagai pendingin banyak diaplikasikan karena mudah dan mempunyai kapasitas pendinginan yang besar. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan es adalah penambahan es dapat mengurangi kapasitas angkut. Selain itu juga menambah bobot peti sehingga dapat mengganggu keseimbangan berkendaraan karena kapasitas angkut sepeda motor terbatas. Penggunaan bongkahan es yang besar, kasar serta tajam juga dapat menyebabkan kerusakan fisik ikan. Goncangan alat yang terjadi selama transportasi menyebabkan gesekan antara es dan ikan sehingga dapat mengakibatkan memar dan luka pada permukaan ikan. Luka dan memar pada permukaan ikan tersebut dapat mempercepat proses pembusukan ikan oleh bakteri.

Sistem pendingin lain yang dapat digunakan dalam peti insulasi adalah sistem pendingin termoelektrik. Aplikasikan sistem pendingin pada alat transportasi ikan menggunakan sepeda motor mempunyai keterbatasan ruang, massa dan daya. Dengan demikian penggunaan sistem pendingin konvensional kurang efektif untuk diaplikasikan. Sistem pendingin termoelektrik menggunakan heat pipe dapat digunakan untuk membuat peti insulasi yang diaplikasikan menggunakan sepeda motor. Pendingin termoelektrik menggunakan elemen peltier bekerja menggunakan arus listrik searah. Hasil penelitian Shen dkk. (2012) dan Jugsujinda dkk. (2010) menunjukkan bahwa jumlah tegangan yang diberikan pada sebuah elemen termoelektrik berpengaruh terhadap capaian suhu ruang peti insulasi. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui tegangan dan arus optimal pada sistem pendingin sehingga dapat ditentukan spesifikasi sumber energi yang tepat, karena sumber energy pada sepeda motor sangat terbatas.

LRMPHP telah melakukan penelitian tentang uji performansi sistem pendingin termoelektrik pada alat transportasi ikan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui capaian suhu heat pipeheat sink dan ruang peti insulasi serta kebutuhan listrik sistem pendingin pada berbagai tegangan. Sistem pendingin termoelektrik tersusun dari dua buah elemen peltierbracket alumunium, fanheat sink dan heat pipe serta menggunakan sumber listrik dari aki. Tiap kotak penyimpanan ikan terdiri dari dua buah elemen peltier. Alat transportasi ikan rancangan LRMPHP tersebut dan skema penyusunan komponen pendinginnya ditunjukkan pada Gambar 1.

(a)
(b)
Gambar 1. (a) Alat transportasi ikan segar berpendingin dan (b) komponen pendinginnya

Uji performansi peralatan dilakukan pada tegangan 8, 10 dan 12 V. Parameter yang diukur adalah jumlah arus listrik yang melalui sistem pengingin, suhu heat sink, heat pipe dan suhu ruang peti insulasi. Suhu ruang peti insulasi yang dicapai pada tegangan 12, 10 dan 8 V berturut-turut sebesar 14, 16 dan 17 °C. Suhu heat sink yang dicapai pada tegangan 12 V sebesar -0,1 °C, sedangkan pada tegangan 8 dan 10 V tidak jauh berbeda yaitu antara 3-4 °C. Suhu heat pipe yang dicapai pada tegangan 12 dan 10 V tidak jauh berbeda yaitu sekitar 30-31 °C, sedangkan pada 8 V sebesar 27 °C. Kebutuhan arus listrik sistem pendingin pada tegangan 12, 10 dan 8 V sebesar 6,3; 4,8 dan 3,8 A dengan kebutuhan energi berturut-turut 75, 48 dan 30 Watt. Nilai cooling capacity elemen peltier pada tegangan 12 V sebesar 12,5 W, sedangkan pada tegangan 10 dan 8 V sebesar 10,5 W.