PELATIHAN

LRMPHP telah banyak melakukan pelatihan mekanisasi perikanan di stakeholder diantaranya yaitu Kelompok Pengolah dan Pemasar (POKLAHSAR), Kelompok Pembudidaya Ikan, Pemerintah Daerah/Dinas Terkait, Sekolah Tinggi/ Universitas Terkait, Swasta yang memerlukan kegiatan CSR, Masyarakat umum, dan Sekolah Menengah/SMK

Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan

LRMPHP sebagai UPT Badan Riset dan SDM KP melaksanakan riset mekanisasi pengolahan hasil perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor 81/2020

Tugas Pokok dan Fungsi

Melakukan tugas penelitian dan pengembangan strategis bidang mekanisasi proses hasil perikanan di bidang uji coba dan peningkatan skala teknologi pengolahan, serta rancang bangun alat dan mesin untuk peningkatan efisiensi penanganan dan pengolahan hasil perikanan

Kerjasama

Bahu membahu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan berlandaskan Ekonomi Biru

Sumber Daya Manusia

LRMPHP saat ini didukung oleh Sumber Daya Manusia sebanyak 20 orang dengan latar belakang sains dan engineering.

Kamis, 09 April 2020

LRMPHP Ikuti Kegiatan Seminar Nasional Teknisi Litkayasa II BRPBAP3 Maros Secara Online

LRMPHP ikuti kegiatan Seminar Nasional Teknisi Litkayasa II BRPBAP3 Maros Secara Online
Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP) mengikuti  Seminar Nasional Teknisi Litkayasa II Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) dengan tema ‘Teknisi Unggul Riset Maju’ secara online melalui aplikasi Zoom, pada 7 April 2020. Kegiatan secara online dilakukan untuk mengikuti protokol dan imbauan pemerintah dalam pencegahan penyebaran COVID-19. Kepala LRMPHP, staf kepegawaian, koordinator riset serta teknisi litkayasa turut berpartisipasi pada kegiatan ini. Keikutsertaan LRMPHP ini dalam rangka meningkatkan kompetensi dan kapabilitas teknisi litkayasa di bidang penelitian dan perekayasaan.

Pembukaan seminar litkayasa oleh Kepala BRPBAP3, A. Indra Jaya Asaad, sekaligus bertindak sebagai moderator yang dilanjutkan pemaparan materi oleh keynote speaker antara lain Prof. Dr.Ir. Brata Pantjara, M.P (peneliti utama BRPBAP3) dengan materi “Peran Teknisi sebagai Mitra Dalam Kegiatan Penelitian”, Supito S.Pi.,M.Si (Kepala Balai BPBAP Takalar) dengan materi “Membentuk Teknisi Tangguh Untuk Kegiatan Budidaya” dan Ivan Deka Fiyanto, S.H (Kasub. Jabfung Bag. SDM, Aparatur dan Organisasi dengan materi  “Pengajuan Dupak Teknisi Litkayasa Terbaru”.

Dalam sambutannya Kepala BRPBAP3 menyampaikan bahwa semangat keilmuan dan marwah pertemuan atau silaturahim ini perlu terus dikawal. Dengan dukungan teknisi litkayasa yang kompeten dan handal, kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan di bidang kelautan dan perikanan akan berjalan dengan baik. Selain itu, teknisi litkayasa diharapkan dapat berperan sebagai mitra peneliti untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian.

Pemaparan materi seminar oleh salah satu keynote speaker
Sementara itu, pada pemaparan materi "Pengajuan Dupak Teknisi Litkayasa Terbaru", Ivan Deka Fiyanto, S.H. menyampaikan bahwa petunjuk teknis/juknis teknisi litkayasa masih mengacu pada PerKa BPPT No : 147/Kp/BPPT/V/2007 dengan memperhatikan Permen PANRB No. 13 Tahun 2019, dimana dalam peraturan tersebut setiap teknisi litkayasa wajib menyampaikan penilaian angka kredit (PAK) setiap tahunnya.  Dengan demikian penilaian SKP dan perolehan angka kreditnya menjadi terintegrasi, karena jabatan fungsional juga terintegrasi dengan struktur organisasi unit kerja. Penilaian angka kredit yang selama ini dilakukan secara konvensional direncanakan akan dilakukan secara online dengan aplikasi e-puspa. Namun aplikasi ini sedang disiapkan oleh Pusdatin KKP, sehingga proses penilaian teknisi litkayasa masih tetap dilakukan oleh kepala unit kerja yang bersangkutan. 
Selain diikuti oleh LRMPHP Bantul, kegiatan Seminar Nasional Teknisi Litkayasa II di BRPBAP3 ini diikuti lebih dari 50 peserta baik dari berbagai instansi internal KKP maupun perguruan tinggi diantaranya Balai Besar Pengolahan Produk dan Biotek Kelautan dan Perikanan Slipi, Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang, Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok, Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan Jatiluhur, Balai Perikanan Budidaya Air Payau Takalar, Loka Riset Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Bungus, Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan Wakatobi, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang  dan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. 


Selasa, 07 April 2020

Menteri Edhy Jelaskan Langkah Penanganan Dampak Covid-19 ke DPR


Menteri Edhy saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR melalui video conference (Foto: KKP)
Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo memastikan jajarannya telah melakukan langkah antisipatif untuk percepatan penanganan dampak Covid-19. Di antaranya dengan mendata estimasi produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya selama April hingga Juni tahun ini.
Langkah lain, KKP juga mendata semua infrastruktur rantai dingin (cold storage) yang tersebar di Indonesia. Menteri Edhy menegaskan, pihaknya telah menyusun rencana penguatan terhadap hasil-hasil produksi perikanan dengan mencari solusi akses pemasaran. Penguatan lainnya ialah melaksanakan program “Bulan Bakti Perikanan: Lawan Corona dengan Makan Ikan.”
“Jalan keluar terhadap akses pemasaran lainnya melalui penyiapan sarana media penjualan ikan secara online,” jelas Menteri Edhy saat rapat kerja yang dilakukan secara daring dengan Komisi IV DPR di Kantor KKP, Jakarta Pusat, Senin (6/4).
Dalam rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi IV, Sudin tersebut, Menteri Edhy mengusulkan sejumlah paket stimulus ekonomi seperti, pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dapat memasukkan produk pangan berupa ikan segar dan produk olahan ikan sebagai salah satu bahan pokok penting yang dapat diakses oleh masyarakat penerima melalui e-waroeng.
Dia juga meminta gubernur, bupati, walikota, bisa memasukkan produk-produk perikanan dalam program-program perlindungan sosial ke masyarakat yang dilaksanakan melalui APBD.
“Para nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar dan petambak garam yang masuk dalam kriteria masyarakat miskin dan pelaku UMK dan KUBE (Kelompok Usaha Bersama) bidang kelautan dan perikanan, dapat menjadi keluarga penerima manfaat dari PKH dan BPNT,” sambungnya.
Pemerintah maupun BUMN juga diharapkan bisa menyerap ikan hasil tangkapan nelayan dan pembudidaya serta produk-produk UKM yang tidak terserap pasar. Tujuannya, agar bisa membantu keberlanjutan usaha di masa pandemi Covid-19.
Sementara, dalam rangka realokasi anggaran dan refocusing kegiatan, KKP menyiapkan Rp300 miliar untuk penanganan dampak Covid-19. Dana tersebut digunakan untuk Satgas Covid-19 dan program Gemarikan.
Dana penanganan dampak Covid-19 ini, kata Edhy, bisa saja ditambah sesuai kebutuhan, selama bisa disesuaikan dengan pagu pagu anggaran KKP 2020. “Tambahan (anggaran penanganan Covid-19) yang akan diusulkan Komisi IV akan menjadi pertimbangan,” tegasnya
Adapun rapat kerja antara KKP dengan Komisi IV DPR hari ini, menghasilkan 4 butir kesimpulan. Pertama, Komisi IV menerima penjelasan KKP sesuai amanat Inpres Nomor 4 tahun 2020 untuk memenuhi ketersediaan pangan.
Kedua, Komisi IV mendorong KKP untuk melakukan peningkatan anggaran pada program Bansos, khususnya untuk masyarakat, nelayan, pembudidaya, petambak dan pengolah & pemasaran hasil perikanan yang terdampak Covid-19 sebesar Rp + 600 miliar atau setara 10% dari pagu anggaran KKP 2020.
Ketiga, Komisi IV mendorong KKP memprioritaskan program-program untuk menyangga produksi komoditas perikanan dan pergaraman dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, terutama ikan serta memberikan paket stimulus ekonomi sektor kelautan dan perikanan.
Paket tersebut seperti kemudahan restrukturisasi pinjaman kepada UMKM unit pengolahan ikan, eksportir, serta masyarakat yang terkena dampak covid dalam rangka pemulihan ekonomi.
“Keempat, Komisi IV meminta KKP untuk segera memberikan usulan anggaran refocusing kegiatan dan realokasi anggaran sebelum rapat kerja tanggal 13 April 2020,” kata Ketua Komisi IV, Sudin sekaligus menutup rapat.

Sumber : KKPNews

Senin, 06 April 2020

Bioplastik Masa Depan Kemasan Dunia (Melt Intercalation Technology)

Kemasan bioplastik
Limbah plastik turunan minyak bumi telah menjadi salah satu masalah lingkungan yang memprihatinkan karena sifatnya yang sulit untuk terurai. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan membuat plastik yang bersifat biodegradable (dapat terurai oleh mikroorganisme) atau biasa disebut dengan bioplastik. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat bioplastik, diantaranya yaitu dengan metode melt intercalation.

Menurut Aripin, Saing dan Kustiyah dalam tulisannya pada Jurnal Teknik Mesin vol. 06 tahun 2017, melt intercalation yaitu teknik inversi fasa dengan penguapan pelarut setelah proses pencetakkan yang dilakukan pada plat kaca. Metode pembuatan film plastik biodegradable ini didasarkan pada prinsip termodinamika larutan dimana keadaan awal larutan stabil kemudian mengalami ketidakstabilan pada proses perubahan fase (demixing), dari air menjadi padat. Proses pemadatannya (solidifikasi) diawali transisi fase cair satu ke fase dua cairan (liquid-liquid demixing) sehingga pada tahap tertentu fase (polimer konsentrasi tinggi) akan membentuk padatan.

Bharimalla, Nadanathangam, Deshmukh, Patil dan Prasad pada Polymer – Plastic Technology and Engineering tahun 2016 melaporkan pada bahwa proses melt intercalation pertama kali dipublikasi oleh Vaia, Ishii dan Giannelis pada tahun 1993. Tahapannya terdiri dari pencampuran termoplastik cair dengan nanopartikel untuk mengoptimalkan interaksi polimer-nanomaterial. Campuran tersebut kemudian dipanaskan di atas suhu transisi polimer sehingga membentuk nanokomposit. 

Keuntungan metode melt intercalation ini yaitu lebih fleksibel, tidak memerlukan reaksi kimia, dan dapat meningkatkan interaksi antara matriks dan pengisi (filler) dengan mengurangi tegangan antar muka. Kelemahan metode ini yaitu belum dapat diproduksi secara massal (skala industri).

Jurnal Distilasi vol.2, no.2 tahun 2017 mengemukakan bahwa bahan – bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioplastik dengan metode melt intercalation antara lain yaitu : pati/ amilum sebagai bahan utama (umbi talas, singkong, rumput laut, tepung semi refined carrageenan), plasticizer (gliserol, sorbitol), filler (kitosan, ZnO), Proses melt intercalation disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses melt intercalation
Sumber : Bharimalla, Nadanathangam, Deshmukh, Patil dan Prasad, 2016. Nanocellulose Based Polymer Composites for Applications in Food Packaging. Polymer – Plastic Technology and Engineering

Penulis : Putri Wullandari, Peneliti LRMPHP





Jumat, 03 April 2020

Produktifitas LRMPHP Tetap Terjaga selama WFH

Aktivitas pelaksanaan riset selama WFH
Berkenaan dengan Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan nomor B.185/SJ/KP.620/III/2020 tanggal 17 Maret 2020 tentang Tindaklanjut Pelaksanaan Bekerja Dari Rumah (Work From Home) di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Surat Dinas Kepala LRMPHP No:311/BRSDM/LRMPHP/KP.712/III/2020 tentang sistem kerja pegawai LRMPHP dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19, LRMPHP  menindaklanjutinya dengan memberlakukan WFH di lingkup LRMPHP sejak 17 Maret 2020.

Meskipun LRMPHP memberlakukan WFH namun ada sebagian pegawai manajerial yang masuk dengan menerapkan protokol pengendalian penyebaran COVID-19 seperti menjaga jarak dalam berinteraksi dan selalu menggunakan masker maupun  cuci tangan di lobi yang telah disediakan. Petugas keamanan yang semula 2 orang/shift menjadi 1 orang/shift, sedangkan petugas kebersihan tetap masuk setiap hari dengan jam kerja yang diatur agar persinggungan diminimalkan.

Untuk pegawai yang masuk kantor, presensi dengan ditulis tangan/manual, sedangkan untuk yang WFH tetap melaporkan kegiatan selama WFH dengan mengisi logbook yang berisi uraian pekerjaan dan hasil penugasan, suhu badan, dan foto selfie kegiatan yang ditagging waktu dan lokasi. Pada pelaksanaan riset, kegiatan WFH dilakukan oleh anggota tim riset dengan penyempurnaan dokumen riset seperti penajaman subtansi proposal, gambar teknis, desain dan  penyusunan karya tulis ilmiah sebagai bahan untuk seminar/konferensi/workshop yang biasanya diselenggarakan pada kuartal ke-3 setiap tahunnya.

Optimalisasi pekerjaan selama WFH juga dilakukan dengan terus mengisi website UPT dengan artikel ilmiah populer dan juga pemberitaan lainnya. Artikel ini juga diblast ke medsos @mekanisasikp. Hingga 31 Maret 2020 tercatat  sudah 38 artikel yang diposting dengan rincian 9 artikel pada bulan Januari, 8 artikel Februari dan 21 artikel pada bulan Maret.

Selain itu dalam rangka tanggap COVID-19, LRMPHP melengkapi sarpras untuk persiapan jika nantinya ada kebijakan masuk kantor secara normal maupun shifting. Beberapa sarpras yang disiapkan diantaranya   cairan desinfectan, wastafel portable di depan lobi, termometer dahi dan masker.

Untuk  program magang /PKL yang sedianya akan dilaksanakan dalam waktu dekat, pelaksanannya  juga ditangguhkan untuk pencegahan dan penanggulangan resiko penularan infeksi COVID-19. Permohonan magang tersebut dari INTAN Yogyakarta, UNPAD Bandung dan UNILA Lampung (belum disetujui). Sementara itu untuk program magang tugas akhir yang sedang dilaksanakan taruna Poltek KP Karawang sudah dihentikan per 28 Maret 2020 sesuai instruksi Direktur PKP Karawang. Selama pandemi COVID-19, kegiatan rapat juga dilakukan sacara vicon (Video Converence) diantaranya vicon bersama Kapuriskan dan Kabid Alsinkan.

Meskipun WFH, beberapa pegawai mengoptimalkan kegiatan dirumah dengan melakukan kegiatan riset diantaranya pengukuran konsumsi oksigen ikan Nila selama dalam rangka riset pembuatan alat transportasi ikan hidup. Dengan berbagai keterbatasan kegiatan tersebut tetap dapat dilakukan secara proporsional. Selain itu beberapa aktifitas perbengkelan dalam rangka kegiatan pembuatan alsin juga tetap dilakukan dengan tetap mengedepankan kesehatan dan pencegahan pendemi.

AIRLIFT; Teknologi Sederhana Sirkulasi Air Kolam

AIRLIFT; Teknologi Sederhana Sirkulasi Air Kolam (Foto : avestia.com)

Konsumsi air rendah, kebutuhan area kecil dan dampak lingkungan minimal merupakan alasan para pembudidaya ikan dan udang menggunakan Recirculating Aquaculture System (RAS) atau budidaya dengan sistem resirkulasi. Pembudidaya juga ingin menerapakan biosecurity yang ketat untuk menghindari penyakit pathogen sehingga mereka mengontrol ketat kualitas air dalam kolam. Penggunaan air buangan dari kolam pemeliharaan setalah proses purifikasi baik fisik maupun biologi secara umumnya akan menghemat 90% dibandingkan sistem budidaya konvensional selain itu juga akan menurunkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Pemindahan air atau sirkulasi air dalam RAS umumnya menggunakan bantuan pompa sentrifugal. Pompa menyumbang biaya operasi cukup besar dalam praktek budidaya ikan intensif. Oleh karena itu pendekatan sederhana dan murah ialah dengan menggunakan “Airlift System”. Airlift digunakan di kolam budidaya ikan agar air dikolam terus menerus tersirkulasi dan menambah kandungan oksigen dalam air, selain itu Airlift juga berguna untuk pengolahan limbah kolam yaitu memindahkan air dan lumpur (suspended solid) dari bak pengendapan akhir kembali ke bak aerasi. 
Sistem Airlift dalam kolam(Sumber : Bukhari et al. 2018. Multiphase Airlift Pumps for Water circulation in Fish Farms. Proceedings of the 5th International Conference of Fluid Flow, Heat and Mass Transfer)

 Komponen utama Airlift adalah pipa PVC, selang aerasi dan pompa udara. Pipa dipasang vertikal dengan ukuran menyesuaikan kedalaman air kolam. Bagian pangkal pipa dipasang selang dan aerator dan bagian ujung dibuat terbuka dan dipasang pengatur arah air. Sistem kerja dari Airlift adalah air maupun campuran padatan mengalir saat dialirkan udara pada dasar pipa vertikal penyusunnya dan air akan terangkat bersama material pada lainnya menuju ujung pipa.


Penulis : Arif Rahman Hakim, Peneliti LRMPHP 

“Statistik KKP Mobile” untuk Permudah Akses Data Perikanan

Aplikasi Statistik KKP Mobile (Foto: KKP)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menghadirkan inovasi guna memberikan pelayanan maksimal. Kali ini, sebagai salah satu upaya penyebarluasan data statistik Kelautan dan Perikanan, Pusat Data, Statistik, dan Infomasi (Pusdatin) KKP, mengembangkan aplikasi berbasis Android “Statistik KKP Mobile”.
“Versi pertama-nya telah diluncurkan sejak pertengahan Bulan Maret 2020 ini,” kata Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Jenderal (Sekjen) KKP, Antam Novambar di Jakarta, Kamis (2/4).
Antam memaparkan, statistik KKP Mobile ini dilengkapi dengan tiga fitur utama yang dapat menjadi sumber informasi seputar Kelautan dan Perikanan Indonesia yang dapat diunduh oleh para pengguna. Ketiga fitur tersebut antara lain, infografis yang menyajikan berbagai informasi dalam bentuk grafis seputar berbagai program yang menjadi andalan KKP.
“Lalu publikasi yang menyajikan berbagai buku digital publikasi KKP terkini yang dapat diunduh oleh pengguna,” sambungnya.
Aplikasi tersebut, kata Antam, juga dilengkapi dengan tabel yang berisi penyajian seputar Data Kelautan dan Perikanan terkini dalam bentuk tabular. Tabel ini dapat diunduh dalam bentuk spreadsheet oleh pengguna.
“Selain ketiga fitur tersebut, pada halaman utama juga dapat diamati berbagai IKU KKP terkini,” jelas Antam.
Antam berharap, keberadaan Statistik KKP Mobile ini bisa memperlancar dan mempercepat aliran informasi dari KKP ke berbagai pihak yang memiliki kepentingan, baik pihak internal KKP sendiri, Pemerintah Daerah, maupun para Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan di level paling bawah.
“Aplikasi berbasis Android ini sudah dapat dinikmati dengan cara mengunduh gratis di Google Play Store, dengan cara mengetikkan “Statistik KKP” pada kolom pencarian,” katanya.

Sumber : KKPNews


Kamis, 02 April 2020

Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dibalik Kepraktisan Kolam Terpal


Target produksi perikanan budidaya kian tinggi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2020, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan target sebesar 18,44 juta ton.  Target produksi sebesar ini dapat dicapai dengan intensifikasi dan atau ekstensifikasi. Konsep intensifikasi adalah penambahan kepadatan ikan atau udang tanpa penambahan luasan lahan budidaya didukung dengan penerapan teknologi tinggi sebagai penunjang. Sedangkan ekstensifikasi adalah perluasan lahan budidaya tanpan menambah kepadatan ikan atau udang dengan penerapan teknologi minimal. Salah satu permasalahan dalam ekstensifikasi adalah luasan lahan yang semakin terbatas, konflik kepentingan atas lahan dan modal awal untuk konstruksi yang lumayan tinggi.

Sebagai salah satu pemecahan permasalahan tersebut, kolam terpal hadir dengan menawarkan berbagai keunggulannya yaitu harga yang murah, konstruksi yang mudah, ukuran yang dapat disesuaikan dengan lahan yang ada dan praktis mudah dipindahkan. Bahkan, saat ini sudah ada kolam terpal yang digunakan untuk budidaya instensif dengan menggunakan teknologi bioflok. Bioflok berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan flock yang berarti gumpalan, sehingga makna kata bioflok adalah kumpulan organisme seperti bakteri, algae, protozoa, cacing dan lain-lain yang menggumpal berfungsi sebagai pakan ikan. Menurut Faridah dkk pada penelitiannya yang dipublikasikan pada tahun 2019, mengenai budidaya ikan lele dengan metode bioflok, teknologi ini lebih efisien dalam penggunaan lahan karena mampu meningkatkan padat tebar hingga 20 kali lipat dibandingkan teknologi konvensional sehingga produksi lebih tinggi. Akan tetapi, dibalik semua keunggulan dan kepraktisan kolam terpal tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1.       Konstruksi rangka
Dalam pemilihan rangka harus disesuaikan dengan bentuk dan ukuran kolam. Kolam yang lebih besar membutuhkan ukuran besi yang lebih besar pula untuk rangkanya. Hal ini untuk menghindari rangka jebol karena tidak kuat menahan tekanan air. Kolam berbentuk bulat dengan diameter 1,5 meter, rangka dapat menggunakan wiremesh dengan ukuran m5, ukuran kotak 15-20 cm. Untuk diameter yang lebih besar harus menggunakan wiremesh dengan ukuran yang lebih besar pula. Sedangkan untuk kolam berbentu kotak/persegi, rangka sebaiknya dibuat dari besi hollow. Kolam berukuran 1 x 1 m dapat menggunakan besi hollow 1x3 cm dengan ketebalan 1,2-1,6 mm untuk rangka utama kemudian dibuat rangka tambahan dari wiremesh ukuran m5. Untuk ukuran yang lebih besar maka ukuran besi juga diperbesar. Contoh rangka kolam terpal terlihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Wiremesh untuk rangka kolam bulat


Gambar 2. Rangka kotak untuk kolam kotak
2.       Kebocoran
Kebanyakan kolam terpal terbuat dari bahan semi Orchid yaitu bahan semi karet yang elastis namun sangat rentan bocor ketika tertusuk benda tajam. Oleh sebab itu dalam pemasangannya terpal harus diletakkan pada tempat yang bebas dari benda bersudut lancip/ujung tajam. Kawat pengikat rangka juga harus diperhatikan agar ujungnya tidak mengenai terpal. Contoh kolam terpal yang mengalami kebocoran terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kolam terpal yang bocor karena berlubang
3.       Mineral dan unsur hara terbatas
Kandungan mineral dan unsur hara dalam air kolam sebagian besar diperoleh dari pelapukan dan proses redoks yang terjadi dalam tanah. Kandungan in akan menyuburkan perairan kolam sehingga kolam tanah akan lebih banyak planktonnya dibanding kolam terpal. Plankton ini menjadi makanan tambahan ikan sehingga lebih cepat pertumbuhannya. Pada kolam terpal, mineral dan unsur hara ini hanya diperoleh dari air, sisa pakan dan sisa metabolisme ikan saja sehingga jumlahnya lebih terbatas. Bakteri dekomposer yang ada dalam kolam terpal juga lebih sedikit dibandingkan dengan kolam tanah sehingga air lebih cepat bau.

 4.    Mudah lapuk
Kolam terpal yang terus menerus terpapar sinar matahari akan cepat lapuk dan rusak sebelum waktunya. Usia rata-rata kolam terpal 2-3 tahun, agar lebih awet sebaiknya ditempatkan di tempat yang teduh dan tidak terkena matahari langsung. Contok pelapukan yang terjadi pada kolam terpal terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kolam terpal lapuk
Pemilihan jenis kolam bergantung dengan tujuan berbudidaya ikan. Apabila pertimbangannya adalah mobilitas, biaya dan kemudahan maka kolam terpal adalah pilihan terbaik. Namun, apabila yang menjadi prioritas adalah pemakaian jangka panjang maka kolam tanah atau semen lebih sesuai.


Penulis : Iwan M. Al Wazzan, Peneliti LRMPHP